Kemiskinan Ekstrim Mengancam Masa Depan Generasi
Oleh : Ratih Ulfah
Berdasarkan data dari PBB dan badan amal Inggris Save the Children menyampaikan bahwa jumlah anak di seluruh dunia yang tidak memiliki akses perlindungan sosial (perlinsos) apa pun sebanyak 1,4 miliar dan merupakan anak di bawah usia 16 tahun. Hal ini menyebabkan anak-anak rentan penyakit. Dampak jangka panjangnya ialah kelaparan, kekurangan gizi dan pastinya terpapar kemiskinan (kumparan.com, 20/02/2024).
Sedangkan di Indonesia, pemerintah memperkirakan meningkatnya kemiskinan ekstrim pada akhir tahun 2024 ini. Hal ini juga dipengaruhi oleh perbedaan basis perhitungan penduduk miskin yang digunakan oleh pemerintah dengan yang digunakan oleh global. Sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Suharso Monoarfa, bahwa selama ini pemerintah masih menggunakan basis perhitungan masyarakat miskin ektrim dengan garis kemiskinan sebesar US$ 1,9 purchasing power parity (PPP). Padahal secara global sudah US$ 2,15 PPP per hari. (CNBC. Indonesia.com, 20/02/2024).
Kemiskinan Global Problem Sistemik
Kemiskinan ekstrem tidak hanya menjadi problem di negeri ini, akan tetapi merupakan problem dunia. Menurut rilis United Nations Development Program (UNDP) tahun 2023, 1,1 miliar dari 6,1 miliar orang (lebih dari 18%) hidup dalam kemiskinan multidimensi akut di 11 negara. Hampir dua pertiga dari seluruh masyarakat miskin (730 juta orang) tinggal di negara-negara berpendapatan menengah. Sehingga tindakan di negara-negara tersebut penting untuk mengurangi kemiskinan global. Anak-anak di bawah usia 18 tahun merupakan separuh dari penduduk miskin MPI (566 juta). Angka kemiskinan pada anak-anak sebesar 27,7%, sedangkan pada orang dewasa sebesar 13,4%.
Hal ini menandakan adanya persoalan sistemik yang dihadapi dunia. Jika ditelisik lebih dalam, problem kemiskinan yang mengancam generasi ini sumbernya adalah penerapan sistem kapitalisme global yang menyebabkan bertumpuknya harta kekayaan pada segelintir orang yang memiliki kapital (modal). Sebagaimana studi yang dilakukan oleh Oxfam internasional mengemukakan bahwa 82% kekayaan dunia dikuasai oleh 1% orang.
Tentu saja hegemoni kapitalisme global di berbagai negara saat ini mengakibatkan anak mengalami banyak problem kehidupan yang akan berpengaruh pada nasib dunia di masa yang akan datang. Di sisi lain, perlindungan sosial negara hari ini ibarat tambal sulam system ekonomi kapitalis, yang tak akan membuat generasi sejahtera. Keselamatan generasi terancam, karena sistem ini memberi kebebasan dalam kegiatan ekonomi. Sehingga pengusaha global dapat menguasai hajat hidup rakyat termasuk menguasai sumber daya alam (SDA) dengan jalan intervensi, investasi, dan eksploitasi yang terjadi di berbagai negara saat ini. Akibatnya menyebabkan negara-negara berkembang menjadi miskin dan bangkrut.
Kondisi ini merupakan konsekuensi dari reinventing government, di mana negara hanya berperan sebagai regulator. Hal ini menjadi alasan kuat mengapa negara AS dan negara maju lainnya yang minim SDA tetapi menjadi negara adidaya. Semua itu disebabkan imperialisme yang mereka lakukan terhadap negara-negara berkembang yang posisinya lemah secara global. Sedangkan program pengentasan kemiskinan yang dicanangkan secara global hanyalah lip service (basa-basi) politik saja, dan bahkan menjadi langkah baru bagi negara-negara maju untuk lebih menguras SDA yang ada di setiap negara jajahannya. Imbasnya rakyat akan hidup dalam kemiskinan. Kondisi ini menjadi ancaman terhadap keselamatan generasi, masa depan dan kesejahteraan bangsa.
Sistem Islam Mensejahterakan
Kemiskinan ekstrim hanya terjadi dalam ideologi kapitalisme. Sementara, dalam sistem Islam, masalah kemiskinan sangat minim terjadi. Itu pun cenderung menimpa individu rakyat saja, tidak sampai menjadikan sebuah negara bisa bangkrut dan bergantung pada belas kasih negara lain melalui mekanisme utang berikut bunganya yang menjerat.
Dalam sistem Islam, perputaran harta tidak akan beredar di kalangan orang kaya saja. Sebab, ada kewajiban mengeluarkan zakat bagi harta yang dimilikinya sesuai ketentuan syariat. Sistem Islam akan mengoptimalkan segala potensi sumber daya alam di negeri-negeri Islam untuk menghidupi rakyatnya.
Konsep kepemilikan di dalam Islam menjadikan SDA wajib dikelola oleh negara untuk dialokasikan untuk kepentingan rakyat. Tentu negara yang juga menerapkan sistem pemerintahan dan sistem ekonomi yang berbasis Islam. Pengaturan semacam ini membuat pengelolaan SDA tidak pada segelintir orang dengan dalih investasi dan semacamnya, sehingga kemiskinan pada generasi bisa diatasi.
Kondisi kemiskinan pada generasi bisa diselesaikan dengan pengaturan sistem Islam yang mewajiban negara mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui berbagai mekanisme yang sudah ditetapkan dalam sistem Islam. Islam memiliki mekanisme yang diterapkan oleh negara dengan mewujudkan kesejahteraan individu generasi. Dengan adanya kewajiban nafkah bagi laki-laki dan juga dengan berbagai kebijakan negara yaitu dengan tercukupinya kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kemudian dibukanya lapangan pekerjaan yang luas serta pendidikan dan kesehatan yang gratis. Hal ini didapatkan karena pengaturan sistem ekonomi Islam.
Penguasa mengurusi urusan rakyat karena atas dasar keimanan dan juga menjalankan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT. Sebagaimana Rasulullah Saw pernah bersabda bahwa
"seorang imam adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya"
(HR. Bukhari dan Muslim).
Wallahu'alam..
Komentar
Posting Komentar