Miris, Pinjol Meningkat Saat Ramadan



Oleh Kurnia, SE (Pemerhati Sosial)


Ramadan adalah bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim di muka bumi ini, karena Ramadan adalah bulan yang penuh dengan keberkahan, pengampunan dan di bulan ini kita berkesempatan untuk meraup  pahala sebanyak banyaknya. 


Tentu umat Islam dipenuhi dengan perasaan bahagia. Namun, meski di bulan yang penuh berkah ini, namanya kehidupan tidak bisa terlepas dari perkara ekonomi. Mau sahur butuh makan mau buka puasa pun butuh asupan makanan. 


Kebutuhan terus meningkat, di sisi lain  pemasukan tidak menentu.


Menghadapi persoalan ini, banyak masyarakat yang mengambil jalan pintas untuk memenuhi kebutuhannya, termasuk banyak masyarakat yang  berurusan dengan pinjol (pinjaman online).


Apatah lagi di bulan Ramadan ini banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, di lain sisi harga-harga kian melonjak naik. Sehingga mau tidak mau Pinjol menjadi jalan untuk berhutang. Parahnya penyakit ini menyerbu hampir semua kalangan, muda mudi hingga orang tua.


Ada banyak faktor yang menyebabkan muda-mudi Indonesia terjebak dalam utang. Nailul Huda, Peneliti Center of Digital Economy and SME, INDEF mengatakan mayoritas usia muda terjerat pinjol karena untuk memenuhi gaya hidup semata, seperti membeli pakaian, gawai, traveling dan konser. Perilaku konsumtif di usia muda saat ini bukan untuk kebutuhan. 


Nailul juga mengatakan dalam acara bersama GajiGesa, Senin (11/9/2023), Banyak leisure, traveling, gawai, konser musik, dan sebagainya, anak-anak muda ini kan adaptasi internetnya tinggi seiring perkembangan teknologi. Tapi, pinjol bukan untuk makan sehari-hari atau beli kebutuhan pokok,” .


Pinjol bagi para pemuda pemudi hanya untuk memenuhi keinginan semata bukan untuk memenuhi kebutuhan..

Beginilah perilaku pemuda pemudi zaman sekarang. Rela berhutang hanya untuk memenuhi hawa nafsu semata. Sifat hedonisme telah mengakar kuat dalam diri mereka 


Pinjol lebih disukai oleh konsumen karena prosedurnya lebih mudah daripada bank atau lembaga pembiayaan lainnya. Namun, sebenarnya pinjol menetapkan bunga yang sangat tinggi melebihi bank. Belum lagi perilaku para penagih pinjol yang kerap mengintimidasi nasabah jika terjadi keterlambatan pembayaran. Akibatnya, nasabah merasa tertekan hingga tidak sedikit yang stres dan bunuh diri. Naudzubillah.


Jenis lembaga keuangannya, baik bank, pinjol, maupun lainnya, semuanya berbasis riba yang diharamkan dalam Islam. Saat ini, riba merajalela karena sistem kapitalisme yang diterapkan di Indonesia menjadikan riba sebagai pilarnya. Mayoritas transaksi di dalam kapitalisme mengandung riba. Akibatnya, terjadi kerusakan yang luar biasa, baik yang menimpa individu maupun masyarakat.


Oleh karenanya, masyarakat hendaknya menjauhi praktik riba tersebut. Harta yang diperoleh dari jalan riba tidak akan berkah karena riba digambarkan sebagai menyatakan perang terhadap Allah Taala.


Allah Swt. berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba jika kalian beriman. Apabila kalian tidak melakukannya maka yakinlah dengan peperangan dari Allah dan Rasul-Nya. Apabila kalian bertobat, kalian berhak mendapatkan pokok harta kalian. Kalian tidak menzalimi dan juga tidak dizalimi.” (QS Al-Baqarah [2]: 279).


Ketika Islam melarang riba, Islam juga memberi solusi bagi masyarakat yang membutuhkan. Haramnya riba telah Allah Swt. firmankan di dalam QS Al-Baqarah: 275, “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”


Sistem Islam memberikan solusi bagi masyarakat yang butuh membeli kebutuhan sehari-hari dengan mewujudkan perekonomian yang menyejahterakan. Level “menyejahterakan” tersebut adalah terpenuhinya kebutuhan dasar berupa sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan bagi tiap-tiap orang, serta terwujudnya kemampuan memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier.


Selain itu, masyarakat di dalam sistem Islam, yakni Khilafah, mendapatkan edukasi melalui sistem pendidikan dan dakwah yang diselenggarakan oleh negara sehingga bergaya hidup zuhud, tidak berlebih-lebihan. Momen Ramadan akan disambut dengan memperbanyak amal saleh, bukan justru konsumtif sehingga pengeluaran rumah tangga meningkat.



Dengan solusi tersebut, masyarakat akan terjauhkan dari praktik riba. Hasilnya, keberkahan akan Allah Swt. curahkan bagi umat Islam. Kebutuhan masyarakat akan terpenuhi dengan baik dan para pengusaha bisa berbisnis dengan tenang. Inilah indahnya kehidupan di bawah Khilafah. Wallahu a'lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak