MAULID : MENELADANI KEPEMIMPINAN NABI SAW
Oleh : Nur Kamsiah (Aktivis Muslimah)
Nabi Muhammad Saw adalah manusia paling penting bagi ummat Islam, ia adalah panutan bagi setiap muslim baik dalam perkataan, maupun perbuatan. Amal kaum muslim akan diterima jika sesuai dengan apa yang dibawa atau yang diajarkan oleh beliau berupa Alquran dan hadist.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al ahzab : 29).
Karena perjuangannya Islam bisa menyebar keseluruh dunia. Ia adalah pemimpin ummat Islam, dan kepemimpinannya sangat diperhitungkan di dunia. Bahkan dalam buku karya Michael H hart dengan judul 100 tokoh paling berpengaruh di dunia menempatkan nabi Muhammad Saw sebagai tokoh pertama yang paling berpengaruh di dunia, ini bukan tanpa alasan. Ini semua karena pengaruh yang ia tanamkan atas ummat manusia hingga ia menjadi ummat yang beradab, bermartabat, dan pernah mengemban peradaban yang gemilang di masa lalu.
Dan Maulid adalah moment dimana sebagian besar ummat muslim di Indonesia memperingati hari lahirnya nabi Muhammad Saw.
Di sebagian wilayah Indonesia maulid nabi diperingati dengan sangat meriah dengan berbagai tradisi.
Misalnya tradisi maulid di Aceh atau mereka menyebutnya maulod, dengan tradisi makan besar dengan memotong sapi dan tradisi ini tidak dilakukan satu hari saja tapi bisa sampai berbulan bulan. Dalam tradisi ini biasanya akan mengundang anak anak yatim dan keluarga dekat untuk makan bersama. Detik.com
Atau tradisi dari Sulawesi Selatan dengan pesta telur dan songkolo (nasi dari beras ketan), atau tradisi dari Gorontalo dengan pesta telur dan kue tradisional. Dan masih banyak lagi tradisi dari berbagai daerah di Indonesia.
Di samping perayaan dengan berbagai tradisi, adapula perayaan dalam bentuk pengajian, biasanya penceramah atau da'i yang mengisi acara maulid akan mengangkat kisah tentang kelahiran nabi sampai pada sepak terjang nabi di dunia dakwah serta kepemimpinannya.
Tentu semua tradisi yang muncul dari perayaan ini memiliki filosopi yang akan sampai pada bentuk kecintaan kepada sang nabi Muhammad Saw.
Namun semakin hari, perayaan maulid ini seolah hanya tinggal perayaan tanpa meninggalkan nilai. betapa banyak ummat yang ikut ramai merayakan maulid nabi dengan penuh euforia, tapi tidak mengikuti Sunnah nabi, tidak mengikuti apa yang diperintahkannya.
Padahal jika kita tarik kembali asal perayaan maulid nabi Muhammad Saw, menurut sejarawan Islam seperti Ibnu Katsir, as-sakhawi, assuyuti perayaan ini dimulai sejak masa kepemimpinan Salahuddin Al Ayyubi. Salahuddin Al Ayyubi merayakan maulid nabi untuk menyemangati para pasukan dalam perang salib. Meski sebagian sejarawan. Menganggap bahwa perayaan maulid ini berasal dari dinasti Fatimiyah, salah satu yang menyebutkannya adalah al-Maqrizi dalam kitabnya al-Khathat.
Namun bagaimanapun bentuk tradisi perayaannya selama tidak menyalahi hukum syara', atau bagaimana ia muncul, tentu dari perayaannya adalah bentuk kecintaan kepada nabi Saw, perayaan dilakukan agar kita senantiasa ingat kepada beliau. Baik perkataannya maupun perbuatannya, termasuk metode kepemimpinan yang ia terapkan semasa memimpin ummat Islam.
Dan tentunya sebagai seorang muslim rasa cinta kepada nabi Muhammad Saw adalah hal yang wajib ada.
. Allah SWT berfirman dalam Qur’an surat At-Taubah ayat 24: “Katakanlah: “jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik."
Dan setiap cinta tentu menuntut pembuktian, dan salah satu bentuk cinta kepada nabi adalah dengan meneladani sikap nabi Saw, menjadikannya orang yang diikuti dalam bersikap dalam setiap aspek kehidupan termasuk dalam bermasyarakat dan bernegara, seharusnya pemimpin pun meneladani sikap kepemimpinan beliau, karena orang yang tidak meneladani sikap kepemimpinannya dikatakan orang yang tidak beriman.
Allah SWT berfirman :
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa ayat 65)
Keteladanan terhadap nabi Muhammad Saw adalah perintah dari Allah Swt. Karena hanya dengan mengikuti kepemimpinannya suatu bangsa akan sejahtera. Sebab metode kepemimpinan nabi Saw adalah metode yang bersumber dari Wahyu Allah SWT sebagai pencipta langit dan bumi, Dia yang paling mengetahui setiap keburukan atau kebaikan yang akan menimpa manusia.
Allah berfirman :
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (An nur : 55).
Maka setiap kita yang menginginkan kesejahteraan di dunia dan akhirat harus menjadikan nabi Saw sebagai teladan dalam kehidupan kita.
Dan maulid nabi bisa jadi moment yang harusnya menambah keimanan kita kepada Allah SWT dengan senantiasa mengikuti apa apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw dalam bentuk Alquran dan Sunnah.
Wallahu a'lam bissawab.
Komentar
Posting Komentar