Butuh Khalifah untuk Menyatukan Perbedaan



Oleh : Dian Safitri

Mahkamah Agung Arab Saudi mengumumkan bahwa 1 dzulhijjah jatuh pada hari Jum'at yang bertepatan dengan tanggal 07 Juni, dan artinya lebaran haji akan jatuh pada hari Ahad tanggal 16 juni, dan hari arafah jatuh pada hari Sabtu 15 Juni. Berbeda dengan kerajaan arab saudi, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama baru akan menggelar pemantauan hilal dan sidang isbatnya pada hari jum'at.

Direktur urusan agama Islam dan pembinaan syariah Kemenag, melaporkan bahwa berdasarkan data hilal, saat sidang isbat nanti, posisi hilal telah melampaui kriteria imkanur rukyat MABIMS dan kriterianya mensyaratkan tinggi hilal 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat dan berdasarkan data dan perhitungan, 01 Dzulhijjah jatuh pada hari Sabtu yang bertepatan dengan 08 juni.
(kompas.com, 07/06/2024).

Perbedaan idul Adha maupun idul Fitri akan terus menjadi polemik yang tiada henti. Kenapa bisa berbeda? Dalih mereka karena perbedaan zona waktu antara kedua negara. Sehingga sebelum dilakukan sidang isbath dilaksanakanlah pemantauan hilal di 114 titik yang tersebar di seluruh Indonesia karena Kemenag dalam menentukan awal bulan Komariyah menggunakan kriteria visibilitas posisi hilal MABIMS.

Dalam penentuan idul Fitri, ulama ada yang berbeda pendapat karena metode yang digunakan berbeda, misalnya saja Imam Syafi'i yang menggunakan metode Rukyatul lokal untuk penentuan idul Fitri. Sedangkan ulama-ulama yang lain seperti Imam Malik, Imam Hanbali, dan Imam Hanafi bersepakat menggunakan Rukyatul global dalam penentuan idul fitri. Tapi dalam hal penentuan idul adha tidak ada satu pun ulama yang berbeda pendapat. Artinya mereka bersepakat bahwa 1 Dzulhijjah ditentukan oleh penduduk kota Mekkah.

Kenapa demikian ? Karena haji adalah Arafah. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya:

"Sesungguhnya haji itu intinya adalah arafah"

Artinya hari atau waktunya adalah hari arafah dan tempatnya pun di Arafah. Dengan makna bahwa haji itu harus dilaksanakan di hari arafah dan tempatnya juga di Arafah. Oleh karena itu sudah seharusnya dalam pelaksanaan idul Adha seluruh negara di dunia harus mengikuti Ahlul Mekkah, karena Arafah letaknya di Mekkah.
Penentuan idul Fitri boleh berbeda tapi tidak dengan idul Adha karena dalil-dalilnya jelas dan Arafah tempatnya di Mekkah, para ulama juga sepakat untuk itu.

Ummul Mukminin Aisyah ra. pernah berkata, bahwa penentuan hari Arafah ditentukan oleh imam (pemimpin) Khalifah pada saat itu, artinya penentuan idul Adha menurut beliau ketika imam menyembelih hewan kurbannya. Ini menjadi penegas bahwasanya pemimpin yang ada di kota Mekkah, Khalifah pada saat itu  menyembelih hewan kurban di kota Mekkah bukan di tempat lain. Dari sini, penentuan hari raya itu penting untuk persatuan kaum muslimin semuanya.

Tapi pertanyaannya, kenapa bisa berbeda? Jawabannya karena umat Islam tidak lagi memiliki Khalifah yang menyatukan mereka. Semenjak runtuhnya kekhilafahan Islam yang terakhir hingga saat ini. Keruntuhan itu pula yang membuat mereka tidak memiliki kekuatan politik, musuh mereka pun dengan mudah memecah belah dan menanamkan paham yang sangat berbahaya seperti nasionalisme. Adanya nasionalisme ini membuat kaum muslimin itu jadi terpecah belah menjadi negara-negara bangsa.

Ikatan nasionalisme ini pula yang membuat sekat diantara sesama muslim. Kaum muslimin jadi terkotak-kotak, mereka tidak lagi disatukan oleh ikatan aqidah yang sahih. Sebagaimana hari ini, dalam hal penentuan idul Adha saja, negeri ini merasa terpisah dengan negara Arab sebagai tempat dilaksanakannya ibadah haji. Padahal Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, yang artinya:

"Bukanlah bagian dari golonganku orang yang menyerukan asshobiyah, bukanlah golonganku orang yang berperang karena asshobiyah.
(HR. Abu Dawud).

Ashobiyah yang dimaksud adalah perasaan fanatisme golongan termasuk kesukuan dan nasionalisme. Karenanya, umat Islam butuh satu kepemimpinan Islam yang akan menyatukan umat termasuk dalam penentuan hari raya, yaitu khilafah Islamiyyah. Maka kewajiban menegakkan khilafah yang dipimpin oleh Khalifah adalah kewajiban yang urgen.

Wallahu'alam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak