Pajak Naik, Nasib Rakyat Kian Pelik

 



Oleh: Izzah Saifanah

Dikutip dari situs Tirto.id (8/24), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian membeberkan seluruh kebijakan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) akan kembali dilanjutkan oleh presiden selanjutnya. Hal itu juga termasuk kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) yang dipastikan naik menjadi 12 persen pada 2025.

Pajak dalam sistem demokrasi adalah sumber utama pendapatan negara. Negara akan terus mencari legitimasi untuk menambahnya, termasuk pungutan pajak pada rakyat yang jelas sangat membebani kehidupan mereka. Dalam sistem kapitalisme, 80% pendapatan negara bersumber dari pemungutan pajak. 

SDA yang seyogyanya dikelolah oleh negara untuk kesejahteraan rakyat, justru diperjualbelikan kepada asing dan korporasi. Penerapan pajak sangat membebani perekonomian, akibatnya harga barang dan jasa semakin meningkat, rakyat kesulitan memenuhi hajat. 

Islam memiliki seperangkat aturan yang mampu menyelesaikan berbagai problematika termasuk perekonomian. Islam menetapkan bahwa pemimpin bertanggung jawab penuh terhadap berbagai urusan masyarakat. Pemimpin tidak boleh membebani masyarakat sebagaimana dalam sistem kapitalisme.

Pajak dalam Islam bersifat temporer artinya hanya dipungut sementara waktu, misalnya dalam kondisi paceklik atau kas negara kosong. Pajak juga hanya ditarik dari orang kaya. Setelah keuangan negara stabil, pajak pun dihentikan. Jelaslah bahwa pajak tidak dijadikan tulang punggung kas negara 

Islam memiliki cara tersendiri untuk mengatur pendapatan negara. Dalam APBN Islam, sumber pendapatan negara ada dua. Sumber pendapatan tetap dan tidak tetap. Yang termasuk pendapatan tetap yakni : (1) Fa’i [Anfal, Ghanimah, Khumus]; (2) Jizyah; (3) Kharaj; (4) ‘Usyur; (5) Harta milik umum yang dilindungi negara; (6) Harta haram pejabat dan pegawai negara; (7) Khumus Rikaz dan tambang; (8) Harta orang yang tidak mempunyai ahli waris; (9) Harta orang murtad.

Sungguh Islam telah memiliki aturan yang sempurna, tidakkah kita ingin merasakan kesejahteraan dalam naungan Islam?



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak