Nobel Perdamaian Standar Ganda Kapitalisme

 



Oleh: Darni Sanari

(Aktivis Dakwah)

 

Lebih dari 300 orang dinominasikan untuk penghargaan Nobel Perdamaian tahun ini. Presiden AS Donald Trump disebut-sebut telah diajukan supaya bisa menjadi salah satu penerima Penghargaan Nobel Perdamaian 2025. (cnnindonesia.com, 6-3-2025)

 

Adapun hadiah Nobel Perdamaian dan hadiah nobel lainnya ditetapkan oleh penemu dan pengusaha Swedia Alfred Nobel melalui wasiat terakhirnya. Menurut wasiat tersebut, hadiah Nobel Perdamaian akan diberikan kepada orang yang telah melakukan pekerjaan terbaik atau terbanyak untuk persaudaraan antara bangsa dan penghapusan atau pengurangan tentara tetap serta pembentukan dan penyebaran kongres perdamaian. (nobelpeaceprize.org)  

 

Ironi
 

Pencalonan Trump sebagai penerima Nobel Perdamaian sangat ironi. Karena jika melihat sepak terjang Trump terhadap pergaulan internasional, kaum muslimin di Amerika Serikat, negeri-negeri muslim, dan terkhusus Palestina sangat negatif. Ketika Trump menjadi Presiden Amerika Serikat pada dua periode yang berbeda. Tahun 2017-2021, dan periode kedua tahun 2025. Tidak lepas dari kebijakannya yang kontroversial. Donal Trump pernah melakukan diskriminasi  ras terhadap kulit hitam, melarang nama Muhammad untuk masuk ke AS, pengakuan bahwa al-Quds (Yerusalem) adalah ibu kota negara Yahudi, keinginannya untuk merelokasi warga Gaza ke Yordania dan Mesir, dan keinginan untuk membeli dan menguasai jalur Gaza. Bahkan Donald Trump pernah memberikan bantuan persenjataan militer Israel untuk membantai rakyat Palestina. Semua ini menunjukkan bahwa Trump tidak layak dicalonkan dalam Nobel Perdamaian, karena apa yang dilakukannya justru menciptakan perang dan ketegangan.

 

Nobel Perdamaian, Standar Ganda Bagi Kapitalisme
 

Kita masih ingat Aung San Suu Kyi, pembantai kaum Muslim Rohingya memperoleh gelar Nobel Perdamaian karena dianggap sebagai pejuang Hak Asasi Manusia. Gelar itu diberikan kepada Aung San Suu Kyi, di saat kaum Muslim di dunia mengecam perbuatannya dan membiarkan umat Islam Rohingya dibantai.

 

Jelas sekali ada kepentingan Amerika Serikat dibalik pemberian gelar itu. Yaitu sebagai wujud pembenaran terhadap kejahatan Trump dari pembantaian terhadap warga Palestina, perampasan tanah Palestina oleh Israel, pemberian bantuan persenjataan, militer AS kepada Israel. Dan juga pembenaran apa yang dilakukan negeri-negeri muslim terhadap Palestina yang cukup memberikan kecaman terhadap Israel dan bantuan kemanusian terhadap warga Palestina.   

 

Disisi lain Nobel Perdamaian bagian dari strategis politik pragmatis negara-negara Barat, termasuk pencalonan Trump agar Amerika Serikat  tidak terlihat buruk. Tujuannya adalah agar mereka tetap bisa menjalin hubungan dengan negara-negara Arab maupun negeri-negeri Muslim dunia. Karena sumber daya alam negara-negara Eropa bergantung pada negeri-negeri Muslim. Begitu juga perusahaan-perusahaan negara Eropa banyak di negeri-negeri Muslim pun sebaliknya banyak pengusaha-pengusaha di negeri Muslim menanamkan sahamnya di Eropa, sehingga Amerika Serikat tetap menjaga hubungan baik agar kebutuhan ekonomi, investasi mereka bisa terus terjaga di negeri-negeri Musim.

 

Penghargaan dalam Islam

 

Di dalam Islam, tidak ada penghargaan sebagaimana dalam kapitalisme. Namun, dalam Islam terdapat pengajaran agar menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Ikhlas beramal hanya mengharap rida Allah Swt.

 

Membenci siapa saja yang dibenci Allah SWT dan Rasul-Nya, lemah-lembut dan belas kasih kepada umat Islam, serta berupaya mewujudkan berbagai kemaslahatan mereka dan menghilangkan hal yang membahayakan mereka, begitu pun juga kepada kafir dzimmi.

 

Dalam hadis riwayat Imam Thabrani, sebuah hadis Nabi saw. berbunyi;

Artinya, “Barang siapa menyakiti seorang dzimmi (Nonmuslim yang tidak memerangi umat Muslim), maka sungguh dia telah menyakitiku. Barang siapa yang telah menyakitiku, maka sesungguhnya dia telah menyakiti Allah.”

 

Kaum muslimin juga harus meneladani Rasulullah saw. baik dari aspek personal, moral dan ibadah mahda, serta meneladani Rasulullah saw. dalam menerapkan hukum syariah, mengelola pemerintahan, berpolitik, mengelola perekonomian, membangun interaksi kemasyarakatan, menyelesaikan berbagai perkara dan perselisihan yang terjadi di masyarakat serta menegakkan kekuasaan dan sistem menerapkan syariat Islam.

 

Jika seorang muslim ingin mencari kemuliaan tidak lain hanya bisa diraih dengan memenuhi seruan Allah Swt. untuk menerapkan syariat-Nya secara kaffah dalam bingkai Khilafah. bukan dengan penghargaan manusia. Waallahua’lam.[]

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak