Sampai Kapan Dunia Abai terhadap Derita Rakyat Palestina







Oleh Ummi Nissa 

Pegiat Literasi 


Hampir satu tahun serangan brutal zionis Israel terhadap Palestina berlangsung. Bahkan dunia memandangnya sebagai genosida. Terhitung sejak awal Oktober 2023 lalu sampai kini, peperangan belum ada tanda-tanda akan berakhir. Wilayah aman bagi rakyat sipil Palestina kian menyempit. Israel telah mengubahnya menjadi tumpukan puing-puing dan abu. 


Pada awal invasi darat Israel ke Gaza awal November 2023, pasukan Israel mengusir ratusan ribu warga sipil dari Gaza utara ke Gaza selatan. Mereka mengeklaim wilayah tersebut sebagai zona kemanusiaan yang aman. Seiring serangan militer Israel terus berlanjut, ukuran zona aman terus menyusut drastis. Sampai pada Agustus 2024, tentara Israel mengurangi  wilayah aman  ini menjadi hanya 35 kilometer persegi, atau 9,5 persen dari total wilayah Gaza. Zona tersebut hanya mencakup sekitar 3,5 persen dari area pertanian, layanan dan komersial. (antaranews.com, 25 Agustus 2024)


Kondisi tersebut tentu memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza, karena warga sipil memiliki tempat yang lebih kecil untuk melarikan diri dari aksi kekerasan. Blokade juga telah menyebabkan kelangkaan akut pada bahan makanan, air bersih, dan obat-obatan.


Mengutip dari Associated Press, pejabat tinggi kemanusiaan PBB untuk wilayah Palestina menyebutkan, bahwa perintah evakuasi zionis saat ini, telah mengungsikan 90% dari 2,1 juta penduduk. Namun demikian, bagi warga Gaza tidak ada tempat yang aman untuk berlindung dari serangan zionis. Akibat peperangan yang terjadi sejak 7 Oktober 2023 tersebut telah menewaskan lebih dari 40.200 warga Palestina yang sebagian besarnya adalah perempuan dan anak-anak serta lebih dari 93.000 luka-luka. Data tersebut belum termasuk serangan yang telah dilakukan zionis sejak tahun 1948.


Oleh karena itu,  Serangan zionis pada Palestina bukan sekadar kejahatan kemanusiaan atau sekadar serangan balasan zionis akibat serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu. Namun, serangan zionis di gaza ini, sejatinya adalah agenda perang ideologi dan termasuk penjajahan yang terstruktur, sistematis, dan masif.


Kekuatan militer Israel sat ini, tidak lepas dari dukungan negara adidaya Amerika yang selama ini mengemban ideologi kapitalisme.  

Menurut Aljazeera, Amerika Serikat tiap tahun menggelontorkan lebih dari $3,8 miliar (Rp60 trilun) sebagai bantuan militer. Hal tersebut cukup menjadi bukti betapa besar sokongan Amerika pada zionis baik dari sisi materi maupun nonmateri, mulai biaya perang, persenjataan, sampai dukungan moril.


Zionis memang merupakan anak emas yang dipelihara Amerika sebagi negara pengemban ideologi kapitalisme. Lahirnya zionis Israel di Timur tengah juga tidak lepas dari peran penjajah Barat seperti Inggris dan Amerika. Israel memang sengaja ditempatkan di wilayah Timur Tengah sebagai penpanjangan tangan AS dalam menguasai Timur Tengah. Dengan demikian, penjajah sesungguhnya di Gaza saat ini adalah Amerika Serikat melalui tangan zionis Israel, karena bagi negara imperium kapitalisme, penjajahan adalah perkara yang mutlak.


Menurut Ulama besar Syekh Taqiyuddin An-nabhani, dalam kitab Nizamul Islam bab Qiyadah Fikriyah,  menjelaskan bahwa metode yang dilakukan ideologi kapitalis dalam menyebarkan kekuasaan dan pengaruhnya di dunia adalah dengan penjajahan. Maka tidak heran jika Amerika Serikat secara terang-terangan memberikan dukungan kepada zionis mulai dari dana hingga senjata untuk menjajah. Negara adidaya Amerika Serikat memiliki kepentingan untuk berkuasa di dunia terutama di negeri kaum muslimin yang kaya sumber daya alam. 


Amerika Serika menggunakan zionis untuk memerangi Palestina, meski kadang di negara muslim yang lain Amerika Serikat menggunakan tangannya sendiri seperti saat menyerang Irak dan Afganistan hingga membuat keduanya hancur. Serangan itu membuat lebih dari 1,4 juta rakyat Irak tewas. 


Dari fakta tersebut, Penerapan ideologi kapitalisme telah nyata membawa kesengsaraan yang mendalam bagi umat manusia. Ideologi kapitalisme telah menghasilkan peradaban yang rusak dan  merusak.  Bahkan sistem kapitalisme mampu membuat para pemimpin negeri kaum muslim pun tidak mau peduli dengan saudara seakidahnya.  Ironisnya, penguasa-penguasa muslim justru menjadi irondome sejati bagi penjajah zionis. Mereka membiarkan dan memberikan dukungan pada Amerika Serikat untuk menjajah negeri kaum muslimin.  Mesir misalnya, mereka membangun tembok pembatas begitu dalam dan tinggi di perbatasan Rafah hingga memblokade bantuan yang masuk. Mesir dan penguasa  negeri muslim telah terlibat dalam pembunuhan saudara mereka sendiri karena diamnya mereka dalam kondisi seperti ini. 


Inilah gambaran betapa dahsyatnya sistem kapitalisme telah memporak-porandakan  persatuan negeri muslim. Alhasil, genosida yang terjadi di Gaza sejatinya adalah perang ideologi Islam melawan ideologi kapitalisme.


Ideologi kapitalisme yang kini dijalankan oleh negara adidaya Amerika beserta sekutunya tengah melakukan peperangan  baik fisik seperti di Palestina, maupun perang nonfisik (pemikiran) di negeri muslim lainnya guna melanggengkan kekuasaannya di dunia. Sayangnya,  ideologi Islam baru diemban oleh individu saja belum ada negara yang mengembangnya.  Perlawanan ideologi kapitalisme hanya dilakukan oleh individu muslim Palestina dan kelompok perlawanan saja. Karena ketiadaan negara yang mengemban ideologi Islam. 


Meski demikian, Amerika Serikat, zionis, serta dunia telah dipermalukan oleh ketabahan muslim Palestina dalam menghadapi segala penderitaan perang yang menimpa  mereka. Jika ideologi Islam yang masih diemban oleh individu saja mampu mempermalukan pemimpin negeri muslim dan dunia, maka bayangkan jika ideologi Islam diemban oleh negara. Ideologi Islam yang harus diemban oleh negara adalah hukum syariat. Sementara, penerapan hukum syariat pasti akan membawa kemaslahatan. Oleh karena itu, ketika negara menerapkan syariat Islam maka kaum muslimin akan hidup dalam kemuliaan dan keamanan.


Ketika ada penjajah seperti Amerika Serikat dan zionis, negara khilafah akan menyerukan jihad untuk membebaskan kaum muslimin. Karena memang begitulah syariatnya memerintahkan. Sebagaimana yang ada dalam Al-Qur'an surah Al-baqarah ayat 190. 


Selain itu, seruan jihad adalah upaya negara khilafah melindungi kaum muslimin dari segala marabahaya akibat penerapan ideologi kapitalisme. Rasulullah saw. ketika menjadi kepala negara Madinah pernah menghukum beberapa Bani Yahudi di Madinah yang telah melanggar perjanjian piagam Madinah. Mereka diperangi hingga diusir oleh Rasulullah saw. dari Madinah. Namun saat ini khilafah belum ada. Untuk itu dibutuhkan kesadaran di tengah umat untuk mengembalikan kehidupan Islam yang pernah dibangun Rasulullah saw. di Madinah. Maka dibutuhkan peran kelompok dakwah Islam ideologi. Sebuah kelompok yang mengikuti metode dakwah rasul yang menyadarkan umat dan membimbing umat untuk menempuh metode syar'i (benar) dalam melanjutkan kembali kehidupan Islam yang pernah dibangun oleh Rasulullah saw..


Waallahua'lam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak