Infleuncer ikut ke IKN, Membebani Negara!

Oleh: Yulia Ekawati, S.Pd. (Aktivis dakwah kampus)

Ajakan Presiden Joko Widodo pada para influencer atau pesohor pemengaruh untuk melakukan kunjungan ke IKN alias Ibu Kota Nusantara menuai pro-kontra. Diketahui Jokowi didampingi sejumlah influencer untuk meresmikan Jembatan Pulau Balang dan meninjau pembangunan jalan tol menuju IKN. Sejumlah pengamat politik menilai, kehadiran influencer di IKN pada akhir pekan kemarin tidak begitu diperlukan. Semestinya, kata pengamat politik Adi Prayitno, yang harus menjadi prioritas Jokowi adalah bagaimana caranya investor datang ke IKN. “Apa signifikannya artis itu jadi public relations IKN jika tak mampu datangkan investor,” kata Adi Prayitno saat dihubungi oleh Tempo pada Senin, 29 Juli 2024.


Sementara analis politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menganggap Jokowi mengajak influencer ke IKN hanya untuk memoles citra IKN agar positif. Padahal, pembangunan IKN tahap pertama belum sepenuhnya rampung menjelang akhir jabatan Jokowi. “Kelihatannya Jokowi agak panik, agak stres di masa kepemimpinan beberapa bulan lagi,” kata Ujang dihubungi terpisah pada Senin. “Jokowi menggunakan cara instan, influencer untuk membangun berita positif. Berita baik kepada publik. Tapi kan ada gap. Kalau IKN belum beres.” dikutip dari Tempo.co.


Tentunya influencer yang dipilih bukan sembarangan, mereka yang terpilih adalah orang orang dengan jutaan pengikut, sehingga jutaan pengikutnya akan melihat dan membawa citra positis bagi pembangunan ikn ditengah kontroversinya terkait target pembangunan yang tidak tercapai, sulitnya air bersih, penyingkiran masyarakat adat, dan masih banyak masalah lainnya.


Tentunya perlu diketahui bahwa Para influencer yang diundang ke ibu kota baru itu  menggaungkan IKN dengan kondisi yang berkebalikan dari pemberitaannya selama ini. Mereka yang hadir menampilkan seolah IKN tak menghadapi masalah apa pun. Mereka justru terkagum - kagum atas pembangunan yang berlangsung dan menarasikan bahwa impian pemindahan ibu kota negara akan segera berjalan.


Setelah itu, Presiden Jokowi berencana mengajak 500 relawan pendukung ke IKN. Ketua Umum Relawan Pro Jokowi (Projo) Budi Arie Setiadi mengatakan, alasan ratusan relawan ke IKN untuk melihat secara langsung legacy yang telah dibangun oleh Presiden Jokowi.


Menanggapi hal tersebut, Pengamat Anggaran Politik sekaligus Direktur Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi menilai mengajak artis, influencer, hingga 500 relawan ke IKN tersebut merupakan pemborosan uang negara.


“Iya, ini hanya menghambur-hamburkan duit negara alias hanya sebuah pemborosan anggaran negara. Presiden Jokowi dengan mengajak artis dan influencer, sejumlah 500 relawan hanya sebuah keputusasaan saja,” ujar Uchok kepada SINDOnews, Rabu (31/7/2024).


Kita juga sama-sama mengetahui bahwa para pemengaruh dan kreator konten akan bertindak sesuai dengan kepentingan ekonomi tertentu. Mereka tentu saja akan membela pihak yang membayarnya. Karena itulah, dalam hal ini, mereka akan menampilkan citra IKN sebagai proyek yang tak memiliki masalah. Mereka membangun ilusi atas kehebatan pemerintah membangun ibu kota negara dalam waktu kurang dari lima tahun.


Promosi para influencer lantas tidak membuat publik percaya. Di antaranya persoalan air minum di IKN yang belum selesai. Ada juga yang meminta para pendengug tersebut menetap di IKN. Selain itu langkah pemerintah yang kerap menggaet pemengaruh ini dinilai sudah biasa.


Pembangunan dalam sistem kapitalisme sekuler jelas berbeda dengan pembangunan dalam sistem Islam. Di dalam sistem Islam, tujuan pembangunan infrastruktur adalah untuk mewujudkan kemaslahatan rakyat, bukan untuk keuntungan pribadi penguasa. Ketika keberadaan sebuah infrastruktur dipandang tidak membawa maslahat, pembangunannya tidak akan dilakukan. Demikian halnya jika pembangunan infrastruktur itu akan merampas ruang hidup rakyat, menggunduli hutan, merusak sumber air, dan mematikan ekosistem.

Sepanjang sejarah peradaban Islam, pembangunan aneka infrastruktur seperti permukiman rakyat, istana negara, masjid, taman, jembatan, sekolah dan kampus, perpustakaan, dan rumah sakit. Namun semuanya ditujukan untuk kemaslahatan rakyat sehingga hasilnya adalah kesejahteraan, bukan ketertindasan.


Wallahu A'lam Bisawwab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak