Derita Tat Berujung Bagi Kaum Perempuan di Sistem Kapitalis


 

Oleh : Yuli Atmonegoro

Pegiat Literasi Serdang Bedagai 


Fakta yang teramat memilukan bagi para perempuan dalam sistem kapitalis ini semakin menyayat hati. Derita demi derita yang datang bertubi-tubi, tidak dapat dihindari lagi. Tidak ada secercah harapan pun yang dapat diraih karena sistem saat ini justru menjadikan kaum perempuan sebagai target utama para penjajah untuk menghancurkan Islam. 


Kasus demi kasus terjadi, di mana pemeran utamanya adalah kaum perempuan. Semua permasalahan ini mencerminkan keberhasilan para penjajah untuk menghancurkan Islam dari dalam. Alih-alih menjadi umu warobatul bait yakni pengurus rumah tangga para ibu saat ini justru dijadikan peluru yang ampuh untuk membunuh nyawa sebuah rumah tangga. 


Kasus terbaru yang sungguh memilukan, di mana seorang ibu muda yang tega membakar hidup-hidup suaminya yang ketagihan judi online. Ada pula kasus di mana seorang istri memotong kemaluan suaminya karena suaminya selingkuh dan berzina. Belum lagi seorang ibu yang tega membunuh anak-anaknya karena kesulitan ekonomi serta mendapat tekanan dari suami. 


Ini hanyalah segelintir kasus yang mencuat ke permukaan dan menjadi konsumsi publik hingga menjadi viral. Masih ada ribuan kasus yang hampir sama yang dialami kaum perempuan di penjuru negeri ini yang tak terjamah oleh sosial media. Belum lagi dengan kasus-kasus pelecehan dan penyiksaan terhadap perempuan oleh kaum laki-laki yang tak kunjung terselesaikan. Perempuan dijadikan bulan-bulanan keinginan laki-laki yang imajiner tak terbatas. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kehidupan kaum perempuan di masa jahiliyah, di mana kaum perempuan hanya dianggap sebagai pemuas nafsu para lelaki durjana yang tak bermoral, serta dijadikan alat reproduksi untuk menyambung keturunan.


Tidak hanya dari sisi ini, kaum perempuan juga dijadikan sasaran empuk sebagai alat komersial yang bisa diperjual belikan dan diperbudak. Kaum perempuan didorong untuk menjadi manusia bernilai materi dan berharga dengan cara membuang posisi-posisi mulia yang Allah atur hanya untuk mengejar materi. Perempuan juga didorong untuk meninggalkan rumah-rumah mereka dan memaksa mereka untuk bersaing dengan kaum lelaki dalam persaingan publik untuk mengejar status sosial, dengan isu kesetaraan gender perempuan diharuskan menjadi seperti laki-laki di luar rumah dan juga terpaksa mengalami penderitaan di dalam rumahnya.


Apa yang membuat hal ini terus berlangsung dan seperti tidak ada penyelesaian? Dan apa yang harus dilakukan kaum perempuan untuk menyelamatkan kedudukan mereka sebagai perhiasan dunia terbaik?


Sistem Kapitalis Mencetak Orang Tua Durhaka


Di dalam Islam orang tua adalah sepasang manusia pertama yang akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat nanti terkait anak perempuan mereka. Allah akan mempertanyakan bagaimana mereka merawat mendidik dan melindungi anak perempuan mereka. Fitrah bagi seorang perempuan adalah dinafkahi dari sejak lahir hingga ia menutup mata. Tetapi, apa yang terjadi saat ini? Anak perempuan yang seharusnya mendapatkan nafkah dari orang tua atau ayahnya justru sebaliknya. Tidak sedikit anak perempuan yang dipaksa menjadi tulang punggung dalam keluarganya akibat tidak bertanggung jawab nya sang ayah. Ada pula orang tua yang menjadikan anaknya sebagai barang komersial demi meraup pundi-pundi rupiah dengan cara yang mudah. Bahkan, tidak sedikit pula para orang tua yang sengaja memaksa sang anak untuk menjadikan dirinya sebagai PSK dengan alasan ekonomi. Beberapa contoh di atas adalah permasalahan yang dialami sebagian kaum perempuan yang tidak memiliki kemampuan untuk menolong atau melindungi dirinya sendiri karena keterbatasan ilmu dan pertahanan diri. Sungguh sangat menyedihkan. 


