Bulan Ramadhan Momentum Mengamalkan Isi Al Qur’an

 






Oleh : Rini Astutik

Pemerhati Sosial



Bulan Ramadhan adalah bulan yang ditunggu -tunggu dan dinanti bagi sebagian besar umat Islam diseluruh penjuru dunia. Dimana seluruh umat Islam kembali bergembira menyambut datangnya Bulan suci yang mulia ini, Yaitu bulan yang datang hanya sekali dalam setahun.  


Bulan Ramadhan itu sendiri, identik dengan Bulan Al-Quran. Atau yang sering disebut dengan Syahr Al-Qur’an. Pasalnya, pada bulan Ramadhan Al-Quran diturunkan sebagai petunjuk bagi umat manusia. Sebagaimana penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). 


Karena itu, barang siapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur (QS Al-Baqarah: 185).


Disamping perintah untuk melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan penuh,  Ramadhan merupakan terjadinya peristiwa besar yang mana Al-Quran turun pada Malam Kemuliaan, yakni malam Lailatul Qadar. 


Peristiwa turunnya Al-Quran (Nuzulul Qur'an) sesungguhnya merupakan peristiwa luar biasa. Sebagaimana tercantum dalam Qs : Al Qodar : 1 Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. Yaitu disalah satu malam Ramadhan.


Selain menjelaskan keutamaan dari Lailatul Qadar, surat Al Qadr juga mengandung keutamaan bagi pembaca surat Al Qadr yang akan diberi pahala sama dengan yang berpuasa. 


Hal ini dapat disimak dalam salah satu hadist Rasulullah yang berbunyi, "Barang siapa membaca surat Al Qadr, ia akan diberi pahala sama dengan orang yang berpuasa dan menghidupkan malam Qadr (tidak tidur sepanjang malam dan mengisinya dengan ibadah dan amal Shalih)," (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5: 613)


Hal ini sekaligus menunjukkan   keagungan dari pada Al-Quran itu sendiri. Yang diperkuat didalam (Qs : Al Hasyr : 21) Yang berbunyi “ Sekiranya Kami turunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir”.


Ini merupakan dalil bahwa Al-Quran merupakan Kalamulah, sehingga banyak sekali mengandung seruan dari Allah SWT. Seruan-seruan Al-Quran setidaknya mencakup dua aspek, yakni aspek ruhiyah (spiritual) dan aspek siyasiyah (politik). Dimana Aspek ruhiyah mencakup pengaturan hubungan manusia dengan Allah SWT seperti halnya ibadah-ibadah Mahdo seperti shalat, puasa, haji, zakat dan lain-lain.


Adapun aspek politik (Siyasiyah) mencakup pengaturan hubungan sesama manusia, khususnya yang menyangkut urusan masyarakat yang dijalankan oleh negara dan dikontrol pelaksanaannya oleh umat. Namun sangat disayangkan, saat ini ayat-ayat yang bersifat politis itu belum mendapat perhatian sebagaimana ayat-ayat yang menyangkut aspek ruhiyah.


Contohnya dalam hal muamalah, masih banyak masyarakat yang terjebak dengan perkara riba, bahkan saat ini riba dianggap hal yang lumrah bahkan menjadi sebuah keharusan yang dijadikan rujukan sebagai gaya hidup sebagian besar masyarakat.


Dianggap tidak keren jika tak punya kartu kredit, dianggap aneh jika beli barang tidak melalui leasing. Pemahaman semacam ini dikarenakan umat Islam belum menerapkan dan mengamalkan Al Qur’an secara Kaffah (keseluruhan) didalam aspek ruhiyah dan siyasiyah.


Belum lagi kita   dikejutkan dengan adanya kasus korupsi terbesar di sepanjang bulan Ramadhan, ini merupakan bukti bahwa rasa takut pada diri manusia terhadap adanya sang pencipta mulai hilang pada diri individu-individunya. 


Perlu kita pahami kenapa banyak sekali kemaksiatan dan kedzoliman di negeri ini, Hal ini dikarenakan sistem yang mengatur kehidupan kita saat ini bukan berasal dari Islam. Dimana Al Qur’an tidak dijadikan sebagai sumber hukum dalam menjalani kehidupan.


Oleh karenanya wajib bagi kita untuk bersegera mengamalkan dan menerapkan seluruh isi Al-Quran. Jika tidak, maka kita nantinya termasuk golongan orang yang mengabaikan Al-Quran. Sebagaimana didalam (Qs: Al Furqon :30) “Dan Rasul (Muhammad) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur'an ini diabaikan.”


Oleh Karenanya, mengamalkan dan menerapkan Al-Quran tak bisa dan tak cukup dilaksanakan oleh pribadi-pribadi secara individu. Butuh peran masyarakat dan terutama peran negara. 


Sebab negaralah yang bertanggung jawab guna mencetak masyarakatnya menjadi pribadi-pribadi Qur’ani. Yang memiliki rasa takut akan berbuat maksiat dan dosa. Apalagi sampai berbuat dzolim dan merugikan rakyat dan negara. 


Alhasil, sudah seharusnya Ramadhan ini dijadikan momentum oleh kaum Muslim, terutama bagi para penguasa yang memiliki kekuasaan, agar mereka kembali untuk mengamalkan dan menerapkan isi Al-Quran secara keseluruhan.


Dan hal ini hanya bisa diterapkan dalam bingkai negara Islam. Sebab hanya dengan  sistem pemerintahan Islam , penerapan Al Qur’an secara Kaffah bisa terealisasi dalam kehidupan nyata. Wa ’Allahu A’lam Bishowabh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak