Komersialisasi Air Ditengah Kekurangan Air
Komersialisasi Air Ditengah Kekurangan Air
Oleh: Susi Ummu Musa
Air menjadi sumber kebutuhan yang wajib bagi manusia karena hampir 100 % kehidupan memerlukan air, bahkan didalam tubuh kita sekalipun perlu air.
Bayangkan jika tubuh kita Kekurangan air sudah pasti lemas dan menimbulkan dehidrasi parah.
Kebutuhan air yang erat dalam kehidupan sehari hari baik untuk mandi, memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah dll semua butuh air.Serasa hidup akan kurang semangat jika sebentar saja kita kehabisan air saat listrik padam pasti membingungkan.
Namun ada hal yang pasti bisa terjadi saat musibah datang yaitu kekeringan karena faktor alam. Mau tidak mau perasaan khawatir akan melanda kita saat terjadi kekeringan karena kemarau panjang.
Yang biasanya kita bebas menggunakan air dari kran tiba tiba harus berhemat karena terpaksa menggunakan air galonDan yang jelas pengeluaran jadi bertambah.
Menurut data dari Jakarta, CNBC Indonesia - Kelas menengah di Indonesia turun kasta sejak masa krisis Pandemi Covid-19, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS). Pada 2019 jumlah kelas menengah di Indonesia 57,33 juta orang atau setara 21,45% dari total penduduk. Lalu, pada 2024 hanya tersisa 47,85 juta orang atau setara 17,13%.
Artinya ada sebanyak 9,48 juta warga kelas menengah yang turun kelas. Karena, data kelompok masyarakat kelas menengah rentan atau aspiring middle class malah naik, dari 2019 hanya sebanyak 128,85 juta atau 48,20% dari total penduduk, menjadi 137,50 juta orang atau 49,22% dari total penduduk.
Demikian juga dengan angka kelompok masyarakat rentan miskin yang ikut membengkak dari 2019 sebanyak 54,97 juta orang atau 20,56%, menjadi 67,69 juta orang atau 24,23% dari total penduduk pada 2024. Artinya, banyak golongan kelas menengah yang turun kelas kedua kelompok itu.
"Bahwa memang kami identifikasi masih ada scarring effect dari Pandemi Covid-19 terhadap ketahanan dari kelas menengah," ucap Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dikutip Sabtu (31/8/2024).
Hal ini terus dipicu karena berbagai persoalan ekonomi dan salah satunya krisis air bersih namun ada hal yang cukup penting untuk ditanggapi bahwa persoalan air ini dianggap sepele oleh Anthony Budiawan yang menepis pernyataan Bambang Brodjonegoro.
Seperti yang dilansir MoneyTalk,Jakarta – Bambang Brodjonegoro memberi pernyataan, bahwa konsumsi air galon atau air kemasan menjadi salah satu faktor kelas menengah jatuh miskin.Pernyataan dan pendapat mantan menteri keuangan rezim Jokowi ini sungguh menyedihkan, tidak masuk akal sama sekali, absurd, kata Anthony Budiawan,Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies)
Pernyataan Bambang jelas sebagai upaya mencari kambing hitam atas ketidakmampuan dan kegagalan pemerintahan Jokowi dalam meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi tingkat kemiskinan, tetapi menyalahkan masyarakat karena kebiasaan konsumsi air kemasan tegas Anthony Budiawan.
Padahal jelas jelas apa yang dikatakan Bambang memang terbukti dimasyarakat, bahwa sebenarnya masyarakat terpaksa membeli air kemasan untuk minum dan kebutuhan lain karena pemerintah tidak menyediakan air bersih secara gratis.Gratis? "Yang benar saja jika itu terjadi jangan jangan ada udang dibalik batu".Sesuatu yang mustahil dinegri ini bisa bisa para kapital bangkrut.
Ditengah Kesulitan rakyat karena Kekurangan air bersih akibat dari kekeringan atau disuatu daerah yang kualitas airnya buruk masyarakat harus berupaya sendiri dengan menambah pengeluaran sementara banyak air kemasan dengan berbagai merk menjamur dipasaran dikemas oleh perusahaan dan dijual,Inilah yang dinamakan kapitalisasi sumber daya air.
Bentuk Komersialisasi air yang dijalankan para pebisnis sangatlah menggiurkan.Dengan berbagai tampilan dan kualitas akhirnya laku dipasaran dan tanpa sadar masyarakat telah terpedaya padahal seharusnya pemerintanmenyediakan air bersih untuk diambil masyarakat secara bebas.
Sebagaimana hal nya dengan sistem islam yang memberikan jaminan untuk kebutuhan primer bagi masyarakat secara gratis hal ini sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh islam Mengingat dalam sebuah hadist Rasulullah bahwa"Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api". (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Hadits tersebut menyatakan bahwa kaum Muslim (manusia) berserikat dalam air, padang rumput, dan api. Dan bahwa ketiganya tidak boleh dimiliki oleh individu.
Namun apalah daya, inilah sistem yang semuanya hanya berhitung untung rugi kepada rakyat Sistem yang bobrok ini berasas pada aspek manfaat semata. Yang mana seluruh kegiatan dalam meriayah rakyat harus memberikan keuntungan bagi mereka pemegang kekuasaan. Mereka tidak memperdulikan lagi, apakah itu harta milik umum ataukah tidak.
Hal ini berbeda dengan Islam, Islam melarang tegas negara, ataupun individu untuk menswastanisasi harta milik umum (rakyat) tersebut, apalagi hingga dikelola oleh swasta/individu. Dalam Islam, negara berkewajiban mengelola harta milik umum, seperti air, tambang, dan lain sebagainya, dan hasilnya dikembalikan demi kesejahteraan rakyatnya. Sehingga kebutuhan rakyat benar-benar terpenuhi secara keseluruhan, tanpa ada yang kekurangan sedikitpun.
Hal tersebut tergambar pada masa kejayaan Islam Yang mana, saat itu Rasulullah telah memberikan izin kepada Abyadh untuk mengelola tambang garam Rasulullah saw mengizinkannya namun, saat mengetahui bahwa tambang garam tersebut merupakan harta milik umum, Rasulullah lalu mencabut pemberiannya tersebut dan melarang tambang tersebut dimiliki pribadi.
Wallahu A'lam Bisshawab.
Komentar
Posting Komentar