Pelajar SMP Tak Tahu Baca Dan Tulis, Mengapa?



Oleh. Febri Ghiyah Baitul Ilmi


Sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan formal, yang di dalamnya terdapat proses belajar dan mengajar. Dengan adanya sekolah, maka dapat menjadi jembatan untuk mencapai tujuan bangsa ini yang tertuang di dalam pembukaan UU NKRI Tahun 1945. Tujuan tersebut yakni untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Lantas, mengapa ada pelajar SMP masih minim pengetahuan dasarnya?  

  

Kenyataannya, ditemukan 21 pelajar kelas 7 di SMPN 11 Kota Kupang yang belum tahu membaca, menulis, mengeja, bahkan belum tahu membedakan abjad. Kondisi memprihatinkan demikian, terkuak setelah dilakukannya penelitian assesment kognitif pada Juni 2023. Penyebabnya pelajar belum bisa calistung adalah keluarga yang broken home, ditinggal merantau, kurangnya perhatian keluarga, dan kondisi COVID. (katongntt.com, 22-8-23)  

  

Adapun yang dilakukan Kepala Sekolah SMPN 11 Kota Kupang dalam menghadapi masalah tersebut, yaitu memisahkan pelajar yang tidak tahu calistung untuk diberikan les tambahan dan pendampingan. Kemudian, setelah mereka cakap calistung maka akan digabungkan pada kelas yang sudah tahu calistung sejak awal. Selain itu, Kepala Sekolah terebut, berpesan kepada orang tua pelajar untuk membantu perkembangan calistung anaknya saat berada di rumah.  

  

Penyebab Sesungguhnya  

  

Adapun yang menjadi penyebab pelajar SMP tidak tahu calistung, yaitu dari kurangnya peran orang tua. Keluarga merupakan tempat pertama kali seorang anak mendapatkan pendidikan. Kemudian, anak juga butuh motivasi, pendampingan, penghargaan, bantuan untuk menyelesaikan tugas dari sekolah, pola asuh, dll. Namun, saat ini orang tua justru mengharap penuh pendidikan anaknya kepada pihak sekolah. Walhasil, harapan tersebut tidak membuahkan hasil baik, namun berimbas kepada kemampuan anak kurang baik terkait calistung.  

  

Selain itu, pemenuhan asupan gizi sangat berperan penting terhadap kemampuan kognitif anak, fokus dalam belajar, dan untuk menjaga daya tahan tubuh dari berbagai penyakit. Adapun makanan yang berperan dalam perkembangan otak anak yaitu telur, ikan, sayuran hijau, jeruk, dll. Demikian, yang harus menjadi perhatian lebih bagi orang tua agar anak memiliki perkembangan otak yang baik.  

  

Kemudian, sistem pendidikan saat ini tujuan utamanya hanyalah mencetak generasi pekerja untuk mendapatkan sebuah materi. Maka, yang dihasilkan pula para pendidik yang sebagian orang tujuan mendidik hanya untuk mencari materi. Maka, tidak heran ketika menyampaikan informasi kepada pelajar hanya sekedar menyampaikan saja. Sebab, yang menjadi dasarnya adalah hari ini hadir untuk mengajar dan mengisi daftar hadir. Terlepas apakah pelajar yang berada di ruangan tersebut telah paham atau tidak atas apa yang disampaikan oleh pengajar.  

  

Dampak Kapitalisme  

  

Demikian permasalahan yang muncul adalah akibat diterapkannya sistem kapitalisme. Sistem tersebut berlandaskan asas sekularisme yaitu pemisahan agama dengan kehidupan. Sehingga, pengaturan sistem pendidikan diatur oleh orang-orang yang berwenang dan memiliki kepentingan dalam pendidikan.  

  

Di dalam sistem kapitalisme pendidikan dijadikan sebagai komoditas belaka. Sebab, terdapat banyak sekolah yang dimilik oleh swasta. Sekolah tersebut jelas membutuhkan biaya yang besar untuk mengelola dan kegiatan sekolah.  

  

Sebagai contoh, salah satu sekolah SD swasta di Jakarta pusat. Pada tahun ajaran 2023/2024, orang tua pelajar harus menyiapkan biaya formulir, biaya pangkal, SPP, dan kegiatan setiap bulan. Untuk pelajar reguler menyiapkan uang sebanyak Rp5.150 juta, sedangkan pelajar bilingual sebanyak Rp10.550 juta.  

