Harga Beras Naik Bikin Panik
Oleh : Ummu Mumtazah
Beras adalah salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang paling mendasar yang harus dipenuhi selain kebutuhan pokok lainnya seperti pakaian, perumahan, kesehatan dan pendidikan.
Tetapi kini masyarakat panik dan menjerit karena beras yang menjadi kebutuhan pokok sehari-hari semakin hari harganya terus melambung tinggi. Para ibu dibuatnya panik dan pusing dengan kenaikan harga beras tersebut karena masih banyak kebutuhan yang lain yang harus dipenuhi.
Kenaikan berbagai bahan pokok tersebut salah satunya terjadi di Kabupaten Ciamis, beras yang semula harganya Rp13.00 per kg kini menjadi Rp 15.000-16.500 per kg. Sama halnya dengan sayuran juga seperti tomat mengalami kenaikan, yang tadinya Rp 8.000 per kg menjadi Rp 20.000 pet kg. Hal itu dikeluhkan oleh seorang pedagang Sembako Pasar Sindangkasih Engkos bahwa kenaikan beras terjadi sejak sebulan yang lalu pada awalnya ia belanja Rp 13.000 per kg, kini di jual Rp 15.000 per kg.
(radartasik.com)
Dengan sebagian fakta kenaikan beras tersebut, apakah masyarakat akan mampu membelinya? Dan apakah cukup dengan berpendapat walaupun beras naik yang penting bisa terbeli tanpa melihat kemampuan masyarakat yang berbeda-beda?
Tentu hal tersebut menimbulkan keresahan ditengah-tengah masyarakat. Dimana semakin hari ketimpangan dan jarak antara si kaya dan si miskin sangat terlihat jelas sekali. Hal tersebut karena tidak adanya peran negara untuk menjamin semua kebutuhan pokok masyarakat dengan menstabilkan harga supaya dapat dijangkau sesuai daya beli masyarakat. Tetapi semua itu sangatlah mustahil dalam sistem sekuler-kapitalisme sekularisme yang memandang bahwa negara hanya sebagai regulator saja bukan sebagai raa'in /pengurus rakyat karena rakyat dianggapnya sebagai beban bukan tanggungjawab sehingga segala urusannya diserahkan kepada perusahaan atau swasta melalui kebijakan outsourcing dan kebutuhan masyarakat hanya diukur dengan perkiraan bukan fakta yang terjadi dan dirasakan oleh masyarakat.
Semuanya itu penyebabnya adalah rusaknya rantai distribusi beras, karena beras dikuasai oleh sejumlah perusahaan besar yang memiliki omzet triliunan dengan cara memonopoli gabah dari petani dengan cara membeli dengan harga yang lebih tinggi sehingga banyak penggilingan padi kecil yang gulung tikar karena tidak mendapat pasokan gabah.
Dalam sistem kapitalisme sekuler, praktek monopoli beras ataupun produk strategis lainnya sangat lumrah sehingga melahirkan persaingan bebas yang akhirnya akan dimenangkan oleh perusahaan yang memiliki modal yang besar.
Dalam sistem kapitalisme, semuanya diukur atas kemanfaatan saja. Hubungan negara dan rakyat bagaikan majikan dan pembantu yang bisa dimanfaatkan dan diperlakukan seenaknya tak ada rasa kemanusiaan. Negara tidak peduli walaupun masyarakat kelaparan dan terhimpit utang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Intinya, negara tidak langsung mengurus dan terjun langsung untuk melihat rakyatnya door to door. Sebaliknya, negara hanya mengandalkan sebagian informasi sehingga jika menyalurkan bantuan pun banyak yang salah sasaran dan menimbulkan kecemburuan di antara anggota masyarakat.
Sistem sekuler Kapitalisme membuat segalanya diukur dengan materi padahal jika pengelolaan pertanian dikelola dengan baik dan tidak tergantung pada impor beras, maka harga bahan-bahan pokok tidak akan naik melonjak seperti sekarang ini, sehingga harganya stabil dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat baik kaya ataupun miskin.
Kenapa semua kegaduhan ini terjadi? Karena sistem sekuler Kapitalisme lebih memihak kepada asing/swasta dari pada rakyat. Dampaknya, harga-harga bahan pokok semakin lmelambung tinggi bahkan tak mau turun sama sekali. Ini imbasnya kepada rakyat. Kemiskinan, kesengsaraan terus menghantui rakyat. Oleh karena itu, rakyat membutuhkan sistem yang menjamin kesejahteraan bukan yang menyengsarakan.
Islam, Solusi Stabilisasi Harga Kebutuhan Pokok
Islam memiliki aturan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Karena hal tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Negara wajib mengelola beras dari hulu ke hilir, yaitu sejak produksi, distribusi hingga sampai ke tangan rakyat. Negara harus memastikan rantai distribusi itu sehat, artinya bebas dari penimbunan, monopoli, dan berbagai praktik bisnis lainnya yang akan merusak rantai distribusi.
Dalam sistem ekonomi Daulah Islam, negara akan menjamin pemenuhan kebutuhan pokok setiap rakyat per individu termasuk kebutuhan pangan dan menjadikan pemenuhan kebutuhan pokok tersebut sebagai satu kewajiban negara.
Pada sektor hulu ( produksi ), negara akan memberikan bantuan berupa lahan, pupuk, benih, pestisida, alat pertanian dan lain-lain. Sedangkan dalam sektor hilir ( distribusi ), negara akan memastikan tidak adanya hambatan dalam pendistribusiannya dan dalam sektor riel, negara akan memperhatikan setiap rakyatnya dan menelaah adanya bantuan kebutuhan dari negara sehingga bantuan tidak salah sasaran.
Dengan memberikan jaminan kebutuhan pokok kepada rakyatnya, bukti negara berperan sebagai pelindung ( junnah ) semua rakyatnya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW : "Sesungguhnya al-Imam ( Khilafah ) itu perisai yang ( orang-orang ) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya." (HR.Muttafaqun'alayh dll ).
Dalam hal penentuan harga negara tidak melakukan pematokan harga (tas'ir), harga tersebut dibiarkan secara alami sesuai dengan permintaan dan penawaran, adapun menurunkan harga melalui kebijakan membenahi sektor hulu dan hilir sehingga harganya terjangkau dan stabil.
Dalam Islam, negara juga akan memberikan sanksi yang tegas kepada para pelaku penimbunan dan monopoli beras dan komoditas yang lainnya sehingga memberikan efek jera bagi pelakunya dan akan dihukum dengan hukuman yang adil.
Dengan begitu semua yang terjadi terkait kenaikan bahan pokok akan segera terselesaikan di masyarakat khususnya di Kabupaten Ciamis, umumnya di seluruh Indonesia. Ha itu akan terwujud dengan diterapkannya aturan Islam dalam setiap aspek kehidupan.
Wallaahu a'lam bish-shawwab
Komentar
Posting Komentar