Palestina: Matinya Rasa Kemanusiaan

 


1. Derasnya Darah Tak Berdosa: Bayi, Perempuan, dan Orang Tua Menjadi Sasaran


Setiap hari, dunia menyaksikan—atau tepatnya memilih untuk tidak menyaksikan—betapa nyawa manusia di bumi Palestina diperlakukan tanpa harga. Rumah-rumah hancur, masjid-masjid luluh lantak, dan jalan-jalan dipenuhi suara jerit tangis yang tak pernah berhenti. Di antara puing-puing kehancuran itu, tergeletak tubuh mungil bayi, tubuh lemah perempuan, dan raga renta para orang tua yang tak sempat lari dari kebiadaban zionis penjajah.


Apa salah mereka? Mereka tidak membawa senjata. Mereka bukan pejuang bersenjata. Namun mereka menjadi korban dari sebuah kezaliman sistematis yang sudah berlangsung puluhan tahun. Dunia hanya menyebut mereka “korban konflik” seolah-olah yang terjadi adalah sengketa biasa. Padahal ini adalah pembantaian kemanusiaan, penindasan yang nyata terhadap kaum Muslimin di tanah suci.


2. Bisu dan Bungkamnya Dunia Islam: Bukti Matinya Rasa Persaudaraan


Lebih menyakitkan dari serangan musuh adalah diamnya saudara sendiri. Negara-negara Muslim di dunia, dengan segala kekuatan yang mereka miliki—dalam jumlah penduduk, kekayaan alam, hingga kekuatan militer—hanya bisa mengecam dan menggelar pertemuan. Tak ada langkah nyata, tak ada pengerahan pasukan, tak ada pembelaan sejati terhadap darah kaum Muslimin yang mengalir deras.


Ini bukan sekadar kelalaian. Ini adalah buah busuk dari sistem kapitalis-sekuler yang mencengkram negeri-negeri Muslim. Pemimpin-pemimpin negeri Muslim tak lagi bertindak atas dasar iman dan ukhuwah Islamiyah. Mereka bertindak atas dasar kepentingan nasional sempit dan tekanan geopolitik dari para penjajah. Persatuan umat tercerai-berai, dan suara kebenaran dibungkam oleh diplomasi kosong.


3. Jihad Pemikiran Menuju Tegaknya Daulah Khilafah


Dalam kondisi yang memilukan ini, tak ada solusi lain yang mampu menyudahi penderitaan Palestina kecuali tegaknya kembali Daulah Khilafah 'ala minhaj an-nubuwwah. Sebuah negara yang akan menyatukan kaum Muslimin dalam satu kepemimpinan, memobilisasi kekuatan mereka untuk membebaskan negeri-negeri yang dijajah, dan menebarkan keadilan Islam ke seluruh penjuru dunia.


Upaya ke arah itu tak bisa ditunda. Jihad pemikiran dan dakwah Islam ideologis harus terus digencarkan. Umat harus disadarkan bahwa solusi dari penderitaan Palestina bukan pada konferensi damai, bukan pada bantuan kemanusiaan semata, dan bukan pula pada seruan PBB yang mandul. Solusinya adalah kebangkitan Islam secara menyeluruh, dengan menjadikan hukum-hukum Allah sebagai satu-satunya sumber kehidupan.


Sudah saatnya umat bangkit, menggugah akalnya, menghidupkan rasa dan keimanannya, serta bergerak dalam barisan perjuangan menegakkan kembali kehidupan Islam. Khilafah bukan sekadar mimpi, tapi janji Rasulullah ﷺ yang pasti akan datang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak