Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme
Oleh. Nur Hamila Sari
Generasi hari ini telah mengalami kemunduran yang luar biasa. Mereka telah teracuni oleh pemikiran sekuler, seperti liberalisme, pluralisme, dan lain sebagainya yang diaruskan para pengusung ideologi sekuler kapitalisme. Semua paham itu tumbuh dengan sangat subur dalam sistem yang diterapkan di negeri ini, yaitu sistem demokrasi kapitalisme.
Miris! Seorang anak remaja (14) tega membunuh kedua orang tuanya serta neneknya di rumah mereka di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan pada hari Sabtu (30/11/2024). Pelaku menggunakan pisau dapur sebagai senjatanya hingga membunuh ayah serta neneknya, sedangkan ibunya mengalami luka berat akibat tusukan. (Kompas.id, 30-11-2024)
Mengapa Kejadian ini Bisa Terjadi?
Mengejutkan! Ternyata pelaku berinisial MAS tersebut adalah siswa berprestasi yang mengikuti kelas akselerasi dan berhasil masuk kelas 10 di salah satu SMA. Cerita tersebut terkuak di laman media sosial orang tua teman MAS sewaktu SD. Ia menceritakan ketika anak itu masih duduk di bangku SD kelas 4, dia sering tertidur di kelas. Kemudian saat ditanya wali kelasnya, pelaku menjawab karena dia baru tidur jam 1 pagi sebab harus belajar dan mengejarkan tugas dari tempat lesnya.
Diketahui, satu hari sebelum melakukan pembunuhan terhadap keluarganya itu, MAS sempat mengunggah status di WA-nya bahwa ia selalu di suruh orang tuanya belajar terus. Menurut orang tuanya pintar itu adalah keharusan agar bisa masuk sekolah negeri nantinya.
Akibat pola asuh orang tuanya tersebut, MAS sampai mengalami depresi. Hal tersebut menjadi beban bagi pelaku sehingga membuat kejiwaannya terganggu. Sering kali anak dikatakan penurut, akan tetapi orang tua tidak sadar bahwa anaknya sedang menyimpan luka batin. Luka tersebut bagai bom waktu yang mengerikan dan bisa meledak kapan saja.
Didikan (VOC)
Dilansir dari lifestyle.okezone.com (2-8-2024), bahwa didikan VOC adalah gaya pengasuhan yang menerapkan kedisiplinan, aturan ketat, dan cenderung otoriter. Istilah ini terinspirasi dari sifat VOC (Vereenidge Oostindische Compagnie) yang kejam dan cenderung memerintah rakyat pribumi untuk mendapatkan keuntungan dagang yang maksimal.
Ciri-ciri gaya parenting VOC, antara lain: Aturan yang ketat, Kedisiplinan yang tegas, Otoritas yang kuat, Kurangnya empati pada anak. Jika dilihat dari definisinya, sebenarnya parenting VOC ini sama seperti parenting otoriter. Di kalangan para orangtua, pola pengasuhan ini masih menuai pro dan kontra.
Kendati demikian, ada pula sebagian orang yang kontra terhadap gaya parenting VOC. Menurut mereka, parenting VOC justru dapat menyebabkan luka batin di hati anak-anak yang dampaknya bisa berimbas pada karakternya di masa depan.
terkadang orang tua selalu berpikir dengan menggunakan didikan yang ketat, disiplin dan tegas agar anak menjadi lebih baik bukan hanya untuk hari ini saja tapi untuk ke depannya juga Sebagian orang tua mengatakan cara didikan semacam ini baik untuk mendidik anak-anak, tapi mereka tidak berpikir bahwa itu punya dampak negatif bagi sebagian anak di zaman sekarang ini.
Dalam parenting VOC, orang tua memang lebih tinggi dalam memberikan tuntutan dan kontrol kepada anak, namun lebih rendah dalam menanggapi dan merespons anak. Alhasil, anak pun akan merasa kurang disayang oleh orang tuanya.
Faktor Penyebab
Bisa jadi karena beberapa faktor, seperti lingkungan yang tidak mendukung, kondisi keluarga yang tidak harmonis, kesalahpahaman/kurangnya komunikasi, berkembangnya teknologi, dan rendahnya iman. Untuk mengurangi hal semacam ini pada anak, pihak orang tua sebaiknya melakukan kegiatan-kegiatan untuk pembinaan pendidikan dan moral anak. Membina anak melalui ilmu agama, serta mengawasi pergaulan.
Ada seorang ulama mengatakan bahwa orang tua menanggung pendidikan karakter dan pengasuhan anak. Orang tua akan menuai pahala ketika mendidik anaknya dengan baik. Sebaliknya, orang tua akan memikul dosa yang begitu besar ketika abai dengan pertumbuhan anaknya. Oleh karena itu, orang tua tidak boleh lalai dan abai dalam mendidik, mengasuh, dan membimbing anak.
“Jika orang tua membiasakan dan mengajarkan kebaikan, maka anak akan tumbuh dalam kebaikan dan bahagialah orang tuanya di dunia dan akhirat. Ia pun akan mendapat pahala dari amal saleh yang dilakukan anaknya (tanpa mengurangi hak pahala anak). Demikian juga berlaku bagi setiap guru dan pendidik. Jika ia membiasakan keburukan dan membiarkan anaknya seperti membiarkan binatang ternak, maka ia akan celaka dan binasa. Sementara dosanya juga ditanggung pengasuh dan walinya.” (Imam Al-Ghazali).
Dalam Al-Qur’an Surat At-Tahrim ayat 6 menyiratkan tanggung jawab besar orang tua dalam mendidik, membimbing, dan mengasuh anak.
“Wahai orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
Dari penjelasan ini mengingatkan orang tua untuk lebih memperhatikan pendidikan, bimbingan, dan pengasuhan anak, tidak mengabaikan mereka, dan tanpa pendidikan agama dan pendidikan akhlak dalam kesehariannya.
Allah Swt. berfirman:
“Jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang engkau tidak punya ilmu tentang itu, janganlah patuhi keduanya, (tetapi) pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian, hanya kepada-Ku kamu kembali, lalu Aku beri tahukan kepadamu apa yang biasa kamu kerjakan. (TQS. Al-Luqman:15).
Ayat ini mengajarkan kepada umat Islam bahwasanya seorang anak wajib mematuhi kedua orang tua ,tapi orang tua harus ingat bahwasanya seorang anak dilahirkan bukan hanya untuk mematuhi apa yang mereka inginkan. Melainkan orang tua harus mengingatkan anaknya untuk menjalankan perintah sang penciptanya yaitu Allah Swt.
Wallahu a’lam bishawwab.[]
Komentar
Posting Komentar