Palestina di Tengah Para Pengkhianat


 Palestina di Tengah Para Pengkhianat

Oleh : Muhammad Ayyubi (Mufakkirun Siyasiyyun Community)

Di tengah berkecamuknya perang Isrel dan Hamas yang telah berlangsung sejak bulan oktober tahun lalu, dengan korban 35 ribu korban meninggal dunia di pihak sipil Palsetina, belum termasuk korban luka-luka hingga ratusan ribu orang dan kehancuran bangunan. Direktur Badan Intelejen Israel Mossad, David Barnea dilaporkan melakukan pertemuan segitiga dengan Direktur CIA, William Burns dan Perdana Mentri Qatar, Muhammad bin Abdul Rahman At Thani di Paris Perancis, pada Jumat ( 24/5/2024)

Sehari setelah pertemuan tersebut ( 25/5/2024) pejabat keamanan Israel menyatakan bahwa Barnea, Burns dan Muhammad At Thani sepakat melanjutkan pembicaraan negoisasi pertukaran para tahanan dengan gerakan pembebasan Palestina, Hamas. Koran Khaberni mengutip sumber-sumber keamanan Israel tingkat tinggi menyatakan bahwa Dewan Perang Israel siap untuk melaksanakan gencatan senjata permanen di Gaza. Keputusan ini didukung penuh oleh seluruh pimpinan keamanan, termasuk menteri Kabinet Perang Israel dari Partai oposisi, Benny Gantz dan Gadi Eisenkot.

Perang Israel – Palestina hakikatnya adalah perang panjang sejak 1948, ketika PBB merestui eksistensi Negara Israel di Palestina. Kucuran darah dan derai air mata mengiringi perjalanan Palestina mempertahankan negara mereka dari penjajahan Israel. Dengan dukungan penuh dari Amerika berupa senjata dan pelatihan militer, Israel semakin merajelela dengan segala tindakan biadabnya. 

Sementara di saat yang sama, pemimpin negeri-begeri Islam di sekitar Kawasan timur tengah diam tidak berdaya dengan semua apa yang terjadi di depan matanya. Apatah lagi menembakkan sebutir peluru demi membela Palestina. Hatta berbicara lantang turun ke jalan berdemonstrasi membela Palestina tidak sanggup mereka lakukan. Apakah tidak malu ketika mereka melihat justru mahasiswa-mahasiswa di AS, Jepang, Denmark , Jerman turun berdemonstrasi membela Palestian, yang notabene mereka bukan beragama islam?

Dengan segala kerugian baik harta benda maupun jiwa yang dialami kaum muslimin Palestina sejak berdirinya Israel hingga saat ini, kemudian dengan mudahnya berdamai dengan Israel dan seolah melupakan tragedi selama ini. Maka hal itu adalah bentuk pengkhianatan kepada Kaum muslimin.

Pendudukan Israel tersebut tidak lebih dari sebuah penjajahan dan perampasan tanah air yang sah milik rakyat Palestina.

Sejarah wilayah Palestina seutuhnya adalah milik mereka, tidak ada sangkut pautnya dengan Isarel yang datang berdiaspora dari Eropa. Bermula ketika Umar Bin Khattab membebaskan tanah yang diberkahi itu dari Imperium Romawi pada tahun 5 H. Maka status tanah tersebut adalah tanah Kharajiyah yang tetap menjadi milik kaum muslimin Palestina hingga kiamat. 

Al Quran mengajarkan kepada kita bagaimana kita harus bersikap kepada para penjajah yang merebut dan memerangi kita semena-mena. Di dalam Surat Al Baqarah ayat 190 disebutkan :

"Dan Perangilah oleh kalian di jalan Allah kepada orang-orang yang telah memerangi kalian dan janganlah kalian melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang malampaui batas".

Maka darah dibalas darah, nyawa dibalas nyawa dan peluru dibalas dengan peluru. Begitulah seharusnya tindakan berwibawa seorang pemimpin menghadapi musuh. Bukan malah dengan melemah dan berkasih sayang dengan mereka. 

Tetapi apa daya, kenyataan berkata sebaliknya, kaum muslimin yang berjumlah dua miliar di seluruh dunia bungkam tidak berdaya menghadapi  dua juta penduduk Israel di Palestina. Kenapa ini bisa terjadi? Padahal di antara kaum muslimin ada para pengusaha kaya raya, ada para Jenderal yang memimpin ribuan bahkan jutaan tentara, ada para ilmuwan dan saintis yang mampu membuat senjata-senjata canggih untuk melawan senjata tentara Israel, ada miliaran kaum muslimin yang siap jihad membantu kaum muslimin di Palsetina. 

Kenapa semua itu bisa terjadi ? hal tersebut karena umat Islam tidak memiliki seorang pemimpin yang memberi komando kapada dua miliar kaum muslimin di seluruh dunia untuk melakukan perlawanan dan pembalasan. Sehingga potensi besar mereka tidak bernilai apa-apa dihadapan Israel. 

Kita merindukan sosok pemimpin seperti Rasulullah yang mengusir Bani Qainuqa’ karena telah melecehkan seorang wanita muslimah dan membunuh seorang lelaki muslim di pasar. Kita pun rindu pemimpin yang berwibawa di hadapan musuh-musuhnya ketika Khalifah Al Mu’tashim mengirimkan tentara untuk menaklukkan Amuria karena pelecehan kepada seorang wanita. Kita juga rindu kepada pemimpin sekelas Sultan Abdul Hamid ketika beliau mengancam Inggris agar menghentikan drama yang menghina pribadi Rasulullah.

Lahirnya pemimpin seperti itu tidaklah kahir dari sistem kapitalisme yang hipokrit. Tetapi dari sistem Khilafah yang meniscayakan sosok bertaqwa dan berpegang teguh dengan Al Quran dan As Sunnah dalam menjalankan pemerintahnnya. Adanya Khilafah dan Khalifah adalah satu paket yang tidak bisa saling menegasikan. 

Jika lepasnya Palestina bermula karena hancurnya Khilafah, maka pembebasan Palestina dari tangan Israel akan bermula dari tegaknya Khilafah. in sya Allah.

Walhasil, berdamai dengan Israel dengan dalih genjatan senjata permanen hakikatnya adalah kekalahan perang yang tidak seharusnya terjadi pada kaum muslimin, solusinya adalah hanya dengan mengusir Israel dari Palestina dan mengembalikan tanah Palestina kepada Kaum Muslimin. Dan hal tersebut hanya akan bisa dilakukan oleh seorang Khalifah. Wallahua'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak