Ramadan Boikot Kurma Zionis, Emang Cukup?



Oleh: Nashila Mumtazah

Bulan ramadan merupakan bulan yang istimewa bagi kaum muslimin. Menyambut dengan rasa suka cita sudah seharusnya mereka tunjukkan. Namun, di sisi lain ramadan tahun ini merupakan ramadhan diselimuti oleh duka, dimana kaum muslimin Palestina dibantai dengan kejam oleh zionis Yahudi.

Kejahatan Zionis di Palestina makin parah, sementara mirisnya hingga hari ini kaum muslim Palestina belum juga mendapat pembelaan dari berbagai negeri. Dan di bulan Ramadan ini, salah satu yang bisa dilakukan adalah boikot kurma produk Zionis. Apalagi zionis adalah pengekspor korma terbesar. Tentu, aksi boikot ini berdampak terhadap perekonomian Zionis, bahkan Zionis Yahudi ketar-ketir karena takut kurmanya tidak laku di pasaran.

Dilansir oleh kumparan.com, (03/03/2024) bahwa kampanye iklan senilai USD 550.000 untuk mempromosikan kurma Medjool Israel dihentikan sebagai tanggapan atas ketakutan akan boikot. Diantara kurma-kurma produk Yahudi adalah King Solomon Dates, Hadiklaim, Jordan River, Star Dates, Carmel, Galilee, dan Mehadrin.

Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI)  'mengharamkan' produk kurma yang terafiliasi dengan Zionis Yahudi melalui aksi boikot seluruh produk yang mendukung negara tersebut. Aksi boikot ini tertuang dalam Fatwa MUI Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan Terhadap Perjuangan Palestina. (CNBCIndonesia.com, 17/03/2024).

Tentu sikap boikot ini merupakan bentuk mengcounter konflik genosida yang dilakukan oleh zionis Yahudi terhadap warga sipil Palestina yang menewaskan hampir 30.000 para syuhada dan 69.000 orang luka-luka. Meskipun Indonesia tidak memasok kurma dari Israel, tapi tetap saja mengaruskan boikot aksi nyata yang harus dilakukan. Sebab uang-uang itulah yang akan menjadi investasi untuk membunuh saudara-saudara muslim di Palestina. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor 56,74 ribu ton kurma sepanjang 2023. Nilai ekspornya mencapai US$80,52 juta atau setara Rp1,26 triliun (asumsi Rp 15.77.70 per US$). Indonesia paling banyak mengimpor kurma dari Mesir, Arab Saudi,  Uni Emirat Arab.

Seyogyanya bukan hanya produk makanan atau barang saja yang harus diboikot, karena pemboikotan sejenis ini pemboikotan level rendah dan hanya melumpuhkan perekonomian Zionis Yahudi untuk sementara waktu. Karena nyatanya tangan-tangan besi entitas Yahudi masih terus melakukan pembunuhan dan pembantaian kaum muslimin di Palestina habis-habisan.

Tingkat tertinggi dalam pemboikotan adalah memboikot pemikiran-pemikiran yang membuat negeri-negeri muslim diam membisu melihat Palestina diserang. Produk pemikiran-pemikiran yang dimaksud adalah nasionalisme, liberalisme, demokrasi, dan kapitalisme, termasuk induknya, yakni sekularisme.

Bagaimana tidak, produk pemikiran ini berhasil membuat negeri-negeri muslim tunduk di bawah ketiak ideologi peradaban barat dalam naungan sistem demokrasi. Pemimpin-pemimpin negeri muslim menutup mata dari kekejaman Zionis Yahudi, menutup telinga dari rintihan saudara seiman, menutup hati dari rasa empati dan bahkan tidak mau mengirimkan pasukan militer untuk menolong saudara muslim di Palestina.

Hal ini merupakan dampak dari mengadopsi produk pemikiran-pemikiran barat. Ditambah lagi bahwa serangan terhadap Palestina di mulai sejak PBB yang di dalamnya ada Inggris dan antek-anteknya menyetujui entitas Yahudi tinggal di Palestina. Pun keruntuhan daulah Islam itu disebabkan oleh mereka melalui anteknya Mustafa Kemal Atatturk laknatullah.

Maka, boikot pemikiran-pemikiran menjadi suatu keharusan dan sudah selayaknya umat muslim di dunia khususnya negeri muslim sadar bahwa hanya Islam yang dapat menyelamatkan Palestina. Palestina menjadi seperti sekarang sejak kaum muslim kehilangan perisainya (khilafah). Jadi, untuk membebaskan Palestina, kita membutuhkan perisai itu kembali yang hanya akan terwujud jika negeri-negeri kaum muslim menyadari urgensinya dan bersatu di bawah bendera tauhid.

Agar tujuan itu terwujud, wajib menyadarkan seluruh umat Islam bahwa Palestina membutuhkan Khilafah. Caranya adalah dengan dakwah. Setiap muslim yang memiliki dorongan iman yang kuat dan menjadikan ideologi Islam sebagai landasan, wajib menyadarkan saudara seimannya agar menyadari pentingnya perisai ini. Inilah dakwah pemikiran, yang menjadikan akidah Islam sebagai landasan.

Dengan begitu, atas kesadaran umat untuk bersatu, Khilafah akan terwujud dalam satu kepemimpinan. Saat itulah waktu yang tepat untuk menyelamatkan Palestina. Ini karena hanya Khilafah yang bisa menjadikan Islam sebagai ideologinya yang akhirnya menjadi negara yang tegas dan dapat menyelamatkan Palestina. Wallahualam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak