Gencatan Senjata Bukan Solusi Tuntas Menghentikan Penjajahan Zionis terhadap Palestina

 


Oleh Haura (Pegiat Literasi)

Setelah kurang lebih 15 bulan berlangsung serangan Israel di wilayah Gaza Palestina, Hamas dan Israel akhirnya menyepakati gencatan senjata. Gencatan senjata  berlaku sejak ahad pagi (19/1/2025) waktu setempat setelah sempat tertunda selama tiga jam. Meskipun gencatan senjata itu telah disepakati, namun selama masa penundaan Israel masih sempat-sempatnya melancarkan serangan udara ke wilayah jalur Gaza.

Sejak gencatan senjata berlaku, pada Minggu (19/1) Israel dan Hamas bertukar tawanan. Hamas membebaskan tiga orang Israel yang disanderanya dan Israel membebaskan 90 orang Palestina yang dipenjarakan. https://www.voaindonesia.com/. Ini merupakan fase pertama dan masih terdapat dua fase dalam perjanjian gencatan senjata tersebut. 

Dalam kesepakatannya, negosiasi untuk fase kedua akan dimulai pada hari ke-16 dari fase pertama, yang dimulai pada ahad (19/1/2025) dan akan berlangsung selama 42 hari. Pada tahap itu, pasukan Israel akan ditarik dari area permukiman di Gaza, dan sandera Israel yang masih hidup ditukar dengan lebih banyak warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

Israel melalui Perdana Menterinya Benyamin Netanyahu memperingatkan akan kembali berperang di Gaza jika fase kedua kesepakatan pertukaran tahanan dan gencatan senjata gagal.

Perasaan bahagia dan senang menyelimuti warga Gaza. Pasalnya, warga Gaza di wilayah utara dapat kembali ke rumah mereka, warga Gaza yang terluka diizinkan keluar untuk mendapatkan perawatan dan 600 truk per hari yang mengangkut bantuan diizinkan masuk ke wilayah Gaza. 

Setidaknya langkah ini melegakan, patut disambut baik meskipun hanya menghentikan kekerasan perang sementara waktu. Perang antara Palestina dan Israel belum berakhir.  Konflik antara Israel dan Palestina adalah konflik terpanjang di dunia, berlangsung sejak abad 19. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik namun nyatanya belum membuahkan hasil. 

Peperangan terus berlanjut, penderitaan rakyat Palestina pun sulit berakhir selama sistem dunia masih dikuasa oleh sekular kapitalisme. Amerika sebagai negara adi daya dan bangsa Barat menjadi pendukung kuat dalam agresi yang dilakukan kaum Zionis Israel terhadap Palestina. Betapa tidak sebab Zionis Israel merupakan kesayangan Amerika.  Amerika menilai Israel dapat menjadi alat untuk mengamankan sumber daya alam di kawasan Timur Tengah dan menghambat lahirnya kekuatan kaum muslimin. 

Kaum Muslimin dibiarkan terus berperang. Dengan menghembuskan ide-ide Nasionalisme, Penjajah Barat berhasil memisahkan kaum muslim menjadi negara-negara kecil yang tidak berdaya. Sementara negeri-negeri muslim lainnya tidak mampu untuk membantu Palestina karena tersekat oleh batas-batas negara dan disibukkan dengan permasalahan dalam negeri sebagai akibat diterapkannya sistem kapitalisme. 

Menghentikan segala bentuk penjajahan khususnya peperangan yang terjadi antara Israel dan Palestina bukanlah dengan gencatan senjata bukan pula dengan solusi dua negara. Mengembalikan persatuan kaum muslimin dibawah naungan Khilafah adalah jalan untuk menyelesaikan genosida Israel terhadap Palestina. 

Khilafah akan menghapus sekat bangsa dan mempersatukan kaum muslim seluruh dunia. Khilafah juga akan menyerukan jihad fii sabilillah untuk memerangi musuh-musuh Islam dan kaum muslim sehingga meraih kemenangan.

Oleh karenanya, Umat Islam harus meyakini bahwa kemenangan milik kaum muslim atas pertolongan  Allah. Untuk meraihnya, maka jalan perjuangan harus sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Allahu a'lam bi shawab. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak