Ekonomi Bergerak, Islam Solusinya

Oleh : Nur Elmiati, S.Pd

Bulan Ramadhan baru saja dilalui, ibadah puasa sudah dilewati. Lalu ditutup dengan perayaan Idul Fitri, hari kemenangan umat Islam. Selama Ramadhan dan Idul Fitri ternyata memberikan efek yang signifikan terhadap perputaran ekonomi yang terus meningkat.

Hal ini ditandai dengan perputaran ekonomi di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif diprediksi akan capai Rp. 276 triliun di musimm lebaran 2024. Jumlah ini meningkat 15% dibandingkan dengan libur lebaran tahun lalu. Perputaran ekonomi ini sejalan dengan mobilitas masyarakat selama musim lebaran (Katadata.com, 12/04/2024).

Tentu hal ini merupakan kabar yang menyenangkan, dimana saat-saat ekonomi dunia sedang lesu, ramadhan dan lebaran justru mampu membawa kebaikan ekonomi. Bagaimana tidak, pertumbuhan ekonomi nasional naik hingga lima persen pada momen lebaran tepatnya pada kuartal I dan II 2024. Adapun dua indikator utamanya adalah peningkatan konsumsi dan peningkatan pergerakan masyarakat.

Benar saja, secara tradisi budaya konsumtif umat Islam meningkat selama Ramadhan. Kebutuhan rumah tangga dengan segala prepare beragam menu sahur dan menu buka puasa, tentu sangat wajar memberikan impak yang besar pada roda perekonomian negara.

Ditambah lagi mudik lebaran yang sudah menjadi rutinitas setiap musim hari raya, juga memberikan kontribusi besar pada meroketnya perekonomian. Pasalnya, diproyeksikan sebanyak 193,6 juta atau 71,1 persen penduduk Indonesia melakukan perjalanan mudik.

Sehingga sangat rasional bahwa pergerakan ekonomi meningkat cepat selama Ramadhan dan lebaran. Hal ini bisa ditinjau dari meningkatnya konsumsi di berbagai sektoral mulai dari barang-barang, kebutuhan pokok, pariwisata, makanan, minuman sampai manufaktur.

Beginilah potret kebaikan dari Islam, ini baru satu penerapan dari sekelumit syariat-syariat Islam. Terlebih lagi bagi muslim momentum Ramadhan dan momentum Idul Fitri merupakan momentum merepresentasikan ketakwaan dengan memperbanyak amal shalih. Termasuk berbagi dan membahagiakan saudara semuslim baik yang kurang mampu atau pun tidak.

Kebaikan seperti ini hanya baru secuil, bagaimana kalau aturan Islam diterapkan secara kaffah dalam bingkai negara tentu akan membawa banyak sekali kemaslahatan yang rahmatan lil'alamin. Momentum Ramadhan dan Idul fitri dalam daulah Islam tidak hanya membentuk ketakwaan pada ranah individu saja, tapi juga membentuk ketakwaan kolektif pada masyarakat dan negara.

Negara dengan standar syariat Islam akan mengeluarkan regulasi-regulasi Islam, termasuk konsep berbagi akan disupport by system oleh negara Islam. Negara Islam akan mensosialisasikan dan menanamkan pada masyarakat Islam bahwa memberi makan orang yang berpuasa (berbuka puasa) adalah sebuah amal saleh yang pahalanya sangat besar. Juga Idulfitri, saat kaum muslim berbagi dalam bentuk zakat fitrah maupun zakat harta (mal), jelas memberikan kebahagiaan tersendiri bagi kaum muslim dari kalangan mustahik.

Itu masih belum termasuk peningkatan pergerakan uang sebagai hadiah untuk anak-anak saat tradisi berkunjung ke rumah saudara kerabat. Meski dalam kacamata kapitalisme fenomena ini hanya dipandang berdasarkan capaian profit, tetapi sebagai kaum muslim kita harus menyadari bahwa ketaatan pada syariat Allah sudah pasti memberikan kebaikan dan keberkahan.

Allah Taala berfirman, “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.”
(TQS Al-Lail [92]: 5—7).

Juga dalam ayat, “Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.”
(TQS An-Nur [24]: 52).

Mengacu ayat di atas, Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Qatadah mengatakan, makna yang dimaksud adalah taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mengerjakan apa yang diperintahkan oleh keduanya, meninggalkan apa yang dilarang oleh keduanya, dan takut kepada Allah atas dosa-dosa yang telah lalu serta bertakwa kepada Allah dalam menghadapi masa depannya. Sedangkan kemenangan adalah bagi orang-orang yang berhasil meraih semua kebaikan dan selamat dari semua keburukan di dunia dan akhirat.

Wallahu'alam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak