Anak Dibuang di Kebayoran Lama: Bukti Kegagalan Sistem Kapitalis Sekuler Menjaga Kehormatan dan Masa Depan Anak
Oleh: Yuli Atmonegoro
(Aktivis Dakwah Serdang Bedagai)
Publik kembali diguncang dengan berita memilukan: seorang anak berusia sekitar tujuh tahun ditemukan ditinggalkan oleh orang tuanya di kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Bocah laki-laki itu terlihat bingung dan ketakutan. Ia hanya membawa sebuah tas kecil, duduk diam di pinggir jalan, tanpa siapa pun yang menjaganya.
Tragis, namun bukan pertama. Kasus serupa sering kali menghiasi media sosial dan pemberitaan. Anak dibuang di masjid, di terminal, bahkan di tempat sampah. Sebagian bayi, sebagian lagi anak-anak yang sudah bisa bicara — namun belum bisa memahami, mengapa orang tuanya pergi dan tak kembali.
Apa sebenarnya yang menyebabkan orang tua tega melakukan ini? Dan mengapa fenomena ini terus berulang? Jawabannya hanya bisa dijelaskan jika kita menelanjangi sistem hidup yang tengah kita anut: sistem kapitalis-sekuler.
Kapitalisme Sekuler: Biang Keladi Rusaknya Ikatan Keluarga
Dalam sistem kapitalis sekuler, manusia dididik untuk mengejar materi, bukan membangun peradaban. Hubungan keluarga tidak dilandasi pada keimanan, tetapi pada hitung-hitungan untung-rugi. Ketika ekonomi menjadi pusat hidup, anak tidak lagi dianggap amanah dari Allah, melainkan beban hidup yang harus dikurangi.
Faktor ekonomi kerap menjadi alasan klasik. Banyak dari orang tua yang meninggalkan anaknya karena merasa tidak mampu memberi makan, tidak sanggup membayar sekolah, atau karena tekanan hidup yang membuat mereka kehilangan akal sehat. Namun, apakah semata-mata ekonomi?
Tentu tidak. Ini adalah dampak sistemik dari:
1. Hilangnya ketakwaan dalam diri individu akibat sistem pendidikan sekuler, yang mencabut nilai-nilai iman sejak kecil.
2. Tidak adanya negara yang menjalankan peran sebagai pelindung dan pengatur urusan umat, termasuk menjamin kebutuhan pokok warganya.
3. Lemahnya institusi keluarga akibat hegemoni budaya liberal, yang menjadikan anak sebagai hak pribadi, bukan amanah dari Allah.
Dalam kapitalisme, negara tidak berkewajiban menjamin setiap individu hidup layak. Negara hanya menjadi regulator bagi mekanisme pasar. Maka, anak-anak yatim, terlantar, atau yang dibuang, nasibnya bergantung pada "kepedulian sosial" masyarakat. Padahal Islam menjadikan penjagaan anak sebagai tanggung jawab bersama: keluarga, masyarakat, dan negara.
Islam Menjawab dengan Solusi Syari'ah dan Sistemik
Islam sebagai agama sekaligus ideologi memiliki sistem yang paripurna dalam mengatasi persoalan ini — bukan tambal sulam, bukan solusi darurat, tapi menyeluruh dan mendasar.
1. Islam Mewajibkan Negara Menjamin Kebutuhan Dasar Setiap Warga
Dalam sistem Islam (Khilafah), negara wajib memastikan seluruh kebutuhan pokok rakyat terpenuhi — sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan. Ini berdasar pada sabda Nabi ﷺ:
"Imam (khalifah) adalah pengurus rakyat dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus." (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka tidak akan ada orang tua yang membuang anak karena lapar, karena sekolah mahal, atau karena tidak kuat membayar rumah kontrakan.
2. Islam Memperkuat Keluarga sebagai Pilar Peradaban
Islam menanamkan bahwa anak adalah amanah, bukan beban. Orang tua dididik dengan sistem pendidikan Islam yang membentuk kepribadian mulia, bukan individualistik. Peran ibu dan ayah dijaga dan dihormati, bukan dipreteli dengan ide “kesetaraan gender” ala Barat yang menceraiberaikan peran keluarga.
3. Islam Membangun Masyarakat Peduli dan Amar Makruf
Dalam masyarakat Islam, tetangga, tokoh masyarakat, dan seluruh individu dibina untuk saling menjaga. Jika ada tetangga yang meninggalkan anak, seluruh warga akan menanyakan, bukan diam. Karena Islam mewajibkan amar makruf nahi mungkar sebagai mekanisme sosial yang hidup.
4. Islam Memberikan Hukuman Tegas bagi Pelaku Kezaliman terhadap Anak
Orang tua yang dengan sengaja menelantarkan anak, terutama jika membahayakan keselamatannya, akan dikenai sanksi oleh negara Islam sesuai dengan jenis pelanggarannya — mulai dari ta‘zīr hingga penahanan atau pemisahan hak asuh, sesuai ketentuan syar’i.
Saatnya Umat Kembali kepada Sistem Islam
Fenomena anak dibuang bukan sekadar “krisis kemanusiaan”. Ini adalah krisis sistemik akibat diterapkannya sistem kufur kapitalis-sekuler yang menjauhkan manusia dari peran sebagai hamba dan pengelola bumi. Selama sistem ini tetap bertahan, tragedi seperti ini akan terus terulang — di kota besar maupun desa kecil, di negara berkembang maupun negara maju.
Solusi hakiki bukan pada panti asuhan, bukan pada donasi viral, tapi pada penegakan sistem Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah Islamiyah.
Hanya Khilafah yang akan menjamin keamanan anak, melindungi keluarga, menumbuhkan cinta dalam masyarakat, dan menegakkan keadilan atas pelaku kezaliman.
Wahai umat Islam, jangan cukup bersedih atas tragedi ini. Bergeraklah, tuntut perubahan sistemik. Kembalilah pada Islam sebagai satu-satunya solusi yang diridhai Allah SWT.
“Barang siapa tidak mengurusi urusan kaum Muslimin, maka ia bukan bagian dari mereka.”
(HR. Al-Hakim)
Komentar
Posting Komentar