Ada pula permasalahan yang terkesan seolah-olah baik, tetapi sesungguhnya sangat menghancurkan. Sistem kapitalis sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan, telah meracuni kaum perempuan kita. Kebebasan bergaul, kebebasan berekspresi, kebebasan berpendapat, dan kebebasan bertingkah laku telah mencetak kaum perempuan kita menjadi kaum yang tak punya rasa malu dan tak bermoral.


Suami Ala Fir'aun


Dalam sistem Kapitalis ini, kaum perempuan terancam keselamatan, ketenangan jiwa dan semangat hidupnya serta agamanya karena dipimpin oleh suami-suami yang memiliki karakter dan pemahaman bak Fir'aun. Suami yang seharusnya menjadi pemimpin yang membawa kaum istri ke surga, justru malah mereka yang tanpa sadar dan tanpa ilmu, mendorong istri-istri mereka kejalan kesesatan. Bahkan tidak jarang para suami melarang istrinya untuk taat kepada Allah karena minimnya ilmu dan pemahaman agama yang mereka miliki. Ada suami yang melarang istrinya menutup aurat secara syar'i, ada suami yang melarang istrinya taat pada orang tua, dan ada pula suami yang sangat tidak suka istrinya mengaji atau mengkaji Islam, atau suami-suami yang takut pada istrinya dalam mengambil keputusan. Minimnya ilmu dan pemahaman agama para suami-suami saat ini, membuat istri seperti terbelenggu tangan dan kakinya untuk melakukan ketaatan kepada Allah. Suami yang tanpa ilmu, dengan beraninya melarang istri-istri untuk taat kepada Allah. Mereka tidak menyadari, ada aturan yang harus lebih dipatuhi diatas segala aturannya, yakni aturan Allah dan Rasul. Bahkan, ada suami yang justru memaksa istrinya untuk melakukan praktek riba, membantu mencari nafkah, dengan alasan kekurangan ekonomi. 

Dan para suami yang takut kepada istrinya hanya menjadikan dirinya seperti mesin pencetak uang yang lambat lain akan menghancurkan dirinya dan orang-orang yang dipimpinnya.


Sosok suami yang diharapkan menjadi tempat meminta nafkah, kasih sayang, perhatian dan bimbingan, terkadang tidak dapat diharapkan. Seperti kasus-kasus yang telah disebutkan diatas, dimana justru para suami yang menghabiskan gaji istrinya untuk judi online , dimana perbuatan ini hanyalah perbuatan rendah memperturutkan hawa nafsu. 


Masalah ini membuat para istri menjadi serba salah. Tidak tau harus bagaimana untuk menyelesaikan permasalahan hidup dan rumah tangga. Alhasil, para istri kehilangan arah dan kendali, dan tanpa berfikir panjang, melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti membunuh suami, membunuh anak-anak, atau bahkan membunuh dirinya sendiri. Bukan karena mereka kurang iman ataupun kurang sabar, memang di sistem saat ini, umat didorong untuk menjadi manusia yang tak punya akal sehat dan kenalaran.


Kaum Perempuan Harus Bangkit


Rusaknya sistem ini, membuat kaum perempuan semakin lemah dan tak berdaya. Oleh sebab itu, kaum perempuan harus bangkit dan hidup sesuai fitrahnya. Namun, tanpa adanya naungan yang memimpin seluruh kaum muslimin agar terjaga agama dan fitrahnya, tidak akan mampu mewujudkan harapan ini, yakni tegaknya Khilafah ala minhajin nubuwwah, yang akan mensejahterakan seluruh kehidupan umat dari segala sisi. Tetapi, apakah kita sudah mempersiapkan tegaknya Khilafah dengan maksimal? Terutama bagi kita para pengemban dakwah?


 Apakah orang tua yang belum faham dengan Islam harus menjadi penghalang kita untuk berdakwah dan menyebarkan Islam secara Kaffah? Apakah kita hanya diam dan berpangku tangan menyaksikan saudara kita, atau bahkan diri kita sendiri terbelenggu dan tak mampu menampakkan ketaatan kita kepada Allah?

Bukankan sudah sama-sama kita ketahui kisah teladan para Sahabat Nabi dalam mempertahankan akidah mereka agar tetap sejalan dengan perintah Allah? Sebagaimana dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam kitab sahihnya dari Mush’ab bin Sa’ad dari ayahnya (yaitu Sa’ad) bahwa beberapa ayat Al-Qur’an turun padanya. Dia berkata,


Ummu Sa’ad (Ibunya Sa’ad) bersumpah tidak akan mengajaknya bicara selamanya sampai dia kafir (murtad) dari agamanya, dan dia juga tidak akan makan dan minum. Ibunya mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah mewasiatkan padamu untuk berbakti pada kedua orang tuamu, dan aku adalah ibumu. Saya perintahkan padamu untuk berbuat itu (memerintahkan untuk murtad, pen)’.


Sa’ad mengatakan, “Lalu Ummu Sa’ad diam selama tiga hari kemudian jatuh pingsan karena kecapekan. Kemudian datanglah anaknya yang bernama ‘Umarah, lantas memberi minum padanya, tetapi ibunya lantas mendoakan (kejelekan) pada Sa’ad. Lalu Allah menurunkan ayat,


وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا


“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya.” (QS. Al-‘Ankabut: 8). Dan juga ayat,

وَاِنْ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنْ تُشْرِكَ بِيْ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوْفًا ۖوَّاتَّبِعْ سَبِيْلَ مَنْ اَنَابَ اِلَيَّۚ ثُمَّ اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَاُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

Dan jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beri tahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". Kita lihat bagaimana kokohnya keimanan Sa'ad bin Abi Waqash dalam mentaati Allah dan Rasul-nya.(QS. Luqman : 15)


Atau, kita melalaikan perintah Allah karna taat pada suami yang sebenarnya bisa saja kita melakukan berbagai siasat atau strategi untuk tetap melaksanakan dan mentaati Allah tanpa melukai kepemimpinan suami. Lihatlah bagaimana kisah Asyiah istri Fir'aun yang tetap taat kepada Allah sementara disampingnya ada manusia yang dengan lantang menentang Allah dan mengaku dirinya Tuhan. Kita saksikan kecerdasan Asyiah dalam membuat strategi agar Nabi Musa tidak dibunuh oleh Fir'aun.


Disini, kita diminta untuk cerdas dan cemerlang membaca fakta dan situasi agar kita juga dapat mengambil langkah yang tepat untuk menyelamatkan diri kita untuk tetap taat terhadap seluruh perintah Allah kita harus mampu mengatur strategi agar kita tetap taat pada orang tua atau suami tanpa harus mendurhakai Allah dan Rasul-nya. Bagi kita sebagai pengemban dakwah, disamping mendakwahi secara berkala dan dengan cara yang Ahsan, tentunya tidak lupa kita mendo'akan orang-orang terdekat kita yang berpotensi menghalangi taat kita kepada Allah, agar Allah melembutkan hati orang-orang yang kita cintai untuk ikut menaati Allah dan Rasul-nya tanpa syarat.


Hanya Allah dan Rasul-nya yang wajib kita taati tanpa syarat. Sa'ad Bin Abi Waqash dan Asyiah mampu tetap taat kepada Allah ditengah tekanan yang sedemikian rupa, tentunya ini dapat kita ambil pelajaran dari kisah ini untuk menjadikan kita pribadi-pribadi yang kuat, tangguh dan cerdas dalam menemukan solusi dari setiap permasalahan hidup serta menjadikan ujian ini sebagai jalan untuk kita semakin taat kepada Allah. 


Wallaahu a'laam bishshowaab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak