Trend Kriminalitas di Kalangan Pemuda, Makin Mengerikan


Oleh : Haura (Pegiat Literasi)


Tawuran Pemuda

Pemuda adalah harapan bangsa. Pemuda adalah puncak usia produktif dan kreatif, diharapkan dapat menjadi sosok yang penuh semangat dan mampu menjadi agen perubahan yang membawa ke arah lebih baik. Namun nyatanya, Kasus kejahatan dan tindakan kriminal di kalangan pemuda terus berulang. Saban hari media menyuguhkan berita-berita mengerikan. 

Polsek Cidaun, Kabupaten Cianjur, berhasil mengamankan 15 pemuda yang diduga hendak terlibat dalam tawuran. Dalam penangkapan tersebut, petugas juga menyita sejumlah barang bukti berupa satu bilah pisau, satu bilah golok serta beberapa kendaraan roda dua yang digunakan oleh para pelaku.

Di Semarang, Polisi juga berhasil menagkap Bos geng Kokar 411 bernama Niko Noval Eka Saputra (23), ia mengaku tawuran dengan membawa senjata tajam (sajam) berawal dari saling tantang di media sosial. Niko menjelaskan bahwa mereka iuran untuk membeli celurit yang digunakan untuk tawuran.  detik.com.

Tawuran pemuda juga terjadi di medan. video viral yang menunjukkan sejumlah pemuda terlibat saling serang menggunakan molotov dan senjata tajam. Setelah ditelusuri pihak kepolisian tidak ada pelaku yang terlibat tawuran dikenali warga sekitar. Diduga pelaku merupakan geng motor yang melintas di lokasi dan berbuat onar. 

Ada Apa dengan Pemuda?

Tawuran bukanlah perkara sepele sebab beresiko terhadap hal-hal buruk seperti ancaman, rasa mencekam, melukai hingga menyebabkan kecacatan fisik dan hilangnya nyawa orang lain. Berbagai upaya pemberantasan dan pencegahan terus dilakukan kepolisianp dan pihak terkait namun seolah tidak dijadikan pelajaran oleh para pemuda untuk menghentikan tawuran. 

Ada beberapa faktor pemicu arus kriminalitas di kalangan pemuda terus marak, diantaranya  : Pertama, kontrol diri lemah.  Lemahnya kontrol diri mengarah pada ketidak stabilan emosi sehingga menyebabkan mudah marah, frustasi, kurang peka terhadap lingkungan, mudah menyalahkan orang lain atau bahkan ketika memiliki masalah cenderung mengedepankan otot daripada otak, lebih memilih tawuran daripada memikirkan jalan keluar menyelesaikan masalah. 

Pemicu kedua, krisis identitas. Para pemuda kehilangan identitas diri, tidak mampu mengenali dirinya sendiri sehingga gagap dalam menemukan nilai-nilai positif dalam hidup. Untuk menjawab simpul pertanyaan besar, dari mana ia berasal, untuk apa ia hidup dan kemanakah ia kembali setelah hidup, mereka bingung. Akhirnya, mengakibatkan muncul berbagai penyimpangan dan pelanggaran pada kalangan pemuda. 

Ketiga, disfungsi keluarga.  Hilangnya fungsi keluarga menjadi penyebab pemuda kehilangan asuhan, arahan dan didikan para orang tua. Hilangnga fungsi keluarga tersebut diakibatkan ketidak fahaman para orang tua melakukan fungsi dan kewajibannya baik sebagai ibu maupun ayah dalam merawat anak-anak. 

Keempat, tekanan serta beban hidup yang tinggi membuat jarak orang tua dan anak-anak menjadi renggang sebab para orang tua disibukkan mencari nafkah agar mampu mencukupi kebutuhan hidup yang serba mahal sehingga abai, tidak memiliki waktu untuk melaksanakan tugas pokoknya membersamai pemuda sedari mereka kecil. Akhirnya antara orang tua dan anak tidak ada kehangatan bahkan sekedar untuk bercerita dan curhat pun menjadi asing. 

Kelima, pengaruh media. Dari jumlah penduduk Indonesia, setengahnya pengguna internet dan sebagian besar menggunakan media sosial. Arus media turut mempengaruhi pembentukan prilaku atau karakter pemuda sementara media yang tersaji dan ditonton cenderung memperlihatkan hal negatif, minim energi positif seperti kebebasan pergaulan, kekerasan, kesenangan hidup, berita-berita kriminal. 

Keenam, kegagalan pendidikan. Pendidikan berbasis sekuler tidak memahamkan pemuda pada jati diri sebenarnya. Lebih mementingkan kecerdasan akademik namun tidak diimbangi dengan pembinaan yang mengarah pada kecerdasan emosional dan spiritual. Sehingga menghasilkan anak sekolahan yang minim adab. 

Ketujuh, lemahnya hukum. Hukum yang tidak memberi efek jera kepada pelaku kejahatan membuat mereka tidak kapok untuk mengulangi kejahatan berulang. 

Akibat Sekuler Liberalisme 

Semua yang disebutkan di atas hanyalah pemicu, sebagai akibat diterapkannya sistem sekuler liberalisme yang menjauhkan masyarakat dari agama, faham-faham kebebasan dibiarkan sehingga arah pandang hidup masyarakat nihil visi misi yang benar. Alhasil, penyimpangan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai moral dan agama merajalela, keamanan dan kenyamanan di tengah masyarakat pun terganggu. 

Sistem Islam Memberantas Tawuran

Dengan tegas, Islam mengajarkan kepada manusia sebagaimana surat alhujurat ayat 11, untuk tidak saling merendahkan, mencela, mengolok-olok, memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan, jika semua itu dilakukan maka termasuk bagian dari orang-orang yang dzalim. 

Atas dasar itu, bentuk perwujudannya membutuhkan negara. Oleh karenanya, dalam Islam, negara wajib menghilangkan segala bentuk permusuhan dan kedzaliman.  Dalam Islam, secara komprehensif negara akan menerapkan sistem yang terintegtasi untuk membentuk pemuda yang produktif, kreatif, mampu memberi efek positif di tengah kehidupan masyarakat. 

Berawal dari landasan yang berbasis aqidah Islam, negara Islam menerapkan semua aspek kehidupan dengan merujuk pada aqidah tersebut. Pendidikan sekolah dan pola pengasuhan anak, tidak sekedar mengedepankan kemampuan akademik namun juga pemahamam hakikat tujuan hidup. 

Selain itu, pemenuhan kebutuhan dasar melalui kemudahan lapangan kerja untuk mencari nafkah dan murahnya harga kebutuhan dasar memberikan keleluasan kepada para orang tua membersamai anak-anak dalam pengasuhan. 

Negara dalam Islam juga mengatur media dengan sajian yang menstimulus masyarakat terhadap tontonan dan tuntunan postif  mampu menjadi motivasi untuk melakukan karya-karya baik dalam kehidupan.

Di samping itu, sistem Islam memiliki hukum yang tegas mampu menyelesaikan dengan tuntas setiap problematika kehidupan manusia. Penerapan hukum qishash baik qishash pembuhuhan maupun qishash anggota badan serta hukum diyat cukup membuat efek jera bagi pelaku dan menjadi pelajaran bagi masyarakat secara keseluruhan. Sehingga mampu menghentikan permusuhan dan tawuran di kalangan pemuda. 

Allaahu a'lam bish shawwab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak