ILUSTRASI IDEOLOGIS PERJUANGAN PALESTINA

 

Oleh: Liza Khairina (Ibu Rumah Tangga pemerhati sosial)


"Syahiid... rohil aljanni bakkir, syahiid..." adalah cuplikan lirik lagu perjuangan rakyat Gaza menghadapi kekejaman Israel. Mereka menerima takdirnya sebagai pejuang Al-Quds sejak Allah swt telah tetapkan itu tempat sebagai tanah yang diberkahi. Itu lagu membuka mata dunia dan menjelaskan, bahwa pilihan perjuangan manusia sejati adalah menjadi syuhada, orang yang rela mati membela agama dan kehormatan tanahnya. Rakyat Gaza yang disebut Rasulullah sebagai Ahlu Syam, penduduk yang diberkahi, telah memulai perjuangan hidup di dunia hanya untuk kebahagian akhirat yang nyata dan kekal.


Darah dan airmata menjadi sejarah panjang sejak zaman Palestina dipertahankan oleh kaum Muslimin tanpa pemimpin. Pemimpin yang melindunginya sejak 100 abad yang lalu. Serangan bertubi-tubi pada rakyat Palestina, khususnya pada anak-anak dan perempuan-perempuan menyisakan duka yang terus terkenang sampai hari ini. Penguasaan tentara Salib kepada Palestina tahun 492 Hijriyah mengawali bencana dunia Islam, hingga tahun 583 Hijriyah atau bertepatan dengan tahun 1187 M Baitul Maqdis dibebaskan dari cengkeraman orang-orang Salib Eropa oleh panglima perang yang lembut, Shalahuddin Al Ayyubi. 90 tahun umat Islam menanti pembebasan itu.


Setelah tujuh abad berlalu, kembali umat Islam Palestina teraniaya dan terjajah dalam kepemimpinan antek licik Inggris Kemal At-Tattruk, yang memberikan sebagian besar legalitas tanah Palestina pada Zionis Yahudi saat kekhilafahan runtuh 1924 M atau 1342 Hijriyah. Peristiwa berdarah setiap momen-momen penting umat Islam, terutama momentum Ramadlan karim, Zionis selalu menghadiahkan pembantaian demi pembantaian pada dunia. Mereka Zionis Israel seperti serigala yang kehausan darah, membabi buta membunuhi kaum Muslimin dan mengambil sejengkal demi sejengkal tanahnya hingga yang tersisa sampai hari ini adalah perlawanan rakyat Gaza yang merana. Sendiri melawan kekejaman Israel tanpa kepedulian penguasa-penguasa Muslim dunia.


Sungguh menyesakkan dada dan menguras airmata, marah tidak bisa berbuat apa-apa melihat keadaan mereka, saudara seiman. Di depannya hanya ada kematian dan kelaparan. Sejak perang meletus 7 oktober 2023 lalu hingga hari ini. Perang yang tidak seimbang sebenarnya, antara kelompok dan negara Zionis yang berdiri di belakangnya para penjajah kakap Amerika dan sekutunya. Rakyat Gaza menjadi sasaran kebengisan tentara Zionis Yahudi Israel. Setiap hari mereka harus melihat keluarganya dibunuh dan syahid. Sungguh tidak berperi kemanusiaan kaum kera itu, Israel laknatullah 'alaihim. 


Penguasa-penguasa Muslim hanya pandai beretorika, mengutuk tanpa berbuat apa-apa. Sekedar menampakkan simpati, tapi ciut nyali dan tumpul kekuatan militernya. Para militer kaum Muslimin hanya dilatih dan terus dilatih entah kapan mewujudkan sumpahnya menolong dan membebaskan sesama dengan senjatanya. Padahal seruan langsung untuk menolong saudara Muslimnya telah Allah sampaikan dalam QS al-Anfal ayat 72: "Jika mereka meminta pertolongan dalam (urusan pembelaan) agama, maka kalian wajib memberikan pertolongan."


Palestina adalah kita, kaum Muslimin itu ibarat satu satu tubuh, satu bangunan. Satu Tuhan, satu nabi, satu imam dan satu kiblat. Harus saling membela dan saling menguatkan. Rasulullah saw bersabda: "Seorang Muslim itu bersaudara bagi Muslim lainnya, dia tidak boleh mendustai, mengkhianati dan menelantarkan saudaranya." (HR. At Tirmidzi).


Yahudi Zionis tidak kenal nasehat, cercaan atau kutukan. Mereka Zionis Israel hanya kenal kekuatan negara yang penguasanya lantang bergerak dengan senjata dan pasukan. Mereka akan bertekuk lutut jika bendera ideologi Islam dipegang oleh panglima perang kekhilafahan, kepemimpinan umum untuk seluruh kaum Muslim dunia.


Lihatlah bagaimana Khalifah Umar bin Khattab menunjukkan pembelaannya pada Baitul Maqdis, menfutuhat dengan strategi mengirim jenderal dan pasukan, menyerang gerbang kota dan mengepung pasukan penjajah Bizantium (Romawi Timur). Lihatlah Shalahuddin al-Ayyubi membebaskan Baitul Maqdis dengan menyatukan barisan kaum Muslimin selatan yakni Mesir, dan utara yakni syam sebagai pembuka jalan untuk menyerang dan melenyapkan eksistensi tentara Salib di negeri kaum Muslimin. Dan lihatlah bagaimana Sultan Abdul Hamid dengan gagah perkasa menpertahankan tanah Palestina yang diberkahi. Beliau menolak seluruh tawaran keduniaan yang akan dihadiahkan untuk dirinya dan kekuasaannya demi sejengkal tanah Palestina bagi Yahudi.


Sejarah pasti terulang, Itu kenapa kita penting mempelajarinya agar bisa mengambil ibrah. Dari kekalahan dan kemenangan perjuangan di masa lalu, akan siap menghadapi segala tantangan di masa depan.


Wallahu a'lam.@

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak