Pembatasan di Al-Quds, Menodai Bulan Suci
Oleh ; Mial,A.Md.T (Aktivis Muslimah )
#Internasional
Ramadan nan mulia, saatnya memperbanyak ibadah. Masjid menjadi sentra ibadah pada bulan suci ini. Iftar, salat, zikir, tilawah, dakwah, dll. dilakukan di masjid. Kita lihat masjid-masjid di seluruh penjuru dunia semarak dengan kegiatan ibadah.
Namun, ini sungguh berbeda dengan Masjidilaqsa di Al-Quds (Yerusalem). Muslim Palestina tidak leluasa beribadah di masjid tempat Rasulullah saw. mikraj tersebut karena Zion*s Yahudi melakukan pembatasan keamanan.
Zion*s Yahudi hanya mengizinkan laki-laki Palestina berusia 55 tahun ke atas, perempuan berusia 50 tahun ke atas, dan anak-anak berusia 12 tahun ke bawah untuk masuk ke Al-Quds. Kantor Perdana Menteri Israel menyatakan, mereka hanya memberikan izin masuk ke Yerusalem kepada sejumlah kecil jemaah muslim dari Tepi Barat. Hal ini merupakan upaya membatasi akses umat Islam ke tempat suci tersebut.
Juru bicara Zion*s Yahudi David Mencer menyebut kebijakan ini sebagai langkah rutin tahunan. Menurut Mencer, langkah ini bertujuan untuk mencegah potensi “kekerasan dan serangan” yang dapat mengganggu stabilitas di kawasan tersebut. Tiga ribu pasukan Zion*s Yahudi memberlakukan tindakan ketat di pintu masuk dan gerbang Al-Aqsa dan Kota Tua Yerusalem.
Berbagai kalangan memprotes pembatasan keamanan yang Zion*s Yahudi lakukan. Otoritas Palestina dan organisasi internasional menilai pembatasan tersebut melanggar hak asasi manusia dan kebebasan beribadah umat Islam.
Kembali Melakukan Serangan
Tidak hanya melakukan pembatasan keamanan, Zion*s Yahudi juga melanggar gencatan senjata dengan melakukan serangan. Lebih dari 400 orang tewas setelah Israel menggempur habis-habisan Jalur Gaza, Palestina pada Selasa (18-3-2025) saat warga sedang sahur.
Kementerian Kesehatan di Gaza menyatakan 564 terluka dan mayoritas anak-anak akibat serangan tersebut. Ini merupakan serangan terbesar Zion*s Yahudi sejak kesepakatan gencatan senjata pada 19 Januari lalu.
Belasan jet tempur dan drone terlihat di sekitar permukiman warga. Salah satu pejabat Zion*s Yahudi menyatakan pasukannya akan terus menggempur Jalur Gaza habis-habisan meski ada kesepakatan gencatan senjata.
Tetap Semangat Beribadah
Meski menghadapi pembatasan ketat oleh Zionis Yahudi, umat Islam Palestina tetap semangat menjalankan ibadah Ramadan di Al-Quds. Kaum muslim melakukan sahur dan iftar di pelataran Al-Aqsa. Mereka juga melakukan salat fardu dan Tarawih. Tercatat 70 ribu jemaah melakukan salat Isya dan Tarawih di Masjidilaqsa. Sementara itu, pada 18-3-2025 lebih dari 80.000 jemaah melaksanakan salat Jumat kedua pada bulan Ramadan di kompleks Al-Aqsa.
Hamas juga mendorong muslim Palestina untuk melawan pembatasan keamanan. Mereka mengajak umat Islam di sana untuk tetap datang berbondong-bondong ke Al-Aqsa sebagai bentuk penolakan pembatasan yang diberlakukan Zion*s Yahudi.
Pada Sabtu (1-3-2025), Hamas mengeluarkan sebuah pernyataan, “Jadikan hari-hari dan malam-malam Ramadan yang penuh berkah didedikasikan untuk ibadah, keteguhan hati, dan perlawanan terhadap musuh dan pemukim (ilegal), serta untuk mempertahankan Yerusalem dan Al-Aqsa sampai terbebas dari pendudukan.” Hamas juga menyeru warga Palestina di seluruh dunia untuk mendukung saudara-saudara mereka di Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem sebagai bentuk solidaritas.
Jumlah jemaah salat Jumat pada Ramadan tahun ini merupakan yang terendah dalam dua tahun terakhir. Berdasarkan data Wakaf Islam, pada Ramadan 2023 jumlah jemaah salat Jumat mencapai 250.000 orang. Sedangkan pada Ramadan 2024 sebanyak 120.000 jemaah. Pengurangan jumlah jemaah ini terjadi karena pembatasan keamanan yang Zion*s Yahudi lakukan.
Al-Quds Masih Terjajah
Kita tentu sedih menyaksikan umat Islam Palestina tidak bisa leluasa beribadah di Al-Quds. Pembatasan keamanan dan masih terjadinya serangan menunjukkan bahwa penjajahan masih eksis di Al-Quds. Keamanan kaum muslim Palestina tidak berada di tangan mereka, tetapi di tangan Zion*s Yahudi. Penjajah leluasa menginjakkan sepatu kotornya di kompleks Masjidilaqsa, tetapi umat Islam justru tidak bisa mendekati masjid nan mulia ini. Genjatan senjata nan rapuh tidah mengubah fakta bahwa Al-Quds masih terjajah.
Kondisinya akan tetap demikian selama institusi Zion*s Yahudi masih bercokol di bumi Palestina. Penjajahan akan tetap terjadi selama penjajahnya masih ada di sana.
Syekh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah dalam buku Mafahim Siyasiyati li Hizb at-Tahriri hlm. 134 menyatakan bahwa institusi Yahudi yang ditanam di Palestina telah menjadi poros masalah Timur Tengah dan menjadi penyebab ketakstabilannya. Tidak hanya di Timur Tengah, melainkan juga di seluruh dunia. Hal itu karena orang Barat juga mengakui bahwa 90% masalah dunia yang menyusahkan Barat disebabkan adanya negara Yahudi di Palestina yang merupakan jantung dunia Islam.
Meski berbagai resolusi telah dikeluarkan oleh Dewan Keamanan PBB, juga berbagai kecaman dilayangkan oleh Liga Arab, Organisasi Konferensi Islam (OKI), negeri-negeri muslim, maupun dunia, tidak ada satu pun upaya mereka yang serius untuk mengusir penjajah Zion*s dari Al-Quds. Tidak ada satu pun dari mereka yang mengirimkan militer untuk mengusir Zion*s dan membebaskan Al-Quds.
Sikap penguasa negeri-negeri muslim yang demikian ini bukan karena tidak punya kekuatan, tetapi karena belenggu nasionalisme. Nasionalisme membuat mereka merasa masalah Al-Quds adalah masalah negara Palestina, bukan masalah umat Islam. Sedangkan diri mereka sibuk mengurusi kekuasaannya sendiri.
Justru yang terjadi adalah pengkhianatan demi pengkhianatan. Negara-negara Arab sibuk melakukan normalisasi hubungan dengan Zion*s Yahudi. Mereka ikut skenario solusi dua negara yang digagas AS yang tidak lain adalah tuan dari Zion*s Yahudi.
Terbaru, negara-negara Arab justru mengamini skenario Trump untuk merekonstruksi Gaza demi mencapai “perdamaian” antara Palestina dan Zion*s Yahudi. Ini sama saja dengan mendukung penjajahan Zion*s. Walhasil, penjajah Zion*s masih tetap eksis, bahkan makin brutal melakukan genosida dan perampasan wilayah, meski pada bulan suci Ramadan.
Khilafah, Agenda Utama Umat Islam
Pembebasan Palestina tidak bisa disandarkan pada PBB, Liga Arab, OKI, apalagi Barat. Pembebasan Palestina harus dilakukan oleh umat Islam, baik di Palestina maupun seluruh penjuru dunia. Umat Islam Palestina tidak boleh menyerah, sungguh isy kariman aw mut syahidan (hidup mulia atau mati syahid) adalah jalan hidup mereka.
Umat Islam Palestina tidak boleh tertipu oleh rayuan dan tipu daya AS dan sekutunya untuk melemahkan semangat juang para mujahid. Umat Islam Palestina harus terus melawan Zion*s Yahudi dengan jihad fi sabilillah. Ini sebagaimana perintah Allah Taala, “Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian, (tetapi) janganlah kalian melampaui batas karena sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS Al-Baqarah [2]: 190).
Meski Zion*s Yahudi terus melakukan serangan dengan senjata lengkap dan didukung oleh tuannya, yaitu AS, ingatlah bahwa Allah Taala selalu bersama orang-orang yang sabar. Allah Taala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah [2]: 153).
Bangsa Yahudi memang selalu membuat makar dengan dukungan AS dan negara-negara Barat. Namun, sesungguhnya Allah Taala adalah sebaik-baiknya pembuat makar. “Mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya dan Allah pun membalas tipu daya (mereka). Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS Ali-Imran [3]: 54).
Sungguh Ramadan adalah bulan perjuangan, pengorbanan, dan jihad. Ramadan adalah bulan penuh kemenangan. Umat Islam hendaknya menyemarakkan Ramadan tidak hanya dengan ibadah ritual, tetapi juga perjuangan untuk membebaskan Palestina dari penjajahan.
Umat Islam sedunia harus menjadikan pembebasan Palestina sebagai urusan bersama. Kita tidak boleh tertipu dengan slogan perdamaian dari Barat dan berbagai narasi sesat yang mereka ciptakan.
Sesungguhnya akar masalah Palestina adalah ketiadaan institusi Khilafah sebagai junnah (perisai pelindung) bagi umat Islam, termasuk Palestina. Ketika Palestina berada di bawah naungan Khilafah, keamanan dan kesejahteraan meliputi muslim Palestina. Mereka bisa beribadah dengan tenang, bahkan menjadi kota yang maju dan makmur. Namun, penjajahan Zionis telah mengoyak kedamaian di Al-Quds.
Solusi hakiki atas persoalan Palestina adalah Khilafah. Hanya Khilafah yang terbukti dalam sejarah telah melindungi bumi Al-Quds dari penjajahan. Hanya Khilafah yang akan mengirimkan pasukan dalam jumlah besar dengan senjata lengkap untuk mengusir Zion*s Yahudi dari Al-Quds dan membebaskan umat Islam Palestina. Khilafah akan berlepas diri dari kesepakatan internasional yang merugikan umat Islam.
Umat Islam harus menjadikan penegakan Khilafah sebagai qadhiyah masyiriyah (agenda utama). Untuk itu, butuh ada kesadaran kolektif di tengah umat tentang kewajiban dan urgensi penegakan Khilafah. Pembentukan kesadaran kolektif ini dilakukan dengan dakwah pemikiran sekaligus politis dan nonkekerasan oleh jemaah dakwah Islam ideologis.
Jemaah dakwah Islam ideologis ini melakukan dakwah ke tengah-tengah umat sesuai dengan metode dakwah Rasulullah saw. untuk mengembalikan kehidupan Islam.
Wallahualam bissawab.
Komentar
Posting Komentar