Krisis Gaza, Sinyal Kematian Bagi Peradaban Barat




Oleh : Haura (Pegiat Literasi)


Berbagai aksi bela Palestina dan konferensi-konferensi soal Gaza terus disuarakan di berbagai tempat, mulai Erofa, kawasan Arabia hingga Indonesia.  

Akhir April (27/04/2025). Koalisi global menggelar konferensi di Istanbul Turki dengan mengangkat tema "Kemenangan untuk Gaza adalah Tanggung Jawab Umat”. Konferensi tersebut dihadiri tokoh-tokoh dan pemimpin nasional, pemimpin media, budayawan, aktivis sosial, serikat pekerja, akademisi, pemuda, dan berbagai lembaga dari sekitar 60 negara di seluruh dunia.

Sebelumnya, sejumlah ulama Muslim terkemuka dunia telah mengeluarkan fatwa menyerukan seluruh umat Islam dan negara mayoritas Muslim untuk berjihad melawan Israel. Bahkan gerakan jihad Islam menyerukan persatuan umat untuk menghadapi agresi, menggagalkan tujuan penjajah.

Berjihad berarti berperang melawan kekejaman para penjajah, yang mustahil dilakukan secara individu, namun harus dilakukan dengan pengiriman tentara militer yang dipimpin Negara Islam (Khilafah). 

Namun selama negeri-negeri muslim terkungkung dengan ide-ide nasionalisme, gerakan jihad sulit dilakukan, sebab tersandera ikatan nasionalisme yang melemahkan persatuan umat Islam. 

Krisis Gaza telah menyedot perhatian umat manusia dunia dan menyadarkan kaum muslim yang selama ini lengah, hidup dalam perpecahan, tersekat oleh batas-batas teritorial akibat nasionalisme.

Masifnya dukungan global terhadap kemerdekaan Palestina, menjadi pintu gerbang strategis untuk merumuskan penyelesaian palestina dengan melibatkan elemen umat di dunia.  

Hal itu, tentu ditakuti Barat. Sebab semua upaya yang sudah dilakukan untuk menghadang persatuan umat muslim dan tegaknya Islam menjadi sia-sia. Karena sesungguhnya, agresi Israel ditujukan kepada semua negara Arab dan Islam, khususnya Palestina. Supaya Barat dapat melakukan ekspansi dan menguasai negeri-negeri muslim.

Barat menyadari krisis Gaza sejak tahun 2023 yang telah banyak memakan korban khususnya di kalangan anak-anak dan kaum perempuan justru membuka pintu yang lebih lebar bagi arus kesadaran umat akan kewajiban dan urgensi persatuan dalam institusi Islam global (khilafah). 

Munculnya persatuan umat sebagai akibat krisis Gaza menjadi sinyal kematian bagi peradaban Barat sekaligus menandai terbitnya fajar khilafah. 

Memang benar, tegaknya khilafah merupakan keniscayaan sejarah. Namun hal itu tetap perlu diupayakan. Oleh karenanya, wajib bagi para pengemban dakwah untuk lebih masif menggencarkan dakwah persatuan umat dan penegakan khilafah ke semua kalangan hingga terwujud opini umum yang tegak di atas kesadaran umat tentang wajibnya bersatu dan tegaknya Khilafah. 

Dakwah ini merupakan proyek besar kaum Muslim, wajib mengikuti metode dakwah yang pernah diterapkan Rasulullah dengan target utamanya adalah melalui thariqah ummat, yakni dakwah penyadaran berbasis akidah hingga terbentuk dukungan kuat dari umat yang akan mendorong perubahan mendasar berupa hadirnya seorang khalifah bagi seluruh umat Islam. 

Allahu A'lam bi Shawab. 

.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak