"HTI HIDUP LAGI!" MEMANGNYA ADA CERITANYA DAKWAH PERNAH MATI?
Oleh: Ibnu Rusdi (Pemerhati Sosial dan Politik)
Even pembinaan publik dalam frekwensi yang cukup tinggi, menuai beragam respon terhadap dakwah. Multaqo, daurah, tabligh akbar, FGD, podcast, peringatan hari besar Islam, temu tokoh praktisi, dan lain-lain adalah rupa-rupa syiar Islam di tengah-tengah umat. Semua segmen dan golongan umur dijamahnya, dengan nuansa bagaimana politik Islam mengatur urusan manusia.
Di antara respon lisan terhadap semarak syiar itu adalah mengaitkannya dengan eksistensi Hizbut Tahrir Indonesia. Publik memahami perkumpulan dakwah HTI telah dicabut badan hukum perkumpulan (BHP)-nya. Di antara yang menunjukkan ekspresi kurang menyukai derasnya syiar, menyatakan semisal "Waspada, HTI hidup lagi."
Statemen sebagaimana di atas, memberikan "warning" bukan pada esensinya. Mengamati dinamika taklim dan dakwah Islam, lalu mengaitkan sebagiannya dengan eksistensi HTI tentu bukan keliru. Akan tetapi, mewaspadai kemungkinan HTI 'hidup' lagi, bermasalah dalam beberapa pertimbangan.
Pertama, Dakwah Islam adalah tugas dari Pemilik Bumi sekaligus Pengatur Kehidupan. Alquran mengabadikan perintah universal itu: "Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik."
Sikap keimanan dan penghambaan dalam merespon perintah Sang Pemilik Kehidupan adalah taat tugas. Dakwah kepada manusia akan terus bergerak sebagai manifestasinya. HTI mendedikasikan diri pada posisi ini. Sehingga, baik manusia mengenal mereka sebagai "HTI, mantan HTI, atau HTI hidup lagi", Islam yang mereka syiarkan berlangsung dinamis tanpa terpengaruh oleh predikat dari manusia.
Kedua, Dakwah memikul misi perbaikan yang diawali dari perkara pondasinya. Keadaan dengan sebutan "jahiliyah modern", atau "darurat multidimensi", atau "kerusakan di darat dan di laut", atau "hidup dikepung kesempitan" bukanlah persoalan parsial. Melainkan gambaran hancurnya perkara asas.
Memperbaiki belitan seluruh persoalan itu berkonsekwensi pada wajibnya pergantian ideologi. Islam memastikan perbaikan hanya dengan risalah wahyu: "Dengan Kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaanNya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang-benderang dengan seizinNya." (TQS al-Maidah : 16).
Ketiga, Dakwah hadir untuk memenangkan pergolakan politik dan ideologis. Kerja mempublikasi fikrah Islam tidak pada kubu tunggal. Melainkan berhadap-hadapan dengan pihak-pihak pengusung konsepsi lainnya dalam pertarungan pemikiran dari kadar sederhana hingga fundamental.
Sedangkan ujung pergolakan ideologis itu dipastikan Alquran dihadiahkan Gusti Allah ke tangan Islam. Surat al-Fath ayat 28 menyatakan, "Dialah yang mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, agar dimenangkanNya terhadap semua agama."
Dengan berbagai tugas, peran dan misi di atas, maka mengkhawatirkan HTI 'hidup' lagi sebagai ancaman, bukanlah respon ideal. Membongkar keburukan sistem dan darurat menyeluruh yang terjadi di hadapan mata, merupakan ikhtiar penyelamatan. Lalu diiringkan padanya seruan sistem pengganti dengan kesempurnaan konsepsinya, adalah roadmap menuju titik labuhnya. Kerja di dua sisi mata uang seperti itulah dakwah Islam digelorakan, termasuk oleh HTI.
Jika keadaan buruk, maka dakwah akan memperbaikinya. Jika keadaan sudah baik, maka dakwah akan membawa kebaikan itu meluas ke wilayah-wilayah lainnya. Kanjeng Nabi saw memafhumkan perjuangan Islam yang alirannya tidak pernah terputus hingga dunia dalam genggaman Islam.
"Akan senantiasa ada dari umatku yang menegakkan perintah Allah. Tidak memudharatkan mereka orang yang mencela, dan juga orang yang menyelisihi mereka. Tetap dalam keadaan demikian mereka, hingga Allah mendatangkan kepada mereka urusannya."
Jadi, bilamana HTI dianggap mati, apakah dakwah Islam ada ceritanya pernah juga mati, kemudian hidup kembali? Tidaklah demikian. Karena sejatinya, dakwah tidak boleh berhenti. Hingga seluruh dunia dalam jelajahnya, dan umat manusia terhimpunkan dalam permai bersamanya.@
•••••••••••
Komentar
Posting Komentar