Duka Palestina dan Fajar Kebangkitan Umat

Duka Palestina dan Fajar Kebangkitan Umat

Oleh: Sarlin, Amd. Kep (Pegiat Literasi)


Jumlah korban syahid di Jalur Gaza terus melonjak. Berdasarkan data otoritas kesehatan Gaza per Sabtu, 28 Juni 2026, sebanyak 56.412 warga Palestina telah meninggal dunia, dan 133.054 lainnya mengalami luka-luka sejak meletusnya konflik antara Hamas dan Israel pada 7 Oktober 2023. Dalam 24 jam terakhir saja, 81 nyawa melayang dan 422 orang terluka akibat serangan brutal Zionis Israel (CNBC Indonesia, 29/06/2026).


Sungguh menyayat hati menyaksikan derita berkepanjangan yang menimpa saudara-saudara kita sesama Muslim di Palestina. Di saat darah mereka tertumpah dan anak-anak mereka menjadi yatim, dunia justru terus menyaksikan dalam bungkam.


Ironisnya, di tengah tragedi kemanusiaan ini, Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyepakati rencana gencatan senjata. Kesepakatan ini disambut baik oleh sebagian negara-negara Arab, bahkan disertai normalisasi hubungan dengan entitas Zionis serta pengakuan terhadap pendudukan Israel atas wilayah Tepi Barat. Ini bukan sekadar kompromi, tapi pengkhianatan terhadap perjuangan rakyat Palestina yang telah berlangsung selama puluhan tahun.


Lebih memprihatinkan lagi, Indonesia dan beberapa negara Muslim lainnya justru ikut mendorong solusi dua negara, seolah-olah itu adalah jalan damai, padahal sejatinya hanya melanggengkan penjajahan dan menegaskan dominasi Israel atas tanah kaum Muslimin.


Fakta menunjukkan bahwa Israel dan sekutunya, Amerika Serikat, tidak pernah sungguh-sungguh menginginkan kemerdekaan bagi Palestina. Rakyat Palestina sendiri menyadari hal itu. Mereka tetap teguh, tak akan menyerahkan sejengkal pun tanah suci mereka kepada penjajah, meski harus mengorbankan jiwa dan raga.


Selama penjajahan itu masih berlangsung, selama itulah pembantaian akan terus terjadi. Namun, yang tak kalah penting, perlawanan umat pun tak akan pernah padam. Palestina adalah bagian dari tubuh umat Islam. Membiarkannya dijajah berarti membiarkan luka menganga di tubuh kita sendiri.


Umat Islam harus menyadari bahwa akar persoalan ini bukan hanya penjajahan fisik, melainkan juga dominasi ideologi sekuler-kapitalis yang telah meninabobokan umat dan menjauhkan mereka dari solusi Islam. Selama umat Islam masih berharap pada solusi buatan Barat, selama itu pula penderitaan umat tak akan berakhir.


Karena itu, jika umat benar-benar ingin menolong Gaza dan membebaskan Palestina, maka arah perjuangan harus bertujuan menegakkan Khilafah Islamiyyah—sebuah institusi politik yang akan mempersatukan umat dan melindungi darah kaum Muslimin dengan kekuatan dan kemuliaan Islam.


Kini saatnya umat terlibat aktif dalam perjuangan menegakkan sistem kepemimpinan Islam melalui dakwah ideologis. Inilah bentuk pembelaan sejati terhadap Palestina, sekaligus jalan strategis menyelamatkan umat dari cengkeraman kapitalisme global.


Wallahu a’lam bis shawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak