Hilangnya Naluri Keibuan, Menjadi Sasaran Kejahatan

 


                              Tri Lusiana 

                       (Aktivis Muslimah)


Kasih sayang seorang ibu kepada anaknya tentu sudah tidak bisa diragukan lagi. Beragam cara dilakukan seorang ibu agar anak-anaknya bisa tumbuh menjadi orang yang memiliki budi pekerti baik dan berguna bagi orang lain.

Setiap ibu memiliki naluri terhadap anak-anaknya. Naluri ibu adalah insting atau dorongan alamiah untuk merawat, melindungi, dan memenuhi kebutuhan fisik serta emosional anak-anaknya.

Namun siapa sangka tidak sedikit hari ini  ibu yang kehilangan nalurinya. Kasih sayangnya perlahan menipis, belaian dan pelukannya tak lagi hangat, kewarasannya tidak lagi sempurna. Tergerus kapitalisme nan kejam

 Ibu merupakan ciptaan-Nya yang memiliki kepekaan yang tinggi. Tidak heran jika seorang ibu rentan terkena stress bahkan depresi. Hingga hilang naluri dan kewarasannya sebagai seorang ibu. Beberapa masalah yang mengikis naluri keibuan di antaranya himpitan ekonomi, ketidakharmonisan keluarga, malu dan tidak siap punya anak.

Misalnya yang terjadi di Jakarta Barat , Polisi telah menetapkan tiga orang sebagai tersangka perdagangan bayi. Mereka ialah wanita berinisial T (35) sebagai ibu kandung salah satu bayi, EM (30) sebagai pembeli bayi, dan AN (33) sebagai suami siri EM.

Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Pol M Syahduddi menjelaskan, dari perdagangan gelap tersebut, total terdapat lima bayi yang diamankan polisi. Usia bayi-bayi tersebut berkisar antara sembilan hari sampai dengan tiga tahun (republika).

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menyebutkan, para ibu yang menjual anak atau bayinya umumnya berasal dari kelompok rentan secara ekonomi.

"Ya, tentu kalau melihat profil dari para ibu anak-anak ini dan modus yang tadi disampaikan, memang ini adalah kelompok-kelompok perempuan rentan (secara ekonomi)," kata Asisten Deputi (Asdep) Perlindungan Khusus Anak dan Kekerasan Kementerian PPPA, Ciput Eka Purwanti dalam jumpa pers di Polres Metro Jakarta Barat, Jumat.

Ia juga menjelaskan, berdasarkan pernyataan Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Pol M Syahduddi bahwa salah satu tersangka, yakni pelaku utama berinisial EM bergerak aktif mencari ibu-ibu dengan ekonomi lemah sebagai korban dan biasanya melalui grup-grup media sosial.

Kapolres Kombes Pol M Syahduddi, kata Ciput, menggaris bawahi bahwa profil ibu-ibu yang hamil seperti saudari T ini, posisinya sangat lemah sehingga dia tidak ada pilihan lain kecuali menjual bayinya (antaranews)

Sungguh miris, kondisi ini adalah buah penerapan sekulerisme dan sistem ekonomi kapitalisme di negeri ini. Kapitalisme memandang segalanya berorientasi materi, menggiring manusia berpikir secara instan, menomorduakan agama, dan menjunjung tinggi kebebasan.

Dalam sistem kapitalisme ketiadaan jaminan kesejahteraan pada ibu dan berbagai kebijakan negara justru semakin menambah berat beban masalah ibu. Alih-alih menjadi pelindung dan penjaga naluri dan kewarasan ibu. Negara justru jadi sumber pemicu terkikisnya naluri dan kewarasan ibu.

Sehingga mengembalikan fitrah ibu dalam cengkeraman kapitalisme jelas tidak mungkin. 

Sistem pemerintahan Islamlah yang mampu mengembalikan fitrah ibu. Negara yang menjadikan Islam sebagai pondasi dalam kehidupan bernegara, akan menjadi perisai bagi ibu, sekaligus pencetak para ibu dan calon ibu hebat. 

Dalam Islam pendidikan tidak hanya ditujukan untuk melahirkan calon pemimpin, tapi juga calon ibu generasi. Kurikulum pendidikan didesain untuk mencetak generasi yang beriman dan bertakwa. Serta melahirkan generasi yang menjalani kehidupan sesuai fitrah dan syariat. Misal, menyiapkan perempuan agar siap menjadi ibu, pengatur rumah tangga dan pendidik anak-anaknya. Dan menyiapkan laki-laki agar siap menjadi imam, memimpin keluarga, bertanggung jawab mencari nafkah, hingga menjadi pemimpin di tengah masyarakat.

Selain itu dalam Islam sistem ekonomi yang diterapkan memiliki berbagai mekanisme untuk menjamin kehidupan yang sejahtera.

Adapun sejumlah mekanisme tersebut, terdapat beberapa upaya yang dilakukan, yaitu:

1. Menetapkan kewajiban setiap individu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dengan cara bekerja;

2. Negara berkewajiban menyediakan lapangan pekerjaan untuk setiap anggota masyarakat yang sanggup bekerja, namun tidak memiliki kesempatan untuk bekerja;

3. Kedua mekanisme pertama dan kedua dari tujuan di atas tidak dapat diterapkan, Islam mewajibkan pemenuhan kebutuhan tersebut kepada kerabat dan mahram-nya;

4. Pada kondisi tidak ada kerabat dan mahram yang mampu memenuhi kebutuhan pokok seorang individu, maka negara berkewajiban mencukupinya melalui kas zakat di Baitul Maal;

5. Dapat saja dalam kondisi tertentu kas di Baitul Maal habis, maka negara akan mencukupinya dengan mengambil melalui kas lain, selain zakat;

6. Bila kondisi kas di Baitul Maal habis, maka semua kaum Muslimin berkewajiban mencukupinya.

Dengan terlaksananya beberapa mekanisme di atas, sehingga persoalan tidak terpenuhinya kebutuhan pokok dari setiap warga negara (kemiskinan), akan dapat teratasi. Tidak hanya itu Islam juga memiliki sistem sanksi yang tegas dan menjerakan sehingga mencegah orang melakukan kejahatan.

Oleh karena itu hanya negara yang menerapkan Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan, yang mampu menyelesaikan segala problematika kehidupan ini. 

Wallahu a’lam bish-showab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak