Kerakusan Trump dan Sikap Kontradiktif Penguasa Negeri Muslim

 



Oleh : Ummu Hayyan, S.P.

Baru-baru ini, dalam pertemuan puncak di Kairo, Washington menolak usulan Mesir terkait Gaza pasca perang. Usulan tersebut adalah rencana senilai 53 miliar USD untuk membangun kembali Gaza di bawah administrasi otoritas Palestina. Hal ini adalah alternatif terhadap proposal presiden Amerika Serikat Donald Trump yang kontroversial mengenai pemindahan paksa warga Palestina dan pengambilalihan wilayah tersebut. www.theguardian.com.

Steve Witkoff, utusan khusus Trump untuk Timur Tengah, menegaskan bahwa Hamas harus meninggalkan Gaza agar perjanjian gencatan senjata efektif. Ia menyatakan bahwa perdamaian tidak akan tercapai selama sayap militer Hamas masih ada, karena dianggap sebagai ancaman bagi Zionis. www.nypost.com.

Sementara itu, para pemimpin Arab telah mendukung rencana Mesir sebagai alternatif terhadap proposal Trump. Mereka mendukung rencana Mesir untuk membangun kembali Gaza dan menolak pemindahan penduduk Palestina. Namun, rencana tersebut belum mendapatkan dukungan dari Zionis yang menuntut pengusiran Hamas dari kekuasaan sebagai syarat. 

Melalui Kementerian luar negeri Republik Indonesia, Pemerintah Indonesia dengan tegas menolak rencana tersebut dan menyerukan kepada komunitas internasional agar memastikan penghormatan terhadap hukum internasional. www.voaindonesia.com.

Di sisi lain, setelah dibombardir Zionis habis-habisan, warga Gaza tetap hidup dalam penderitaan. Mirisnya, meski sudah hancur lebur, Zionis kini melarang bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. 

Trump telah menyesatkan Mesir dan Yordania dalam pidato atau pernyataan sebelumnya yang menyebutkan bahwa mereka akan terlibat dalam upaya pembangunan kembali Gaza. Mesir yang sebenarnya telah mengajukan proposal untuk membangun kembali Gaza. Proposal tersebut malah ditolak oleh Trump.

Pernyataan Trump yang sering berubah-ubah sejak awal mencerminkan konsistensinya pada satu tujuan yaitu menguasai Gaza dan menyerahkannya kepada kelompok z6ionis Yahudi. Di sisi lain, pengkhianatan para pemimpin negara-negara Arab dan negeri-negeri Muslim terdekat seperti Mesir dan Yordania semakin terbuka dengan jelas. Mereka telah mendukung Trump yang membuatnya semakin percaya diri dengan setiap ucapannya. Bahkan, dalam cuitannya, Trump dengan berani mengancam para Mujahidin menggunakan posisinya sebagai presiden Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan sikap yang semakin tegas dalam mendukung kebijakan-kebijakan yang menguntungkan kepentingan Zionis.

Umat harus membuka mata bahwa banyaknya upaya diplomatik dan perundingan internasional yang dilakukan tidak akan mengantarkan pada solusi shahih persoalan Palestina. Faktanya, sudah lebih dari 7 dekade rakyat Palestina masih hidup di bawah pendudukan Zionis Yahudi yang terus-menerus mengancam hak-hak dasar mereka. Umat Islam pada umumnya dan pemimpin negeri muslim khususnya seharusnya menyadari bahwa negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya lebih memilih untuk mendukung Zionis dan menekan perlawanan Palestina. Sungguh keadilan bagi umat Islam termasuk muslim Palestina tidak akan datang hanya dari perundingan yang tidak seimbang atau dari kekuatan yang tidak memihak. Umat Islam harus melihat, ada pandangan yang lebih mendalam dan komprehensif yang menawarkan solusi tuntas dan shahih atas persoalan Palestina. Yaitu melalui jihad dan Khilafah. Jihad adalah bagian dari kewajiban untuk mempertahankan tanah suci dan hak-hak kaum muslimin termasuk tanah Palestina yang secara historis dan religius memiliki kedudukan yang sangat penting. Allah SWT berfirman yang artinya :

"Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al-Baqarah : 190)

Zionis yang secara ilegal menduduki Palestina telah merampas tanah kaum muslimin di Palestina. Oleh karena itu, aktivitas jihad ditujukan untuk mengusir penjajah Zionis dari tanah Palestina, mengembalikan tanah yang telah direbut dan membebaskan umat Islam dari penindasan. Jihad sebagai solusi tuntas terhadap masalah Palestina tidak dapat dicapai tanpa ada tatanan pemerintahan yang adil di bawah prinsip-prinsip kekuasaan dalam Islam. Sistem tersebut adalah sistem Khilafah. Khilafah adalah negara syar'i yang akan menyatukan umat Islam di seluruh dunia di bawah satu pemimpin. Khilafah bertujuan untuk mengakhiri perpecahan dunia Islam yang tersekat-sekat, yang seringkali lemah dan tidak memiliki kekuatan politik untuk mengubah situasi. Dalam Khilafah, seluruh umat Islam bersatu dalam satu naungan pemerintahan yang diatur hanya dengan syariat Islam saja. Negara Khilafah akan memiliki kemampuan untuk melawan kekuatan penjajah termasuk Zionis, dan akan berdiri di sisi Palestina dalam upaya menjalankan kewajiban melindungi jiwa warga negaranya. Sistem ini juga memastikan bahwa sumber daya dan dukungan militer dimobilisasi untuk kepentingan umat Islam secara menyeluruh. Dengan kesatuan di bawah sistem Khilafah, umat Islam dapat menghadapi tekanan internasional dengan lebih solid dan efektif, serta meraih solusi yang adil bagi Palestina. Solusi tersebut memerlukan komitmen umat Islam untuk mewujudkan kembali sistem Khilafah yang dapat memberikan perlindungan dan keadilan bagi Palestina dan umat Islam di seluruh dunia.

Wallaahu a'lam bish shawwab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak