HIDUP BERKAH HANYA DENGAN ISLAM KAFFAH

Oleh: Liza khairina


Beragam kriminalitas terus diproduksi dalam negeri mayoritas muslim. Termasuk negeri raya kita indonesia. Bagaimana bisa negeri dengan penduduk paling banyak penganut Islamnya, tapi justru terpuruk dan perilakunya tidak mencerminkan kemuliaan manusia. Terbawa dunia tipu-tipu.


Dari pemimpin yang tidak paham agama, masyarakat yang cinta dunia, zina yang terang-terangan tanpa malu, pembunuhan dengan cara keji dan mutilasi, judi yang terus berkembang menjadi aktivitas harian oleh semua kalangan, kasus mati sia-sia (jamaknya bunuh diri), transaksi ribawi akut oleh negara dan masyarakat, korupsi yang menjadi simbol kegagahan.


Bahkan pada orang-orang dengan komunitas yang berikhtiar mulia ditangkapi, sementara sampah masyarakat disanjung dan dipuji. Hingga kebiasaan-kebiasaan umat terdahulu yang dibinasakan menjamur dimana-mana, malah diberi panggung atas dasar hak asasi manusia. Tidak ada yang bersisa dari seluruh yang digambarkan Rasul saw 14 abad yang lalu. Semuanya hadir meramaikan suasana umat modern hari ini dengan bendera kapitalisme sekuler di belakangnya


Sungguh, tiada hari tanpa fakta kriminalitas. Pelakunya dari anak-anak hingga tua renta. Rupawan hingga di bawah rata-rata. Kaya emas permata hingga miskin papa. Penguasa hingga rakyat jelata. Semua terjangkit euforia dunia, berlomba mengambil bagian hidangan sekulerisme Barat yang katanya beken-needy. Ahh, kaum muslimin mudah terpedaya dengan sihir dan mantra penjajah. Sampai-sampai tidak merasa kalau dalam diri kaum muslimin sendiri tersemat predikat umat terbaik yang jauh, bahkan tidak mengenal kriminalitas.


Kenapa sebab? Karena umat Islam tidak peduli dengan agamanya, saudaranya, bahkan pada keadaan dirinya yang terus dibodohi, dimiskinkan, dijajah dunia yang hanya secuil. Hanyut pada propaganda Barat yang mengagungkan akal dan mengemudiankan Allah swt sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta.


Padahal Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memperingatkan dalam kitab suci-Nya yang dihadiahkan untuk umat akhir zaman:


 فَاِ مَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِّنِّيْ هُدًى ۙ فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقٰى


"Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka."


وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِ نَّ لَـهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى


"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta."

(QS. Ta-Ha [20] ayat 123-124)


Begitulah konsep hidup di dunia fana ini. Hidup menjadi sempit apabila meninggalkan syariat-Nya, meninggalkan petunjuk. Romantika hidup penuh berkah jika menjadikan syariat sebagai jalan hidup. Hari ini sebaliknya, kemaksiatan yang seharusnya dihindari dan umat diselamatkan jangan sampai terjerumus, malah dikukuhkan lewat regulasi oleh negara. Bagaimana kehidupan tidak seperih ini, jika sekedar beranjak bermuhasabah diri tidak dilakukannya, sebab merasa sudah islami dengan predikat mayoritas muslim yang menjadi acuannya.


Padahal mayoritasnya kita muslim hari ini seperti buih. Mengekor mengikuti ritme orang-orang kafir. Hanya mengambil sebagian kecil dari ajaran Islam yang dilakoni. Berislam mencukupkan pada aktivitas ritual saja, hubungan dengan Allah swt semata. Sedangkan hubungannya dengan sesama menyerahkan sepenuhnya pada akidah sekuler yang lahir dari Barat sebagai penentang paling angkuh memisahkan agama dari politik.


Berbeda dengan harmoninya kehidupan yang dibangun berdasar akidah Islam. Perjalanan panjang kepemimpinan Islam atas dunia selama 13 abad lamanya telah menorehkan emas pada setiap inci kehidupan manusia. Bahkan pengakuan peradaban dunia modern hari ini, selalu mengacu pada role model kekhilafahan yang dibangun berdasarkan iman dan cemerlangnya khidmah para ulama dan para penguasanya kepada umat.


Kitab-kitab klasik yang diwariskan masa keemasan itu, benar-benar menyulap kondisi gelap pada terang dan menjadi cikal bakal keilmuan modern hari ini. Negeri-negeri dengan simbol Islam yang masih merumput, begitu minimalis tingkat kriminalitasnya dibanding dunia Barat dan para pengekornya yang terus bernas memproduksi maksiat dan kejahatan. Sebutlah dunia Timur yang lebih beradab ketimbang dunia Barat yang kehilangan adab dan ketinggian martabat.


Karena itu, kesempitan dan kelapangan hidup adalah tentang keberpalingan atau ketaatan kita akan syariat Allah swt. Jika menginginkan kehidupan lapang dan berkah, tentu Islam adalah alternatif satu-satunya yang bisa mewujudkannya. Tapi jika masih bertahan dalam kesempitan, tentu Allah swt akan membiarkan sekehendak kita sampai datang waktu yang dijanjikan.


Pesan Rasulullah saw cukuplah menggugah kita untuk berubah. Move on dari pandangan dunia yang sesaat pada pandangan akhirat yang kekal selamanya:


عِشْ مَا شِــئْتَ فَإِنَّـكَ مَـيِّتٌ وَأَحْبِبْ مَنْ أَحْبَبْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ وَاعْـمَلْ مَـا شِئْتَ فَإِنَّـكَ لاَقِـيْـهِ


"Hiduplah sesukamu karena sungguh engkau pasti mati. Cintailah siapa pun yang engkau suka karena sungguh kalian pasti berpisah. Berbuatlah sesukamu karena sungguh engkau pasti menemui (balasan) perbuatanmu itu.” (HR al-Baihaqi)


Mari bersama menyelamatkan diri dan membangun bumi asri ini, yang hanya diwariskan kepada orang-orang beriman dan beramal shalih, dengan Islam kaffah di setiap lini.


Wallahu a'lam.[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak