Buzzer bergerak selamatkan Citra Rusak Penguasa

Oleh : Aisyah, S.E. (Aktivis Dakwah)

Siapa yang tidak tau dengan Garuda berlatar biru simbol kondisi Indonesia sedang darurat? Tagar #KawalKeputusanMK berseliweran di sosial media, bukan hanya mahasiswa yang bersuara, berbagai aktivis politik, rakyat biasa, sampai influencer turut serta menyuarakan kondisi gawat darurat.

Namun dibalik geramnya publik atas kesadarannya terhadap negara yang sedang kacau , ada segelintir orang yang menebar opini dan komentar di sosial media bahwa "Indonesia baik-baik saja", istilah kerennya mereka adalah para buzzer penyelamat citra penguasa. 

"Saya tidak membahas masalah politik di sini, yang saya maksud adalah yang membawa nama Indonesia tidak baik-baik saja itu siapa?" tanya Panglima Manguni tersebut dikutip siap.viva.co.id dari tayangan video di akun Facebook pribadinya pada Jumat, (23/8/2024). Lanjutnya lagi "Kami pada khususnya di daerah kepulauan, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera semua baik-baik saja" (tvOne, 24/8/2024)

Bentar... Bentar...Tolong angkat tangan yang merasa negeri ini baik-baik saja. Perasaan kemarin aksi demontrasi terselenggara di berbagai wilayah di Indonesia, bukan hanya secara langsung, bahkan sosial media penuh dengan kritik dan protes rakyat akan penghianatan penguasa.

Sadarkah kita, para buzzer ini menutup kedzaliman penguasa. Komentar-komentar mereka terkadang berhasil melemahkan semangat melawan ketidakadilan di negeri ini. 

Aku ucapkan selamat atau terbukanya mata dan pikiran kita terhadap keadaan negeri yang kacau di ambang puncak.


Buzzer ini tidak semata-mata komentar atau menebar opini tanpa ada imbalan.

Penguasa menghalalkan segala cara untuk terlihat baik depan publik, sementara dibelakang mengotak-atik kebijakan untuk kepentingan diri sendiri dan oligarki. Tak ayal dalam mempertahankan posisi aman, mereka rela mengeluarkan dana yang tak sedikit. Mereka yang komentar positif adalah mereka yang sudah mendapatkan manfaat. Tapi apa kabar dengan mayoritas rakyat yang sengsara?

Beginilah cerminan pemimpin yang rakus kekuasaan, mereka tak ada takutnya. Sistem demokrasi yang terlahir dari ideologi kapitalis-sekuler buatan manusia inilah yang menjadi akar masalah. Politik dipisahkan dari agama, sehingga para pemimpin tak ada landasan keimanan dalam memimpin negara. Halal-haram, baik-buruk, ataupun surga-neraka tak berkesan baginya. Mereka berbuat sesuai kesenangan mereka sendiri, tanpa memperdulikan amanat sebenarnya sebagai seorang pemimpin yaitu mengurus urusan umat.

Berbanding terbalik dengan kepemimpinan Islam dalam naungan Daulah Islam. Peradaban yang berjaya 13 abad lamanya, pemimpin atau khilafah sadar akan amanah yang diembannya. Mereka sangat takut berbuat semena-mena, tak ada aturan/kebijakan yang dibuat selain dilandaskan pada Al-Qur'an yang sempurna. Buat apa membayar buzzer untuk pencitraan, sedangkan mereka pemimpin dalam Islam fokus mengurus urusan umat atas dasar ketakwaan kepada Allah SWT. 

Wallahu'alam bissawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak