Horeee, Makan Siang Gratis!! Benarkah Menjadi Investasi SDM Agar Terlepas Dari Middle Income Trap?



Oleh: Aisyah, S.E (Aktivis Dakwah)

Siapa nih yang sudah kebagian makan siang gratis?

Makan siang gratis untuk anak SD dan SMP merupakan program unggulan dari presiden dan wakil presiden terpilih.

Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar sekaligus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, sumber daya manusia (SDM) yang unggul sangat penting untuk membawa Indonesia lepas dari middle income trap (Kompas, 7/4/2024)

Makan siang dan susu gratis akan dibagikan kepada 82,9 juta orang miskin, yang terbagi dalam 3 golongan; 74,2 juta anak sekolah alias murid, 4,3 juta santri, 4,4 juta ibu hamil. Gibran pernah menyebut kebutuhan anggaran makan siang gratis mencapai Rp400 triliun (CNN Indonesia, 24/2/2024).

Banyak kalangan akademisi dan praktisi yang mengkritisi kebijakan makan siang gratis yang dianggap tidak menjawab tantangan problem SDM dengan anggaran fantastis.

Wakil Ketua Umum DPP KSPSI Arnod Sihite menyebut program makan siang gratis Prabowo - Gibran sama sekali tidak menjawab persoalan konkret masyarakat; bahkan cenderung menjadi beban terutama karena besarnya anggaran yang diperlukan (Tribunnews, 8/3/2024)

Selain itu, Anthony Budiawan, Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) mengatakan Kalau anggaran makan siang dan susu gratis tersebut diambil dari program sosial, seperti BBM dan listrik, tingkat kemiskinan diperkirakan meningkat (Tempo, 4/3/2024)

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas), Yusuf Wibisono, mengatakan program makan siang dan susu gratis sangat berat untuk ditanggung APBN 2025.

Rencana makan siang gratis yang menuai kontraversi harus ditinjau kembali. Karena jika ditelaah lebih jauh makan siang gratis bukan lah solusi anak kekurangan gizi.

Middle income trap (MIT) dimaknai sebagai suatu kondisi dimana negara berpendapatan menengah sulit meningkatkan posisi mereka ke pendapatan tinggi, dengan kata lain negara tersebut stagnan di kategori berkembang dan tak pernah menjadi negara maju.

Pertanyaan nya apakan benar program makan siang gratis mampu menciptakan generasi sehat dan SDM berkualitas?

Anggaran untuk makan siang gratis sangat besar jumlahnya sebesar 400 T per tahunnya. Hal ini membuka peluang korupsi di negeri ini. Bukannya menciptakan generasi berkualitas terbebas dari stunting malah memperpanjang umur koruptor dalam mendulang program ini.

Kualitas SDM yang rendah bukan satu-satunya pemicu Indonesia berada dalam jebakan pendapatan menengah, tapi karena sistem ekonomi yang digunakan juga berperan utama. Dimana sistem ekonomi yang digunakan adalah sistem Ekonomi Kapitalis, negara memberikan kesempatan kepada para kapital (pemilik modal) untuk mengolah kekayaan alam negeri ini bahkan menguasai pasar, alhasil kebutuhan pokok menjadi mahal, listrik mahal, BBM naik, layanan publik sulit dijangkau oleh masyarakat miskin, dan lain sebagainya. 

Makan siang gratis bukan solusi permasalahan kompleks negeri ini. Apabila setiap kepala keluarga memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi gizi keluarga, pastilah generasi yang sehat dan kuat fisik akan tercipta. Namun faktanya pengangguran dimana-mana menyebabkan banyak keluarga yang tak mampu membeli makanan bergizi.

Negara yang memiliki kekuasaan harusnya mencari solusi sampai akar bukan hanya bersifat sementara saja.

Berbeda apabila sistem Islam yang diterapkan. Sistem aturan yang berasal dari Allah SWT yang menciptakan manusia. Aturannya sempurna dan membawa kesejahteraan untuk seluruh umat manusia. Dalam negara Islam terdapat pemimpin yang mengurus urusan rakyat.

Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari)

Sejarah mencatat pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, sangat sulit menemukan orang-orang yang berhak menerima zakat, karena masyarakat sejahtera dan berkecukupan. Betapa pemimpin sangat memperhatikan kesejahteraan rakyat nya, melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan ekonomi negara sesuai aturan Allah. 

Negara akan memberikan fasilitas berupa pendidikan yang berkualitas dan dijangkau oleh semua kalangan masyarakat untuk mengasah kemampuan diri. Pendidikan yang berlandaskan syariat Islam akan melahirkan generasi berkepribadian Islam, dengan bekal kemampuan mumpuni di bidang nya masing-masing.

Seorang kepala keluarga yang bertanggung jawab untuk mencari nafkah akan di dorong oleh negara untuk bekerja, dan negara yang akan menyediakan lapangan pekerjaan yang luas. Sehingga keluarga nya bisa mendapatkan kebutuhan pokok yang memadai. Tidak ada lagi istilah ibu kekurangan gizi atau anak terkena stunting.

Negara bertanggung jawab penuh terhadap urusan rakyat atas dasar ketaqwaan kepada Allah. 

Negara menjamin kebutuhan pokok warga negara nya. Sistem ekonomi yang diterapkan adalah sistem ekonomi Islam, sehingga pendapatan negara bisa di kontrol penuh oleh negara. Kekayaan alam akan dikelola dengan baik dan akan dikembalikan untuk kepentingan warga negara dalam bentuk pelayanan publik. Hal ini yang akan melepas negeri ini dari middle income trap.

Pengelolaan negara berlandaskan aturan syariat Islam akan mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Wallahu'alam bissawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak