Pinjol Buah Busuk Sistem Kapitalisme

 *Pinjol Buah Busuk Sistem Kapitalisme*

Oleh : Muliani, S.Pd

(Guru & Aktivis Dakwah)


Pinjaman Online (Pinjol) kini telah menjadi fenomena yang akrab di tengah-tengah masyarakat. Pasalnya kemudahan dalam proses pencairan kredit menjadi daya tarik tersendiri bagi pinjol, jika dibandingkan dengan kredit bank. Namun, hal ini juga tentu berkorelasi dengan tingginya tingkat gagal bayar pinjaman. Apalagi pada momen tertentu seperti menjelang lebaran di mana masyarakat membutuhkan banyak dana, potensi gagal bayar makin tinggi.

Sebagaimana yang diwartakan di beberapa media, gagal bayar tepat waktu utang pinjol melonjak pada februari atau menjelang ramadhan. Akibatnya industri teknologi finansial pembiayaan atau (fintech lending) pun merugi. (Katadata, 2-4-2024).

Meski pinjaman yang masih berjalan di platform pinjol naik 21,98% secara tahunan (yoy) menjadi Rp61,1 triliun pada Februari 2024, namun industri pinjol merugi Rp135,61 miliar pada Januari 2024. Tingkat wanprestasi alias kredit macet lebih dari 90 hari (TWP 90) pinjol naik dari Rp1,78 triliun pada Januari menjadi Rp1,8 triliun pada Februari. Persentase TWP 90 mencapai 2,95% dari total pinjaman.  

Akibat dari permasalahan gagal bayar, beberapa platform fintech lending saat ini tengah di awasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Diantaranya adalah Investree, Tanifund, iGrow, Modal Rakyat, Toko Sumber Sembako, dll.

*Kebutuhan Tinggi*

Banyaknya masyarakat yang meminjam uang ke pinjol disebabkan karena tingginya kebutuhan masyarakat, apalagi di moment Ramadan dan Idulfitri. Tingginya kebutuhan hidup, tetapi pendapatan tidak naik, menjadikan masyarakat memilih jalan pintas, yaitu dengan melakukan pinjaman online (pinjol).

Pinjol menjadi salah satu alternatif masyarakat karena syaratnya mudah dan prosesnya cepat. Namun, di balik kemudahan itu ada bahaya yang mengintai, yaitu suku bunga yang sangat tinggi. Dan sebenarnya masyarakat juga tahu bahwa bunga pinjol sangat tinggi, tetapi mereka tetap meminjam uang ke pinjol karena desakan kebutuhan.

Tingginya kebutuhan hidup masyarakat disebabkan karena tidak adanya jaminan dari negara terkait dengan kebutuhan pokok masyarakat seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan. Di sistem kapitalis sekuler hari ini papan (properti) terus naik sehingga menguras pendapatan masyarakat. Selain itu, kesehatan dan pendidikan juga nyatanya telah dikomersialkan sehingga mahal. Akibatnya, masyarakat tak lagi bisa mendapatkan kesejahteraan.

Di sisi lain, kenaikan upah (jika ada) tidak sebanding dengan harga-harga barang. Bahkan sejak tahun lalu terjadi gelombang PHK secara global sehingga banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaannya. 

Abainya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat menjadikan mereka berusaha untuk memenuhi sendiri kebutuhannya. Salah satu “jalan ninja”, yaitu meminjam uang pada pinjol untuk mendapatkan dana segar demi memenuhi kebutuhan hidup.

*Solusi Hakiki*

Sejatinya, pinjol bukanlah solusi hakiki atas kebutuhan hidup masyarakat. Menjadikan pinjol sebagai satu-satunya pilihan untuk bertahan hidup adalah hal yang keliru bahkan berbahaya karena adanya riba. Pinjol berbasis riba menjerat nasabah dengan bunga yang tinggi. Di sisi lain, gagal bayar menambah masalah bagi nasabah. Bukannya menyelesaikan permasalahan kebutuhan, pinjol justru menyedot dana pinjaman untuk membayar bunga yang tinggi. Selain itu, banyak kasus antara peminjam dengan penagih utang sehingga berujung konflik, depresi, bahkan berakhir dengan bunuh diri. Nyatalah pinjol bukan solusi hakiki. 

Miris, keberadaan pinjol yang berdampak buruk ini justru mendapatkan restu dari penguasa. Bagaimana tidak, hanya pinjol ilegal yang dilarang oleh penguasa. Sedangkan pinjol yang legal dibiarkan merajalela. Hal ini membuktikan akan jauhnya pemerintah dari fungsi riayah/pengurus. Alih-alih melindungi rakyat dari jerat pinjol, penguasa justru memfasilitasi rakyat untuk mengambil pinjol yang jelas-jelas mengandung unsur ribawi.

Sudah sepantasnya jika pinjol dijuluki sebagai solusi palsu dari ideologi kapitalisme yang tidak menyelesaikan masalah, tetapi menambah masalah sehingga kehidupan masyarakat yang makin susah kian ambyar. 

Merebaknya pinjol di tengah-tengah masyarakat sebagai buah dari penerapan sistem kapitalisme yang rusak. Itulah sebabnya, solusi ini tidak layak untuk kita ambil, bahkan harus ditinggalkan.

Dalam agama Islam, riba dinyatakan sebagai sesuatu yang dilarang secara tegas. Al-Qur’an secara jelas mengharamkan praktik riba. Sebagaiman firman Allah Swt. 

“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS Al-Baqarah:275).

Islam adalah satu-satunya solusi atas permasalahan hidup masyarakat. Penguasa di dalam islam adalah sebagai pe-riayah (pengurus) umat. Ia sebagai pengatur kehidupan umat bukan pembagian kekuasaan dan kepentingan golongan. Sayangnya, negara dalam kapitalisme tidak memosisikan dirinya sebagai pe-riayah urusan rakyat, melainkan hanya menjadi pelayan bagi para penguasa kapitalis oligarki. Keduanya bersimbiosis untuk memanfaatkan kekuasaan demi kepentingan pribadi.

Sungguh berbeda dengan penguasa dalam sistem Islam yang melakukan riayah terhadap rakyatnya. Islam menetapkan negara menjamin kebutuhan rakyat dengan akses sumber ekonomi yang halal, seperti akses mudah lapangan pekerjaan, gaji yang layak, hingga pinjaman halal negara dan santunan negara ketika kekurangan dan lain-lain.

Untuk kebutuhan dasar kolektif, yaitu kesehatan, pendidikan dan keamanan, negara memenuhinya secara langsung yaitu dengan menyediakan ketiganya secara gratis dan berkualitas tinggi. Negara akan mengambil alih kekayaan alam yang masuk dalam kategori milik publik seperti tambang sehingga dikelola negara untuk kemaslahatan rakyat.

Negara akan senantiasa menjaga masyarakat untuk terikat kepada syariat, tidak terjerumus dalam pola kehidupan konsumtif dan konsumerisme meski hidup dalam taraf kehidupan masyarakat yang tinggi. Beginilah cara Islam dalam menjamin kebutuhan hidup masyarakatnya, Islam selalu memiliki aturan yang khas yang berbeda dari aturan ideologi manapun. Solusi dalam Islam akan memberikan kesejahteraan yang paripurna bagi kehidupan masyarakat. 

Wallahu'alam[]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Generasi Sadis, Buah Penerapan Sekularisme

Generasi Sadis Produk Sekularisme

Palak Berkedok Pajak