Di Balik Penghormatan terhadap Kunjungan Macron
Oleh : Ummu Hayyan, S.P. (Pegiat Literasi)
Presiden Prancis Emmanuel Macron melakukan kunjungan ke sejumlah negara di Asia tenggara, termasuk kunjungan ke Indonesia pada tanggal 27 - 29 Mei 2025. Banyak pihak beranggapan, kunjungan Macron ke Indonesia ini akan menjadi angin segar untuk beberapa problem yang sedang dihadapi oleh dunia. Hal ini sebagai akibat perang tarif yang dilancarkan oleh raksasa ekonomi dunia Amerika berhadapan dengan Cina. Banyak pihak yang mengharapkan kunjungan presiden Macron ke sejumlah negara termasuk ke Indonesia.
Salah satu bentuk kerjasama yang dilakukan adalah bahwa pemerintah Indonesia dan Prancis akan menandatangani letter of intent pengembangan alat utama sistem senjata. tempo.co.
Disamping itu, Indonesia dan Prancis akan mengadakan beberapa kerjasama kemitraan yang lebih kuat di bidang pertahanan. menpan.go.id.
Ada beberapa kunjungan untuk lebih mensolidkan kemitraan strategis khususnya dengan Indonesia yang sudah berlangsung sejak 2011 dan akan terus berlangsung sampai 2050. presiden.go.id.
Yang paling menonjol dari kunjungan Macron ke Indonesia ini adalah penyambutan oleh presiden dan beberapa menteri, yang melakukan penandatanganan letter of intent tentang pengembangan alat utama sistem persenjataan alutsista seperti jet tempur, rafale, kapal selam dan lain-lain. Di mana beberapa perjanjian atau kerjasama ini tentu saja menempatkan Indonesia sebagai konsumen produk-produk Prancis.
Hal ini dilakukan Prancis sebagai upaya untuk mengatasi beberapa dampak akibat ketergantungan ekonomi dunia terhadap Amerika Serikat. Di mana Amerika Serikat memberlakukan perang tarif. Karena sejatinya, Prancis juga merupakan korban dari perang tarif tersebut. Sesungguhnya menjadi satu ujian besar bagi fundamental ekonomi berbagai negara termasuk negara-negara di Eropa, di mana ketergantungan mereka terhadap ekonomi negara seperti Amerika ataupun China, maka sangat jelas akan terdampak kalau mereka tidak memiliki kemandirian ekonomi.
Negara-negara Uni Eropa termasuk Perancis adalah negara yang juga masih memiliki ketergantungan ekonomi yang cukup besar terhadap Amerika. Oleh karena itu, apa yang dilakukan oleh Prancis saat ini juga direspon oleh Uni Eropa dengan mengancam Amerika akan memberlakukan perang tarif itu akan dibalas juga dengan penarikan tarif yang cukup besar untuk produk-produk Amerika yang masuk ke negara-negara mereka. Tetapi nampaknya Amerika tidak bergeming yakni Amerika memberikan deadline kepada negara-negara Uni Eropa termasuk Perancis untuk menunda pemberlakuan tarif itu hingga pertengahan Juli 2025.
Kunjungan - kunjungan yang dilakukan oleh Presiden Perancis atau pejabat-pejabat Prancis ke berbagai negara justru untuk mengamankan kepentingan mereka, yaitu kepentingan ekonomi, kepentingan budaya yang bisa menjadi jalan untuk melanggengkan kepentingan ekonomi dan politiknya. Begitupun ketika berkunjung ke Indonesia, dengan berbagai kemitraan justru yang diuntungkan adalah Prancis.
Perancis di Mata Kaum Muslimin
Kalau berbicara mengenai Perancis, maka harus diingat bahwa Perancis adalah sebuah negara yang islamophobianya luar biasa. Perancis adalah negara yang senantiasa mengagungkan nilai-nilai mereka yang dianggap sebagai nilai dasar lahirnya sebuah peradaban demokratis, peradaban yang saat ini diagung-agungkan oleh dunia. Prancis selalu mengagungkan apa yang mereka sebut sebagai Liberty, egality, dan paternity (kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan). Tetapi faktanya menunjukkan bahwa Perancis senantiasa berlaku hipokrit, berstandar ganda. Bahkan bisa dikatakan tidak ada kebebasan bagi muslimah-muslimah di Perancis untuk mengenakan niqab. Bahkan sikap keras dan hukuman yang sangat tegas juga ditunjukkan kepada mereka yang menampakkan identitas keagamaan. Begitupun dengan slogan persaudaraan, hal itu tidak nampak dari Perancis. Mengingat Perancis sejak era lalu merupakan negara penjajah khususnya di Afrika Utara. Dalam penjajahannya, Perancis tidak hanya merampok sumber daya alam, tetapi membantai penduduk setempat sampai jutaan nyawa digenosida. Ini adalah dosa sejarah yang tidak bisa dihapus oleh Perancis sampai hari ini. Khususnya ketika bicara mengenai hubungan Perancis dengan umat Islam, maka sampai hari ini Prancis tetap tidak bisa memberikan bukti bahwa mereka bersikap adil atau menyetarakan umat Islam yang ada sebagai warga negaranya dengan warga negara yang lain. Prancis memiliki motif ideologis yang dikendalikan oleh ideologi kapitalisme. Perancis adalah negara yang terus mengemban ideologi kapitalisme, mengagung-agungkan sekularisme. Oleh karena itu, Prancis merupakan sebuah negara yang tidak memiliki ketulusan terkait perhatian dan pembelaan terhadap umat Islam. Sebab mereka sejatinya memiliki kebencian ideologis terhadap Islam dan kaum muslimin yang ditunjukkan oleh kebijakan-kebijakan politiknya. Jadi tidak ada yang bisa diharapkan dari Perancis untuk membela kepentingan kaum muslimin.
Bagaimana Seharusnya Bersikap
Allah SWT telah memberikan panduan kepada kita, bahwa jangan pernah berharap kepada selain umat Islam untuk membela kepentingan umat Islam. Bahkan jangan membina hubungan persahabatan yang permanen dengan negara-negara yang sejatinya memusuhi Islam dan kaum muslimin.
Islam memberikan tuntunan bagaimana bersikap terhadap orang yang memusuhi agama Allah. Apalagi jika banyak kebijakan yang menyengsarakan umat islam.
Dalam Islam, negara-negara di dunia hanya dibagi dua, darul Islam dan darul kufur. Islam juga sudah menentukan tuntunan bersikap terhadap negara kafir sesuai posisi negara tersebut terhadap Daulah Islam. Tuntunan Islam ini seharusnya menjadi pedoman setiap muslim, terlebih penguasa. Apalagi di tengah penjajahan Palestina yang mendapat dukungan dari penguasa Barat. Ada banyak contoh sikap tegas para khalifah atas negara penjajah dan kebijakannya yang menghina Islam.
Umat islam seharusnya memiliki negara yang kuat dan berpengaruh dalam konstelasi hubungan negara-negara di dunia sebagaimana pernah diraih oleh Daulah islam dan kekhilafahan selanjutnya.
Umat harus berjuang kembali untuk mewujudkan khilafah yang menjadi negara adidaya dan disegani negara-negara di dunia.
Wallaahu a'lam bish-shawwab.
Komentar
Posting Komentar