Pendidikan di Wilayah Terpencil : Tantangan Pemerintah dalam Pemerataan Pendidikan di Indonesia
Oleh : Zahra
Siswi SMA
Menurut Maulido, et al (2024) pendidikan tidak sebatas memperkuat aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan spiritual dalam pembentukan individu secara menyeluruh. Selain itu, pendidikan juga merupakan salah satu bentuk fasilitas yang diberikan oleh negara terhadap warga negaranya.
Faktanya, hingga saat ini banyak wilayah terpencil di Indonesia belum mendapatkan kualitas pendidikan yang sama seperti layaknya pendidikan di kota-kota besar.
Di Indonesia, wilayah yang mengalami kasus serupa terjadi di perbatasan Entikong Sanggau Kalimantan Barat dan Pulau-Pulau kecil di wilayah Kepulauan Riau. Akses transportasi, listrik dan koneksi internet yang buruk menjadikan sulit meratanya kualitas pendidikan. Apalagi, Indonesia seringkali mengalami pergantian kurikulum yang menyesuaikan kebijakan Menteri pendidikan yang selalu berubah, dengan menyesuaikan kabinet Presiden Indonesia. Akibatnya, daerah terpencil sangat lambat dalam berkembang dan menyesuaikan kurikulum pendidikan yang baru (Tempo, 2023; Abduh et al, 2022).
Di dalam Islam pendidikan menjadi hal yang di utamakan, tidak seperti saat ini para petinggi negara kurang memperhatikan bagaimana kualitas di dunia pendidikan. Mereka terus sibuk mengganti kurikulum tanpa tahu bahwasanya masih ada sekolah yang masih tertinggal dengan kurikulum sebelumnya.
Wilayah pedalaman yang terpencil ini mesti mendapat perhatian, sebab ilmu adalah jendela dunia. Manusia hidup membutuhkan ilmu untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hidup yang di hadapi. Membutuhkan ilmu matematika untuk menghitung waris, membutuhkan ilmu fiqh untuk menjalankan berbagai hukum ibadah dalam Islam dan sebagainya.
Akses jalan yang sulit, tertinggalnya akses komunikasi, bangunan yang jauh dari layak, serta kurangnya tenaga pendidik ini harusnya menjadi perhatian dan prioritas negara.
Namun, penerapan sistem pendidikan kapitalis seolah menjadi mimpi itu semua terwujud. Masih banyak kita temukan siswa SD yang pergi sekolah harus menyebarangi sungai dengan jembatan gantung yang sangat berisiko. Kapitalisasi di bidang pendidikan menjadikan pendidikan hanya untuk orang berduit saja. Yang miskin serta yang berada di pelosok pedalaman seolah haram menyentuh pendidikan. Ketimpangan ini terus terjadi di negeri yang memiliki SDA melimpah, sungguh ironis.
Permasalahan ketimpangan dalam sistem pendidikan ini dapat diselesaikan ketika Islam diterapkan secara kaffah.
Sistem pendidikan Islam memberikan jaminan kepada seluruh rakyat untuk mendapatkan pendidikan secara cuma-cuma. Pemimpin dalam Islam akan memastikan seluruh rakyat mendapatkan kesempatan pendidikan yang tidak di beda-bedakan, serta mendapatkan kesempatan meraih pendidikan yang sesuai dengan keinginannya dengan kualitas yang sama dan yang terpenting tujuan dari pendidikan adalah membentuk kepribadian Islam. Agar tidak hanya mendapatkan nilai akademis yang tinggi namun di barengi dengan ketinggian akhlak dan Budi pekerti. Memahami tujuan akhir dalam pendidikan adalah meraih ridho Allah.
Pemimpin Islam hadir dalam meriayah rakyat serta memastikan setiap individu mendapat pendidikan yang layak dimana pun mereka berada. Baik di pelosok pedalaman maupun di kota. Memperbaiki akses jalan, membangun bangunan sekolah serta membangun akses komunikasi. Kurikulum pendidikan dirancang berbasis aqidah Islam yang kokoh sehingga tidak akan terjadi drama ganti-ganti kurikulum yang melelahkan serta memakan dana yang tidak sedikit. Pengelolaan SDA yang tepat akan menjadi jalan dalam membiayai pendidikan yang berkualitas. Pemerataan pendidikan hanya akan di raih apabila menerapkan syariah Islam secara kaffah.
Wallahu'alam
Komentar
Posting Komentar