Gen Z Menganggur, Negara Gagal ciptakan Lapangan Pekerjaaan


Oleh: Aisyah, S.E (Aktivis Dakwah)

Hayo ngaku siapa disini yang masuk kategori Gen Z? Ini ada berita yang sedang menyorot Gen Z nih, terkait pengangguran yang di dominasi oleh Gen Z.

Sampai netizen berkomentar " Indonesia emas 2045 (❌), Indonesia Cemas 2045 (✅).

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa hampir 10 juta penduduk Indonesia generasi Z berusia 15-24 tahun menganggur atau tanpa kegiatan (not in employment, education, and training/NEET). Menurut analisa Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, faktor utamanya banyaknya angka pengangguran pada penduduk muda berusia 15-24 tahun ini adalah karena kurang sinkronnya pendidikan dan permintaan tenaga kerja. (Kompas, 24/05/2024)

Pengangguran memang masalah yang tak ada habis nya dibahas di negeri ini.

Banyak faktor pengangguran merajalela, bahkan selalu menjadi trend pembahasan untuk diselesaikan. Lapangan pekerjaan tak sebanding dengan jumlah tenaga kerja, dan sering terjadi passion seseorang tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Selain itu, seseorang juga kurang keterampilan (skill) yang bisa ditunjukkan agar bisa berdaya saing di perusahaan. 

Generasi tidak dibekali dengan skill yang mumpuni pada satu bidang, alhasil seseorang kebingungan untuk mencari pekerjaan.

Kurikulum pendidikan selalu berubah-ubah membuat standar pembelajaran ikut berubah, belum tuntas orientasi kurikulum yang satu namun sudah diganti yang baru. Jadi pendidikan tidak mampu mencetak generasi yang unggul.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan SMA pada Mei 2024 adalah 6,73%, sementara TPT lulusan perguruan tinggi adalah 5,63%. TPT lulusan SMK adalah yang tertinggi, yaitu 8,62%. Pekerjaan layak juga minimal harus lulusan sarjana, lulusan strata SMA dan SMK masih kesulitan menemukan pekerjaan.

Pendidikan yang menjadi bekal untuk mengasah kemampuan diri bukan sesuatu yang mudah didapatkan, apalagi sekarang UKT mahal, biaya pendidikan tidak gratis, berasa pendidikan hanya untuk orang berduit saja, parahnya saat aksi demontrasi besar-besaran terkait biaya UKT mahal malah berdalih perguruan tinggi tidak wajib, hanya kebutuhan tersier. Lah kok!!!!! Setelah viral akhirnya solusinya adalah penundaan kenaikan, akan dikaji ulang, dan kemungkin baru diterapkan tahun depan agar masyarakat bisa menyesuaikan. Wahh yang bener aja? 

Selain faktor pendidikan yang bisa dikatakan low education and skill, faktor lapangan kerja yang sedikit juga menjadi kendala. Negara memiliki andil membuka lapangan pekerjaan, namun sayangnya pengelolaan SDA yang mampu menyerap banyak tenaga kerja diberikan sepenuhnya kepada swasta dan asing. Ketika mereka menanamkan investasi nya secara otomatis mereka memberikan persyaratan untuk menerima pekerja dari negara mereka sendiri, jadi pekerja lokal pun hanya sedikit yang diterima.

Sistem sekuler kapitalis yang diterapkan oleh negara telah gagal menciptakan generasi yang unggul, bagaimana tidak? Sistem sekarang dari segala lini kehidupan tidak diatur oleh agama, alhasil aturan atau kebijakan yang berlaku berasal dari manusia, mereka membuat aturan untuk kepentingan sekelompok orang saja dan orientasi mereka hanya berfokus kepada materi semata. 

Permasalahan yang menimpa rakyat diatasi ala kadarnya, tidak ada solusi tuntas sampai akar masalah. Negara seakan acuh tak acuh terhadap banyaknya problematika yang melanda warga negara.

Berbeda hal nya ketika Islam diterapkan. Islam bukan hanya sekedar agama, tapi suatu sistem kehidupan yang berisi aturan yang bersumber dari Allah SWT. Peradaban Islam telah berjaya memimpin dunia selama kurang lebih 13 abad lamanya.

Seorang pemimpin (Khalifah) selalu berusaha untuk mencari solusi terbaik yang tentunya distandarkan menurut aturan Allah yang bersumber dari Al-Qur'an, Sunnah, Ijma, ataupun Qiyas. Pemimpin negara merupakan periayah (pengurus) umat. Seorang pemimpin melakukan amanah atas dasar takwa.

Seluruh problematika akan ditemukan solusinya dalam Islam, karena aturannya jelas dan terstruktur. Pendidikan sebagai bekal utama memajukan generasi unggul dalam Islam diberikan secara gratis.

Negara wajib menyelenggarakan pendidikan berdasarkan kebutuhan manusia dalam mengarungi kehidupan bagi setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan. Ada dua jenjang pendidikan, yakni pendidikan dasar dan menengah. Negara pun wajib menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh warga negara secara gratis dan berkualitas. Warga diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melanjutkan pendidikan tinggi secara gratis. (Taqiyuddin an-Nabhani, Nizham al-Islam).

Pertanyaan nya, dimana sumber dananya? Yah beginilah ketika Islam berjaya, SDA yang merupakan kepemilikan umum akan dikelola negara dan akan dikembalikan kepada masyarakat. Sarana dan prasarana ditanggung sepenuhnya oleh negara dari Baitul mal. Generasi hanya fokus belajar dan belajar, biaya nya gratis.

Generasi Islam dididik dengan pendidikan berbasis Islam, sehingga lahir generasi yang tidak hanya cerdas secara pemikiran dan mumpuni dalam bidangnya, tapi juga berakhlak mulia.

Laki-laki dalam Islam diwajibkan bekerja, sehingga mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk menekuni berbagai bidang, misalnya teknologi, industri, saintek, arsitektur, dan lain sebagainya. 

Negara juga bertanggung jawab membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya dan merekrut generasi yang sudah ahli di bidang nya tersebut.

Generasi tidak akan bermalas-malasan, mereka akan selalu mengisi waktunya untuk hal-hal bermanfaat.

Semoga kejayaan Islam segera kembali, kita sangat merindukan masa-masa itu!!

Islam solusi sempurna.

Wallahu'alam bissawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak