Mempertanyakan Efektivitas Evakuasi Warga Gaza
Oleh. Mila Ummu Nuha
(Aktivis Dakwah)
Prof Husnan Bey Fananie selaku Ketua Umum Persaudaraan
Muslim Indonesia (Parmusi) mengkritisi rencana Presiden Prabowo mengevakuasi
1.000 warga Gaza ke Indonesia (9-4-2025). Dia menegaskan bahwa niat tersebut
perlu dilihat dari sudut pandang rakyat Palestina dan dampak jangka panjangnya,
sebab Gaza tidak bisa dijadikan sebagai wilayah milik Israel. Husnan juga
mempertanyakan efektivitas evakuasi, apakah bisa meringankan penderitaan mereka
atau justru sebaliknya? (Republika.co.id, 2-5-2025)
Rencana bantuan Presiden Prabowo tersebut merupakan bentuk
komitmen Indonesia mendukung keselamatan rakyat Palestina, terutama warga Gaza
yang terluka dan terkena trauma, termasuk anak-anak yatim piatu. Akan tetapi,
rencana evakuasi tersebut mencuri perhatian publik karena berdekatan dengan
kebijakan tarif impor 32% yang diberlakukan oleh Presiden AS Donald Trump yang
dapat mengancam perekonomian RI.
Meskipun tidak ada pernyataan resmi dari pihak pemerintah RI,
namun rencana mengevakuasi warga Gaza diduga berkaitan dengan motif politik dan
ekonomi, yakni meredam tingginya kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh
AS. Sejumlah analis berasumsi bahwa wacana mengevakuasi rakyat Gaza bertujuan
untuk “mengambil hati” Donald Trump. Kebijakan tarif impor Donald Trump memang
bertujuan untuk memperkuat ekonomi domestik AS dengan memenangkan lobi untuk
memperkuat kepentingan politik.
Sangat disayangkan jika semua asumsi tersebut benar adanya.
Rencana evakuasi yang tampak sebagai niat baik dan membawa visi kemanusiaan
tersebut justru berpotensi menguntungkan Zi*nis untuk mengusir dan menguasai
tanah Palestina. Rencana Trump untuk mengosongkan Gaza dari penduduk aslinya
menjadi lebih mudah jika rencana Presiden Prabowo terealisasi.
Terlebih lagi, media asing melaporkan bahwa AS dan Zi*nis
tengah melakukan kontak rahasia dengan beberapa pejabat di tiga negara Afrika
Timur untuk mengeksplorasi kemungkinan relokasi warga Gaza, dan Indonesia
disebut-sebut menjadi salah satu negara tujuan relokasi tersebut. Walaupun
pihak Kementerian Luar Negeri Indonesia membantah adanya diskusi rahasia
tersebut, namun kenyataannya Presiden Prabowo telah menawarkan solusi evakuasi.
Artinya, di permukaan memang rencana Presiden adalah evakuasi, namun anehnya
selalu sejalan dengan agenda Amerika, yakni mengosongkan tanah Gaza.
Tentu saja, evakuasi warga Gaza ke negara lain bukanlah
solusi yang fundamental untuk menyelesaikan penjajahan, sebab tidak menyentuh
akar masalahnya. Okupasi Zi*onis di Gaza yang didukung penuh oleh AS hanya bisa
dihapuskan dengan pengusiran penjajah. Entitas Zi*nis merupakan muhariban
fi’lan (musuh nyata Islam) dan kaum muslim hanya dapat dihentikan dengan bahasa
peperangan (jihad fisabilillah). Alhasil, solusi yang benar sesuai hukum syarak
adalah fokus pada pengusiran penjajah dari tanah Palestina, bukan mengevakuasi
warga Gaza tanpa menjamin keamanan dan kesempatan bagi mereka untuk kembali.
Wallahu a’lam bishawwab.
Komentar
Posting Komentar