  

Selain itu, di sistem kapitalisme sebagian guru menjadikan lembaga pendidikan hanya sebagai ladang untuk mendapatkan penghasilan. Olehnya, mereka berlomba-lomba untuk menjadi PNS dan PPPK agar memperoleh gaji yang lumayan tinggi. Sebagaimana, pada 16 Agustus 2023 presiden Joko Widodo telah menaikkan gaji PNS dari golongan IA hingga golongan XVIIE. Seperti itulah potret kondisi pendidikan saat ini. Pendidikan hadir bukan untuk mencerdaskan anak bangsa. Jadi, tidak heran jika banyak terdapat pelajar yang minim pengetahuan dasar meskipun telah masuk di jenjang SMP.  

  

Pendidikan Dalam Islam  

  

Islam merupakan agama sekaligus ideologi yang mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Pendidikan di dalam Islam tidak hanya mempelajari terkait ilmu agama, namun mempelajari juga ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, sangat jelas bahwa Islam sangat memperhatikan masalah pendidikan. Sebab, Allah Swt. telah mewajibkan baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. "Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim." (HR Ibnu Majah, Ibn Adi, al-Baihaqi dan ath-Thabrani)  

  

Atas dasar inilah, di dalam Islam negara juga benar-benar memperhatikan pendidikan. Sehingga, langkah-langkah yang dilakukan oleh negara untuk menjadikan generasi memiliki kepribadian Islam, cerdas, berkualitas, dll. adalah memberikan edukasi kepada orang tua terkait asupan gizi yang seimbang agar otak anak menjadi cerdas dan mudah fokus, peran orang tua tentang mendidik dan mengasuh anak, dll. Selain itu, negara juga memberikan edukasi kepada orang tua terkait anak adalah tanggung jawab orang tua hingga di akhirat kelak. Sehingga orang tua tidak lepas tanggung jawab terkait anaknya setelah memasuki sekolah.  

  

Kemudian, di dalam Islam kurikulum yang digunakan berlandaskan akidah Islam. Selain itu, tujuan menuntut ilmu adalah membekali akal dengan pemikiran dan ide-ide yang sehat baik akidah maupun hukum. Di dalam Islam selalu memberikan dorongan kepada manusia untuk selalu menuntut ilmu, sebab kedudukan orang yang menuntut ilmu lebih terhormat di sisi Allah Swt. ketimbang yang tidak. Dengan demikian, akan tercetak muslim sejati yang selalu menggunakan ilmunya dalam setiap sendi kehidupan.  

  

Di dalam Islam, pendidikan diberikan secara gratis kepada seluruh masyarakat baik kaya maupun miskin. Sebab, negara telah bertanggung jawab terkait kecerdasan generasi bangsa. Kemudian, sarana dan prasarana pendidikan di dalam Islam sangat memadai seperti sekolah, perpustakaan, laboratorium, dll. Salah satu contohnya, yaitu perpustakaan pada masa Abbasiyah yang memiliki koleksi buku sejumlah 1.600.000 judul buku.  

  

Selain itu, di dalam Islam profesi guru adalah profesi yang mulia. Profesi tersebut tidak dimanfaatkan hanya untuk mendapatkan keuntungan. Namun, mereka sadar bahwa mengajarkan ilmu kepada orang adalah tugas dan tanggung jawab yang mulia, yang kelak akan di beri balasan surga oleh Allah Swt. Tetapi, di dalam Islam tidaklah mengabaikan jasa seorang guru. Justru di dalam Islam sangat menghargainya, dengan memberikan tanda jasa atau gaji sebesar 15 dinar (63,75 gram emas) setiap bulannya.  

  

Dengan demikian, tercetaklah generasi emas sebagaimana yang diharapkan oleh negara. Seperti pada masa keemasan Islam, output yang dihasilkan dari pendidikan Islam masih dapat dirasakan hingga saat ini. Misalkan, Al-Khawarizmi pakar matematika, Ibnu Sina pakar kesehatan dan kedokteran, Al-Khazini pakar fisika dan astronomi, dll. Oleh karena itu, generasi yang cerdas, berkualitas, dan memiliki kepribadian Islam hanya dapat terwujud jika diterapkannya sistem pendidikan Islam dalam naungan Khilafah Islamiyah. Wallahu a'lam bishawab.[] 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak