Krisis Pangan Dunia, Tuntaskan Dengan Islam
Oleh Suriani Geri (Pengasuh Kuttab rumah tahfidz Darul Kaffah Center Baroko)
Krisis pangan telah menjadi persoalan besar yang menimpa dunia hari ini. Ratusan juta penduduk dunia sedang terancam dalam kelaparan.
Dilansir dari CNBC Indonesia, Organisasi Pangan Dunia atau FAO yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengungkapkan masih banyaknya kelaparan akut di 59 negara atau wilayah, dengan jumlah 1 dari 5 orang di negara itu mengalami kelaparan akibat permasalahan pangan akut. (CNBC Indonesia, 4/5/2024)
Berdasarkan laporan mereka bertajuk Global Report on Food Crises 2024, tercatat sebanyak 282 juta orang di 59 negara mengalami tingkat kelaparan akut yang tinggi pada 2023. Jumlah orang kelaparan pada 2023 itu meningkat sebanyak 24 juta orang dari tahun sebelumnya.
Pada tahun lalu, lebih dari 705.000 orang berada pada tingkat kerawanan bencana pangan (IPC/CH Tahap 5) dan berisiko kelaparan yang akan menjadikan jumlah tertinggi dalam sejarah pelaporan GRFC. Angka itu pun telah naik empat kali lipat sejak 2016.
Ditambah lagi saat ini situasi di Jalur Gaza menyumbang 80% masyarakat yang menghadapi kelaparan di dunia, bersama dengan Sudan Selatan, Burkina Faso, Somalia dan Mali.
Fakta yang dipaparkan oleh CNBC Indonesia ini jelas adalah persoalan besar yang sedang melanda dunia. Kelaparan adalah bukti tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang ujungnya bisa mengantarkan pada kematian. Dan salah satu hak dasar manusia adalah hidup yang harus didapatkan oleh setiap individu manusia.
Setiap manusia berhak untuk hidup dan itu harus mendapatkan jaminan. Dalam hal ini yang paling besar perannya menjamin kehidupan manusia tetap berlangsung adalah adanya sebuah mekanisme peraturan dunia yang mampu menjamin ketersediaan pangan bagi penduduk bumi. Dan dalam hal ini mesti ada negara yang mampu menerapkan mekanisme peraturan tersebut.
Kapitalisme, Biang Kerok Meluasnya Tingkat Kelaparan Dunia.
Seabad lamanya dunia diatur dengan mekanisme sistem kapitalis. Sebuah sistem yang menyerahkan segala kebijakannya berdasar kepentingan kapitalis atau pemilik modal. Di atas kepentingan kapitalis inilah diberlakukan aturan yang diterapkan di seluruh dunia.
Dalam penerapan sistem ekonomi kapitalis, baik dari sisi ide dasar yang terwujud nyata dalam penerapannya, nampak beberapa persoalan besar yang muncul dari penerapan sistem ekonomi kapitalis tersebut, diantaranya ::
Pertama sistem ekonomi kapitalisme tidak memiliki mekanisme menjamin kesejahteraan tiap individu rakyat. Dalam sistem ekonomi kapitalis yang mengukur keberhasilan ekonomi negara dengan konsep pertumbuhan ekonomi, dimana negara menghitung pendapatan per kapita negara dibagi jumlah penduduk rakyatnya, sehingga akan terlihat berapa persen pertumbuhan ekonominya.
Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi negara ini tidak dilihat satu per satu dari pendapatan penduduknya, tapi total secara keseluruhan pendapatan rakyat dibagi jumlah penduduk. Itulah hasil dari pertumbuhan ekonomi. Artinya akan disamakan pendapatan antara orang terkaya dengan orang termiskin, karena hitungannya adalah rata-rata penghasilan tiap individu. Padahal faktanya, sangat senjang perbedaan antara seorang milyarder atau pengusaha besar yang memiliki aset di mana-mana dengan puluhan juta penduduk miskin. Namun, dengan konsep pertumbuhan ekonomi ini disamaratakan. Negara akan tetap dianggap berhasil meningkatkan taraf ekonominya bila terjadi peningkatan pendapatan per kapitanya.
Kedua, sistem ekonomi kapitalisme tidak memiliki mekanisme yang bisa menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi setiap pekerja, termasuk juga tidak mampu membayar upah yang mencukupi kebutuhan pekerja dan keluarganya yang ada dalam tanggungannya. Dalam sistem ekonomi kapitalis, posisi negara hanyalah sebagai regulator yang memudahkan setiap pemodal untuk membuka lapangan pekerjaan atau investasi.
Jadi yang berperan besar membuka lapangan kerja adalah perusahaan swasta. Artinya ketersediaan lapangan pekerjaan dikendalikan oleh swasta. Sementara perusahaan swasta sendiri tentu akan menerapkan konsep ekonomi kapitalis yaitu pengeluaran sekecil-kecilnya dan pendapatan sebesar-besarnya. Perusahaan benar-benar akan menyerahkan persaingan pada setiap pencari kerja dengan standar kualifikasi tinggi yang ditentukan perusahaan. Dan kualifikasi tinggi ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Sementara tingkat pendidikan sangat didukung oleh kemampuan ekonomi tiap individu untuk mendapatkan layanan pendidikan terbaik.
Maka jelas tingkat kualifikasi tinggi memang hanya akan didapatkan oleh orang-orang yang notabenenya dari keluarga mampu. Meski ada jalur prestasi bagi yang tidak mampu, namun bagi yang ekonominya pas-pasan dan tidak berprestasi tentu akan sangat sulit mendapatkan pekerjaan.
Di sisi lain, konsep pengeluaran sekecil-kecilnya dengan pendapatan sebesar-besarnya yang menjadi prinsip kuat sistem kapitalisme berimbas pada upah yang sangat minim. Perusahaan mengejar keuntungan besar dan meminimalkan pengeluaran. Akibatnya para pekerja diperas layaknya sapi perah, sementara upah mereka tak cukup memenuhi kebutuhan keluarganya. Belum lagi biaya hidup dalam sistem kapitalis harus ditunggung sendiri oleh tiap individu seperti kesehatan, pendidikan dan kebutuhan dasar lainnya.
Ketiga, penguasaan sumberdaya alam (SDA) dalam sistem kapitalisme dikuasai oleh negara adidaya atau negara yang menjadi pengusung sistem kapitalis itu sendiri. Dalam hal ini dikuasai oleh negara-negara Barat seperti Amerika dan negara-negara sekutunya. Atau negara timur yang telah mengadopsi sistem kapitalis dan kuat secara ekonomi seperti Cina.
Dalam konsep kapitalis, menjajah negara-negara kecil atau negara-negara berkembang adalah sebuah keniscayaan. Karena memang seperti itulah cara dia menjaga dan mempertahankan hegemoninya di dunia. Karenanya tidak heran negara-negara kapitalis barat juga timur menguasai hampir sebagian besar sumber daya alam (SDA) yang berada di negara miskin atau negara berkembang. Indonesia misalnya, yang mereka kategorikan sebagai negara berkembang, hampir seluruh SDA penting dan besar jumlahnya dikuasai oleh perusahaan besar dunia. Seperti tambang emas di Papua, tambang minyak di Kalimantan dan Sumatera. Tambang batu bara di Kalimantan dan Sumatera. Tambang nikel di Sulawesi.
Bila ditelusuri hampir semuanya tertancap bendera negara-negara adidaya sebagai pemilik dan pengelolanya. Rakyat Indonesia sebagai pemilik sesungguhnya kekayaan tersebut hanya dapat remah-remahnya. Kalaupun ada istilah bagi hasil, nominalnya sangat kecil. Belum lagi nominal kecil itu ketika masuk kas negara dan dikelola oleh aparatur negara dengan bejibun kasus korupsi pejabatnya. Akhirnya yang benar-benar sampai pada rakyat entah ada atau bahkan mungkin tidak ada sama sekali. Karena sangat sulit melihat wujud pemanfaatannya bagi masyarakat saat ini.
Idealnya fungsi keberadaan negara adalah melayani kebutuhan rakyatnya, baik pemenuhan kebutuhan komunal seperti pendidikan dan kesehatan, keamanan maupun kebutuhan dasar rakyat seperti sandang, pangan dan papan. Namun, karena sangat kecilnya pembagian hasil dari pengelolaan SDA yang diberikan oleh korporasi akibatnya negara tak mampu memenuhi hajat hidup rakyatnya. Efeknya hampir semua kebutuhan yang harusnya disubsidi negara perlahan-lahan dikurangi bahkan berujung dicabut oleh negara. Saat itulah kondisi rakyat harus menanggung semua biaya kebutuhan mereka sendiri tanpa bantuan negara. Negara berlepas tangan dan fungsi negara tidak lagi sebagai pelayan rakyat, tapi berbalik menjadi pelayan kapitalis lewat produk regulasi yang mereka hasilkan untuk memuluskan korporasi menguasai dan mengeruk SDA yang ada dalam negaranya. Terjadilah yang disebut korporatokrasi, dimana negara dan perusahaan besar bekerjasama untuk mewujudkan kepentingan keduanya. Rakyat tak lagi menjadi objek yang harus dilayani negara. Inilah penjajahan gaya baru yang terjadi dalam sistem kapitalis. Lengkaplah derita rakyat yang dihasilkan oleh sistem kapitalis ini.
Sistem Islam Menjamin Kebutuhan Rakyat Hingga Rakyat Hidup Sejahtera
Bagaimana sistem Islam menjamin dan menyejahterakan rakyat? Islam dengan sistem kehidupan yang diatur di dalamnya memiliki mekanisme yang khas dan sangat berbeda dengan sistem kapitalis. Sistem Islam bersumber dari hukum Islam yaitu Al-Qur'an dan as Sunnah dan telah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW yang dilanjutkan Khulafaur Rasyidin dan kekhilafan Islam yang berlangsung kurang lebih 13 abad lamanya. Masa yang cukup panjang untuk bertahannya sebuah peradaban. Dan itulah peradaban Islam.
Konsep dan paradigma sistem Islam sangat berbeda dengan konsep dan paradigma sistem kapitalis di antaranya:
Pertama, sisem ekonomi Islam menjamin kesejahteraan rakyat individu per individu. Dalam mekanisme sistem Islam keberhasilannya bukan diukur dari pertumbuhan ekonomi seperti dalam sistem kapitalis, tapi bagaimana distribusi harta merata dan menjangkau seluruh individu rakyat. Dalam sistem Islam harus dipastikan bahwa tidak ada satu orang pun rakyat yang kelaparan apalagi sampai mati akibat kelaparan. Negara dengan mekanisme sistem Islamnya akan memastikan bahwa setiap individu rakyat yang hidup dalam riayahnya harus terjamin seluruh kebutuhan dasar dan kebutuhan komunalnya. Mulai dari sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan tiap individunya dijamin oleh negara.
Darimana sumber pendapatan negara untuk membiayai seluruh kebutuhan pokok dan komunal rakyatnya? Sistem ekonomi Islam punya mekanisme khas bagaimana sistem kepemilikan dan pengelolaan SDA-nya. Ada kepemilikan harta yang bersifat individu artinya ada jenis kekayaan yang boleh dikuasai individu. Ada harta yang jadi kepemilikan negara dan ada harta yang kepemilikannya bersifat umum.
SDA misalnya adalah salah satu harta yang kepemilikannya tergantung pada jumlahnya. Bila harta itu termasuk yang melimpah dan besar seperti tambang emas, minyak atau batu bara maka itu jadi kepemilikan umum yang pengelolannya oleh negara dan hasilnya dikembalikan untuk pemenuhan dan melayani kebutuhan rakyat seperti pendidikan dan kesehatan gratis. Negara memposisikan diri sebagai pelayan rakyat yang bersungguh-sungguh memenuhi kebutuhan rakyatnya sehingga rakyat pun terpenuhi kebutuhannya dengan mudah dan murah bahkan gratis untuk kebutuhan komunalnya seperti pendidikan dan kesehatan.
Kedua, dengan penguasaan SDA, baik yang status kepemilikannya umum ataupun negara yang dikelola oleh negara maka hal ini akan menjadikan negara mudah membuka lapangan pekerjaan bagi rakyatnya terutama bagi para laki-laki sebagai penanggung nafkah. Karena kewajiban negara adalah memenuhi dan melayani kebutuhan rakyatnya maka negara benar-benar akan mengatur sedemikian rupa bagaimana para laki-laki sebagai penanggung nafkah ini bisa bekerja dan memenuhi kebutuhan pokok keluarga yang menjadi tanggungannya secara memadai. Bukan hanya sekadar dipenuhi, tapi pemenuhan kebutuhan pokok dan komunal tiap individu rakyat benar-benar tercukupi secara optimal.
Negara tidak menjadikan rakyatnya sebagai sapi perah untuk diperas manfaat darinya atau bahkan dijadikan sumber pendapatan negara lewat pajak. Hal itu hanya terjadi dalam sistem kapitalisme.
Dalam sistem Islam, setiap pekerja digaji berdasarkan manfaat yang mereka berikan. Tidak ada istilah UMR (Upah Minimum Regional atau Upah Minimum Propinsi). Semakin besar manfaat yang diberikan oleh seorang pekerja akan menentukan seberapa besar upahnya. Contoh seorang penulis dalam sistem Islam akan diberi upah dengan menimbang berat karya tulisnya disetarakan dengan timbangan emas.
Sejarah Islam yang sangat masyhur telah mencatat bagaimana seorang khalifah Umar bin Khattab memanggul dan memasak sendiri makanan pada sebuah keluarga yang ditemukan Umar ketika diam-diam melakukan patroli di sebuah wilayah kekuasaannya dan menemukan seorang wanita hanya memasak batu karena tidak adanya makanan mereka. Dorongan kesadaran akan pertanggungjawaban kelak di akhirat atas kepemimpinannya itulah yang menjadikan setiap penguasa dalam sistem Islam totalitas dalam menjalankan amanahnya.
Inilah cara Islam dalam menyelesaikan persoalan ekonomi rakyat. Sistem yang bukan hanya menyejahterakan rakyat tapi benar-benar menciptakan ketenangan dalam setiap aturannya. Maka, persoalan yang sedang dihadapi dunia hari ini dengan meluasnya krisis pangan dan kelaparan yang menimpa penduduk bumi secara global hanya bisa dituntaskan dengan penerapan sistem Islam yang kaffah. Wallahu'alam bisshowab
Komentar
Posting Komentar