"Buruknya Sistem Pendidikan di Sistem Sekuler"
Oleh : Yuli Atmonegoro
Hari ini, kita hidup dalam sistem kehidupan yang dibangun di atas asas sekularisme – sebuah ideologi buatan manusia yang memisahkan agama dari kehidupan. Sistem ini bukan hanya mengatur pemerintahan dan politik, tetapi telah merasuk jauh ke dalam sendi-sendi masyarakat, termasuk sistem pendidikan. Di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, hingga kurikulum nasional, tampak jelas bagaimana sistem sekuler mengatur proses pembentukan akal dan kepribadian generasi muda – tanpa menjadikan Islam sebagai asas berpikir, asas bertingkah laku, maupun asas dalam menentukan tujuan hidup.
A. Sekularisme Menjauhkan Generasi Muda dari Islam
Sistem pendidikan sekuler menempatkan agama, khususnya Islam, sebagai pelajaran pinggiran. Ia hanya menjadi mata pelajaran formal yang diajarkan satu atau dua jam seminggu, tanpa dimaksudkan untuk membentuk kepribadian Islam. Bahkan, pelajaran agama pun diajarkan secara kering, tidak menyentuh ruh dan akal secara bersamaan. Akibatnya, banyak siswa yang menguasai ilmu pengetahuan umum seperti matematika, sains, dan teknologi, namun kehilangan arah hidup, nilai moral, dan tujuan yang benar.
Sistem ini menghasilkan generasi yang lebih tertarik pada budaya hedonisme, permisivisme, dan individualisme. Remaja dan pemuda kini lebih mengenal artis-artis K-Pop daripada kisah sahabat Rasul. Mereka lebih sibuk mengikuti tren media sosial, gaya hidup liberal, dan budaya pacaran, dibandingkan memahami Al-Qur'an atau meneladani akhlak Nabi Muhammad ﷺ. Mereka enggan diatur dengan hukum syariat, bahkan merasa Islam itu ketinggalan zaman dan membatasi kebebasan.
Padahal, penyimpangan dan kerusakan moral yang terjadi di kalangan pelajar dan mahasiswa adalah buah pahit dari sistem pendidikan yang tidak menjadikan Islam sebagai asas kehidupan. Lihatlah, maraknya tawuran, seks bebas, narkoba, bahkan tindakan kriminal yang dilakukan oleh pelajar adalah bukti kegagalan sistem ini dalam mencetak manusia yang bertakwa dan bertanggung jawab.
B. Sistem Pendidikan dalam Islam yang Menyeluruh dan Menyelamatkan
Berbeda dengan sistem sekuler, Islam memiliki sistem pendidikan yang sempurna karena bersumber dari wahyu Allah SWT. Tujuan pendidikan dalam Islam bukan sekadar mencetak individu yang cerdas dan terampil, tapi yang paling utama adalah membentuk pribadi yang beriman, bertakwa, dan memiliki kepribadian Islam. Pendidikan dalam Islam adalah proses membangun pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah) yang sesuai dengan syariat.
Dalam sejarahnya, selama lebih dari 1300 tahun ketika Daulah Khilafah Islamiyah tegak memimpin dunia, sistem pendidikan Islam telah melahirkan generasi emas. Lahir para ulama besar seperti Imam Syafi’i, Imam Al-Ghazali, Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, dan lainnya. Mereka bukan hanya ahli agama, tetapi juga pakar dalam ilmu kedokteran, matematika, astronomi, dan teknik. Ini menunjukkan bahwa dalam sistem Islam, tidak ada dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. Semua ilmu dipelajari dalam kerangka keimanan dan ketakwaan.
Khilafah menjadikan masjid, madrasah, dan baitul hikmah (rumah ilmu) sebagai pusat pendidikan dan riset. Negara mendukung penuh pendidikan gratis, memuliakan para pengajar, dan memastikan setiap individu, laki-laki maupun perempuan, memperoleh pendidikan yang membentuk kepribadian Islam dan mendukung kemajuan peradaban.
Dalam sistem Islam, anak-anak sejak kecil dididik dengan dasar aqidah Islam. Mereka diajarkan mengenal Allah, mencintai Rasulullah, dan memahami halal-haram. Kurikulum disusun bukan sekadar untuk melahirkan tenaga kerja, tapi untuk mencetak pemimpin umat yang berilmu dan bertakwa. Negara mengambil peran aktif dalam memastikan sistem pendidikan ini berjalan, karena pendidikan adalah kebutuhan publik (mashlahah ‘ammah) yang wajib disediakan oleh negara.
C. Solusi Hakiki adalah Kembalinya Sistem Pendidikan Islam
Kerusakan generasi muda hari ini adalah akibat langsung dari sistem sekuler yang rusak dan merusak. Selama Islam tidak dijadikan asas dalam pendidikan, maka generasi yang terbentuk akan terus jauh dari Islam, dari syariat, dan dari kemuliaan.
Sudah saatnya kita menyeru kepada perubahan mendasar, bukan tambal sulam. Solusi sejati bukan pada revisi kurikulum atau penambahan jam pelajaran agama, tetapi pada perubahan sistemik: mengembalikan pendidikan berbasis aqidah Islam, dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyah ala minhaj an-nubuwwah.
Hanya dengan sistem Islam-lah, pendidikan kembali menjadi sarana untuk mencetak generasi pemimpin peradaban, bukan sekadar buruh intelektual. Hanya dengan Islam, umat akan kembali meraih kemuliaan seperti 14 abad yang lalu – ketika Islam memimpin dunia dengan ilmu, akhlak, dan cahaya hidayah. Wallaahu a'laam bishshowaab
Komentar
Posting Komentar