Postingan

Gambar
Anak Dibuang di Kebayoran Lama: Bukti Kegagalan Sistem Kapitalis Sekuler Menjaga Kehormatan dan Masa Depan Anak Oleh: Yuli Atmonegoro  (Aktivis Dakwah Serdang Bedagai) Publik kembali diguncang dengan berita memilukan: seorang anak berusia sekitar tujuh tahun ditemukan ditinggalkan oleh orang tuanya di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Bocah laki-laki itu terlihat bingung dan ketakutan. Ia hanya membawa sebuah tas kecil, duduk diam di pinggir jalan, tanpa siapa pun yang menjaganya. Tragis, namun bukan pertama. Kasus serupa sering kali menghiasi media sosial dan pemberitaan. Anak dibuang di masjid, di terminal, bahkan di tempat sampah. Sebagian bayi, sebagian lagi anak-anak yang sudah bisa bicara — namun belum bisa memahami, mengapa orang tuanya pergi dan tak kembali. Apa sebenarnya yang menyebabkan orang tua tega melakukan ini? Dan mengapa fenomena ini terus berulang? Jawabannya hanya bisa dijelaskan jika kita menelanjangi sistem hidup yang tengah kita anut: sistem kapitalis-...

Kapitalisme Sekuler: Menciptakan Manusia Tanpa Ruh dan Keluarga Tanpa Kasih

Gambar
Oleh: Yuli Atmonegoro  (Aktivis Dakwah Serdang Bedagai) Jagat maya kembali dihebohkan oleh video memilukan: seorang suami terekam kamera saat menganiaya anak kandungnya yang baru berusia 2 tahun. Balita itu menangis karena rewel, lalu ditampar, diguncang, bahkan dibentak-bentak dengan kata kasar oleh ayahnya sendiri. Rekaman itu diambil oleh sang istri — ibunya sendiri — yang hanya bisa merekam sambil menangis, berharap tindakan itu bisa menjadi bukti untuk mencari keadilan. Tragedi ini bukan hanya menyayat hati, tapi menjadi cermin retaknya institusi keluarga di tengah masyarakat modern yang dibangun di atas ideologi sekuler kapitalis. Mengapa seorang ayah bisa tega memperlakukan darah dagingnya seperti itu? Mengapa seorang ibu hanya mampu merekam tanpa bisa melindungi anaknya? Dan mengapa masyarakat serta negara seperti tak mampu mencegah kejadian keji seperti ini? Jawabannya terletak pada rusaknya fondasi kehidupan yang kita jalani saat ini — sistem sekuler kapitalis yang memisa...

Akibat Racun Nasionalisme : Gaza Masih Membara, Umat Islam Tak Berdaya

Gambar
Oleh : Ummu Hayyan, S.P. (Pegiat Literasi) Sebuah aksi yang mengejutkan dunia dan belum pernah terjadi sebelumnya. Koalisi global yang terdiri atas serikat pekerja, gerakan solidaritas, dan lembaga hak asasi manusia dari lebih dari 80 negara mengumumkan peluncuran inisiatif "Global March to Gaza" (Pawai Global ke Gaza). gazamedia.net. Aksi ini bertujuan untuk menembus blokade dan masuk ke wilayah Gaza dengan berjalan kaki sebagai bentuk respon langsung terhadap krisis kemanusiaan yang semakin memburuk sejak pengepungan zion*s dimulai pada Oktober 2023. Peserta aksi berencana untuk melintasi Tunisia, Libya, dan Mesir sebelum mencapai Rafah, perbatasan dengan Mesir yang sebagian besar tetap ditutup sejak militer zion*s menguasai sisi Gaza pada bulan Mei 2024. gazamedia.net. Menurut Saif Abu Koshk, Ketua Aliansi Internasional Melawan Pendudukan Israel, sekitar 4.000 orang dari berbagai belahan dunia akan berpartisipasi dalam pawai tersebut. gazamedia.net.  Pada tanggal 12 Juni, ...

Pulau Milik Aceh Dicaplok Sumut: Sengketa Biasa atau Skema Kapitalis?

Gambar
  Oleh: Yuli Atmonegoro  (Aktivis Dakwah, Serdang Bedagai) Isu pencaplokan empat pulau milik Aceh oleh Sumatera Utara bukan sekadar kisruh administratif atau salah tafsir geografis belaka. Ini adalah gejala dari penyakit lama: politik kapitalisme yang menindas dan membelah umat atas nama batas administratif buatan manusia. Kejadian ini harus dilihat lebih jauh dari sekadar peta, koordinat, atau keputusan pejabat daerah. Ini adalah hasil sistem rusak yang merobek persatuan umat Islam dan menjadikan wilayah sebagai komoditas kekuasaan. Asal Usul Kekisruhan Empat pulau — Mangkir Besar, Mangkir Kecil, Lipan, dan Tokong Ban — sebelumnya tercatat dalam wilayah administrasi Kabupaten Aceh Singkil, Aceh. Namun, kini keempatnya diklaim masuk dalam Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Dugaan ini diperkuat oleh pernyataan dan dokumen resmi Kementerian Dalam Negeri, yang menunjukkan adanya pergeseran batas wilayah. Pertanyaannya, siapa yang menggeser? Atas dasar apa? Dan mengapa bar...

Premanisme Meresahkan, Islam Menjamin Keamanan

Premanisme Meresahkan, Islam Menjamin Keamanan  Oleh: Sarlin, Amd. Kep (Pegiat Literasi)  Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, menegaskan aksi premanisme berkedok organisasi masyarakat (Ormas) sudah menjadi sorotan Presiden Prabowo Subianto. "Jadi Pak Presiden, pemerintah, betul-betul resah," kata Prasetyo, ketika ditanya terkait Satgas Terpadu Operasi Penanganan Premanisme dan Organisasi Kemasyarakat (Ormas), di Kompleks Istana Kepresidenan Pasalnya aksi premanisme yang dibungkus melalui ormas ini sudah menciptakan keresahan. Juga tidak menciptakan iklim bisnis yang kondusif Alhasil, lanjut Prasetyo, Presiden sudah berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung dan Kepolisian untuk mencari jalan keluar terkait masalah ormas yang meresahkan. Ia menyebut salah satu upaya yang akan dilakukan seperti melakukan pembinaan kepada Ormas. CNBC Indonesia, Jumat (9/5/2025) Masyarakat kembali dihadapkan pada fenomena premanisme yang meresahkan. Kekerasan, pengrusakan, perampasan, intimidasi ...

Marak Hubungan Sedarah, Potret Buruk Penerapan Sistem Sekuler Kapitalis

Marak Hubungan Sedarah, Potret Buruk Penerapan Sistem Sekuler Kapitalis Oleh: Sarlin, Amd. Kep (Pegiat Literasi)  Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) meminta polisi mengusut grup Facebook dengan nama "fantasi sedarah". Sebab konten itu mengandung unsur eksploitasi seksual dan telah meresahkan masyarakat. Sekretaris Kemen PPPA, Titi Eko Rahayu menyatakan jika ada bukti pelanggaran, proses hukum harus ditegakkan demi memberi efek jera dan melindungi masyarakat. Apalagi grup itu rawan menimbulkan dampak buruk karena tergolong konten menyimpang. "Jika ada bukti pelanggaran, proses hukum harus ditegakkan demi memberi efek jera dan melindungi masyarakat, khususnya anak-anak dari dampak buruk konten menyimpang," kata Titi. REPUBLIKA.CO.ID, Sabtu (17/5/2025). Indonesia sudah memasuki kondisi darurat kekerasan seksual, mulai dari kasus perselingkuhan, perkosaan, perzinahan hingga inses (sedarah). Dimana publik di hebohkan oleh temuan sebuah ...

Judi Online Makin Menggila, Anak-anak Jadi Korban! Solusi Sistemik dalam Perspektif Islam

Gambar
#Opini Oleh: Aisyah, S.E (Aktivis Dakwah) Pernahkah kita bertanya: "Kok bisa judi online (judol) makin marak?" "Kenapa bandar judol sulit ditangkap?" "Kenapa negara kewalahan memblokir situs judol?" dan kebingungan lainnya? Hingga kini, masalah ini selalu berkutat tanpa solusi tuntas. Mirisnya, kini anak-anak pun banyak yang terjerat. Data kuartal I-2025 yang dikumpulkan oleh PPATK menunjukkan bahwa pemain berusia 10–16 tahun telah menyetor lebih dari Rp2,2 miliar. Usia 17–19 tahun mencapai Rp47,9 miliar, dan yang tertinggi usia 31–40 tahun dengan nilai mencapai Rp2,5 triliun. (CNBC, 8/5/2025) Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menggelar sosialisasi di SMAN 2 Purwakarta, Jawa Barat. Provinsi ini tercatat sebagai wilayah dengan jumlah transaksi dan pemain judi online tertinggi pada tahun 2024, mencapai nilai Rp3,8 triliun. PPATK mencatat lebih dari 535.000 pemain di wilayah ini. (Bisnis, 14/5/2025) Dampak Judi Online Judol, meski berbasis digital,...