Negara Berperan dalam Masalah Sampah Makanan
Oleh : Sri Idayani
(Aktivis Dakwah)
Mengutip dari Tirto.id, bahwa Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) mencatat potensi kerugian negara akibat susut dan sisa makanan (food loss dan waste) mencapai Rp 213 triliun - Rp 551 triliun pertahun. Angka ini setara dengan 4 - 5 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Selain itu, total emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan dari timbunan sampah sisa makanan mencapai 1.072,9 metrik ton (MT) CO2 - ek. Jika sisa pangan yang masih layak di konsumsi dapat dimanfaatkan, Indonesia tidak hanya bisa menyelamatkan potensi ekonomi yang hilang, tapi juga dapat memenuhi kebutuhan energi dan menurunkan emisi gas rumah kaca (Rabu, 3 Juli 2024).
Food loss adalah sampah makanan yang berasal dari bahan pangan seperti sayuran, buah-buahan atau makanan yang masih mentah namun sudah tidak bisa diolah menjadi makanan dan akhirnya dibuang begitu saja. Sedangkan food waste adalah makanan yang siap dikonsumsi oleh manusia namun dibuang begitu saja dan akhirnya menumpuk di TPA. Food waste yang menumpuk di TPA menghasilkan gas metana dan karbondioksida. Gas-gas tersebut berpotensi merusak lapisan ozon, salah satu fungsi lapisan ozon adalah menjaga kestabilan suhu di bumi. Jika kestabilan suhu terganggu, maka akan terjadi pemanasan global dan kenaikan permukaan air laut akibat dari mencairnya es di bumi.
Ditengah sulitnya perekonomian rakyat Indonesia, ternyata kita sudah merugikan negara sekitar Rp 213 triliun - Rp 551 triliun pertahun hanya dari sampah makanan. Padahal dengan jumlah tersebut kita dapat mensejahterakan rakyat yang tertimpa kelaparan. Apalagi Indonesia merupakan negara kedua penyumbang sampah makanan. Di Indonesia sendiri banyak rakyat yang berada pada garis kemiskinan yang mengakibatkan terjadi kelaparan pada rakyat. Seharusnya negara dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pokok rakyatnya, sehingga tidak terjadi kekurangan pada si miskin dan kelebihan pada si kaya. Negara juga harus hadir dalam memecahkan masalah food loss dan food waste ini.
Untuk mengurangi sampah makanan kita dapat memulai dari diri sendiri, dengan membuat planning yang baik sebelum membeli bahan makanan agar bahan makanan tersebut dapat digunakan secara maksimal. Menghabiskan makanan yang sudah tersaji di piring atau makanan yang kita beli. Memasak makanan sesuai porsinya, kemudian kita dapat mendaur ulang sampah makanan menjadi biogas atau pupuk kompos.
Food waste memang fenomena yang sangat dekat terjadi pada kita, seperti yang sedang viral gaya hidup (gengsi) menghabiskan makanan di depan orang ramai. Hal ini terjadi pada saat di cafe atau resto, orang yang menghabiskan makanannya di anggap kampungan. Kemudian pada acara pesta begitu banyak sampah makanan yang di hasilkan dari sisa makanan yang tidak di habiskan, hingga produksi makanan yang berlebih.
Dalam Islam mengajarkan manusia untuk tidak berlebihan dalam makan dan minum, seperti hadist Rasullah dari 'Amr bin Syu'aib. Rasullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda "Makan dan minumlah, berpakaianlah dan bersedekahlah tanpa bersikap berlebihan dan sombong." (HR. An-Nasa'i, no. 2559, Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadist ini hasan).
Jelas bahwa Islam sendiri sudah mengajarkan manusia untuk tidak berlebihan dalam makanan dan minuman, harus dipenuhi sesuai kebutuhan bukan keinginan. Perencanaan dalam menyiapkan makanan tentu akan meminimalisir sampah makanan.
Negara juga harus hadir dalam penyelesaian sampah makanan ini, dan mengedukasi rakyat untuk berbelanja sesuai kebutuhan, memasak sesuai porsinya, bahkan mengkampanyekan untuk menghabiskan makanan yang sudah tersaji di piring. Serta mengajarkan rakyat untuk dapat mengolah sampah makanan agar dapat lebih berguna menjadi biogas dan pupuk kompos, ketimbang hanya berakhir di TPA. Kesadaran masyarakat memang harus dipupuk, agar masyarakat semakin peka dengan kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar. Negara juga harus hadir dalam memberikan aturan-aturan ini
wallahu a'lam bishawab
Komentar
Posting Komentar