Tindak Asusila di Kampus, Pergaulan Semakin Liberal


Oleh: Kurniawati

Viral sebuah video mesum yang diduga dilakukan mahasiswa di gedung kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Video itu ramai dan menjadi buah bibir di media sosial. Dalam rekaman video yang beredar tersebut terdapat dua pasangan diduga bertindak asusila di dalam gedung. Aktivitas tak senonoh itu terekam dari balik kaca.

Wakil Rektor III UINSA Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama Prof Abdul Muhid menuturkan, sanksi beragam pun disiapkan. Mulai teguran hingga dikeluarkan atau DO. Pihaknya juga sudah memanggil salah satu orang tua wali dari mahasiswa tersebut (Jawapos.com,17/05/2024).

Adanya tindakan asusila di dunia kampus menunjukkan adanya kebebasan dalam pergaulan. Kebebasan ini berlangsung di salah satu kampus Islami yang notabene mahasiswanya mendapatkan pengajaran berbasis Islam. Pendidikan harusnya mampu menjadikan pribadi seseorang menjadi lebih baik dan  bisa melahirkan generasi yang berakhlakul karimah. Hal ini menunjukkan bahwa orientasi pendidikan hari ini masih kental dengan budaya liberalisme. Liberalisme merupakan paham kebebasan berekspresi yang diberikan  negara kepada setiap warga negaranya. Sehingga wajar jika tindakan asusila tersebut menjadi hal yang biasa jika dilakukan suka sama suka dan dilakukan di tempat yang tersembunyi.

Kurikulum pendidikan hari ini hanya fokus kepada kemampuan daya pikir mahasiswa dalam memahami ilmu pengetahuan yang diberikan dan siap bersaing di dunia kerja. Sehingga tidak heran kita menyaksikan generasi yang memiliki pemikiran dan tingkah laku yang rusak, tidak takut melakukan keharaman, bahkan abai dan tidak peduli dengan sistem sanksi yang diberlakukan.

Hal ini menunjukkan tidak adanya iman dan kesadaran atas adanya sanksi di akhirat bagi pelaku. Inilah buah dari sistem sekuler yang diterapkan di negeri ini. Sistem sekuler yaitu sistem yang menghilangkan peran agama untuk mengatur kehidupan. Adapun nilai-nilai agama hanya dibahas secara formalitas dan masih dalam tataran ibadah ritual dan akhlak saja.
Pendidikan yang berasaskan kapitalisme hanya menstandarisasi kebahagiaan pada nilai materi dan uang semata. Tak heran ideologi Kapitalisme telah gagal melahirkan generasi yang memiliki kepribadian yang mulia.
Selain itu, lemahnya sistem sanksi membuat kemaksiatan dan kejahatan semakin  merajalela.
Mereka tidak memiliki rasa takut jika melakukan pelanggaran.

Berbeda halnya dengan sistem Islam (khilafah) yang menerapkan sistem pendidikan Islam berbasis kepada aqidah Islam yang akan membentuk generasi yang memiliki berkepribadian Islam dalam mengarungi kehidupan dunia dan akhirat. Di dunia mereka akan menjaga pola pikir dan tingkah laku yang diharamkan demi meraih pahala dan ridho Allah di akhirat kelak. Jangankan perbuatan asusila, perbuatan yang mendekatkan pada perbuatan tersebut saja mereka hindari seperti menjaga interaksi laki- laki dan perempuan.

Islam juga menjaga dan mengontrol masyarakat dari aktivitas maksiat dengan menjadikan Islam sebagai standar hukum. Selain itu masyarakat yang Islami akan mengedepankan amar ma'ruf nahi mungkar sebagai wujud kepedulian terhadap sesama individu muslim. Dengan sistem sanksi yang tegas, dapat memberi efek jera kepada setiap pelaku maksiat. Seluruh penjagaan generasi hanya dapat terwujud jika negara menerapkan ideologi islam dalam bingkai negara khilafah Islamiyyah.

Wallahua'lam bi ash-shawwab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak