Palestina dalam Derita, Butuh Solusi Nyata!!

Aisyah, S.E (Aktivis Dakwah)

Israel kembali memborbardir wilayah Gaza, Palestina. Sedikitnya 15 orang terbakar hidup-hidup setelah Israel menyerang sebuah sekolah yang difungsikan sebagai kamp pengungsian di Nuseira, Gaza Tengah (detikNews, 15/10/2024)

Melihat, membaca, mendengar berita atau vidio berseliweran di media sosial rasa sedih ditambah rasa murka bergejolak jadi satu, rasa pilu melihat saudara seiman terbakar hidup-hidup namun diri ini tak mampu melakukan hal besar, sekaligus diri ini murka melihat kebiadaban zionis Israel laknatullah yang membabi buta warga sipil. Paling parah, diri ini murka melihat pemimpin Islam yang punya kuasa hanya sebatas beretorika semata sebatas kecaman saja. Tak sedikitpun kata-kata mereka membuat gentar  para Zionis itu. Berapa banyak lagi korban agar kalian tersadar wahai pemimpin umat?

Serangan udara Israel pada Sabtu malam telah membantai 73 warga Palestina di daerah permukiman di Beit Lahia, Gaza utara. Pemerintah negara-negara Arab tidak berkomentar atas serangan brutal tersebut. (Sindonews, 20/10/2024)

Harapan besar masih pada solusi semu, seperti solusi 2 negara itupun tak diberikan jalan oleh negara adikuasa dibalik kekuatan Zionis Israel, mereka berpihak pada genosida. HAM yang diagungkan mereka tidak berlaku untuk derita warga Palestina. Rapat paripurna PBB menghadirkan perwakilan tiap negara anggota, sebagian besar setuju untuk menghentikan genosida ini. Apa hasilnya? Yah tetap sama, hanya karena hak veto, suara perwakilan negara anggota tak didengar. Tidak ada tindakan nyata, padahal tiap detiknya nyawa melayang di tanah Palestina.

Masih kah kita berharap?

Stop now!! Berharap pada PBB ibarat menulis diatas air (tak berguna). Bayangkan hanya karena satu suara atas dasar hak veto itu, AS mendukung genosida yang dilakukan zionis Israel. Dewan keamanan PBB pun tak berkutik. Apakah masih bisa berharap?

Mungkin saat ini Palestina yang di serang, namun tidak menutup kemungkinan kedepannya negara negara lain pun bisa jadi sasaran.

Menurut analisis data dari Armed Conflict Location and Event Data Project (ACLED), Israel bertanggung jawab atas 17.081 insiden serangan udara/dirgantara, penembakan/serangan rudal, peledak jarak jauh dan penghancuran properti, di lima negara - Libanon, Suriah, Yaman, Iran, dan wilayah Palestina yang diduduki - sejak 7 Oktober.

Di seluruh penjuru negara, umat Muslim murka melihat genosida ini. Bantuan kemanusiaan tak henti-hentinya dikirimkan kesana, tak jarang bantuan itu dirusak oleh tentara zionis. Yah, kita sangat muak. Tak salah untuk terus mengirimkan bantuan kemanusiaan dan logistik kepada saudara kita disana, tapi kita butuh solusi permanen. Perang fisik harus dilawan dengan perang.

Solusi nya hanya satu, yaitu Persatuan umat dibawah satu komando kepemimpinan bernama Khilafah Islamiyah, selanjutnya melawan musuh Islam dengan Jihad fisabilillah.

Sejarah mencatat keberanian luar biasa pemimpin Islam dalam merebut tanah diberkahi Al-Quds dari tangan penjajah. Para mujaddid tak gentar, meski nyawa mereka jadi taruhan, bahkan mereka merindukan syahid di medan perang.

Pada tahun 1896 M, Herzl mendatangi Khalifah Abdul Hamid II untuk meminta sepetak tanah Palestina, namun permintaan tersebut ditolak tegas oleh Khalifah. Saat kondisi ekonomi khilafah Utsmaniyah terpuruk pasa tahun 1901, 5 tahun selepas tertolaknya permintaan Herlz. Herlz pun kembali menawarkan bantuan dengan imbalan sepetak tanah Palestina. Namun, balasannya tetap sama, keteguhan dalam mempertahankan tanah Palestina jatuh ke tangan Zionis.

"Nasihati Dr. Herlz supaya jangan meneruskan rencananya. Aku tidak akan melepaskan walaupun segenggam tanah ini (Palestina), karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Umat islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Yahudi silahkan menyimpan harta mereka. Jika Daulah Khilafah Utsmaniyah dimusnahkan pada suatu hari, maka mereka boleh mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Akan tetapi, sementara aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat Tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Daulah Islamiyah. Perpisahan adalah sesuatu yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup. (Khilafah Abdul Hamid II, 1902)

2 milyar umat muslim diseluruh penjuru dunia, kenapa sampai sekarang belum mampu untuk bersatu membebaskan tanah yang diberkahi, Palestina?

Jawabannya karena tak adanya persatuan umat dalam satu komando kepemimpinan umat. Kita disekat oleh nation state dan nasionalisme pada wilayah kita masih masing-masing.

Dulu umat Islam sangat disegani, namun saat ini dengan jumlah yang sebegitu banyaknya, tapi tak diperhitungkan keberadaannya.

Cerminan Aqidah yang kokoh adalah pada saudara seiman kita di Palestina, derita yang mereka rasakan tak menurunkan semangat untuk terus memperjuangkan tanah milik Umat Islam itu. Mereka diserang fisik, namun mereka tidak terpenjara oleh perang pemikiran dari Musuh Islam. Berbeda dengan kita yang berada pada wilayah aman, walaupun kondisi aman, tapi pemikiran kita tersandera oleh Ghazul fikr (perang pemikiran) yang mereka buat. Akhirnya kita hanya fokus pada diri sendiri alias individualisme. Padahal Rasulullah Saw bersabda bahwa umat Islam adalah satu tubuh, apabila satu bagian lain merasakan sakit, maka yang lainnya akan merasakan sakit yang sama.

Pertama yang harus dibenahi dari Umat Islam adalah Aqidah, dilanjutkan dengan pemikirannya. Karena Kebangkitan manusia tergantung dari pemikirannya mengenai Hidup, Alam semesta, dan Manusia, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan yang ada sesudahnya (Taqiyuddin An-Nabhani, Nidzomul Islam, hal. 7)

Perlahan namun pasti, Islam akan kembali berjaya, karena itu Janji Allah. Pertanyaannya kita mau ambil bagian atau tidak?

Kalau aku atas niat penuh karena Allah, aku akan berada dalam barisan penolong agama Allah, sekecil apapun yang bisa kuberikan, berdampak atau tidak, intinya aku akan tetap di jalan kebenaran ini...Takbir (Allahu Akbar)

Wallahu'alam bissawab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak