Dunia Abai Terhadap Gaza ?
Oleh : Wiwik Afrah, S.Pd (Aktivis Muslimah)
Kebrutalan Israel menyerang Gaza sudah memakan banyak korban jiwa. Serangan yang terjadi sejak 7 Oktober 2023 itu telah menewaskan lebih dari 40.200 warga Palestina yang sebagian besarnya adalah perempuan dan anak-anak. Serangan itu juga menyebabkan lebih dari 93 ribu orang luka-luka.Meski krisis di Gaza sudah demikian buruk, Israel bersikukuh menolak gencatan senjata. Kebijakan PM Benjamin Netanyahu pun berubah-ubah kendati ultimatum gencatan senjata sudah datang dari pendukung terkuat Israel selama ini, yakni AS. Sikap Israel ini tentu saja berpotensi memperbesar jumlah korban.
Pasukan Israel mengubah "zona kemanusiaan aman" di Jalur Gaza menjadi tumpukan puing-puing dan abu, menyisakan hanya 9,5 persen wilayah yang disebut "zona aman" bagi warga sipil yang mengungsi, kata Pertahanan Sipil Palestina di Gaza, Sabtu. Menurut pernyataan yang dirilis otoritas tersebut, pada awal invasi darat Israel ke Gaza awal November 2023, pasukan Israel mengusir ratusan ribu warga sipil dari Gaza utara ke Gaza selatan, mengeklaim area tersebut sebagai "zona kemanusiaan yang aman." Awalnya, zona tersebut meliputi 230 kilometer persegi atau 63 persen dari total wilayah Gaza, termasuk lahan pertanian dan fasilitas komersial, ekonomi, dan layanan yang tersebar di wilayah seluas 120 kilometer persegi.Ketika serangan militer Israel berlanjut, ukuran zona aman tersebut menyusut drastis, kata pernyataan itu.
Sementara itu, sikap abai dunia Islam terhadap Gaza kian membuat miris. Negara tetangga sekaligus yang terbesar di kawasan jazirah, yakni Arab Saudi, diketahui tengah membangun 15 stadion megah untuk persiapan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034 tanpa sedikit pun peduli dengan tumpahnya darah saudara sesama muslim di Gaza. Demikian halnya Mesir. Meski berbatasan langsung dengan Gaza, Mesir enggan membuka pintu perbatasannya, apalagi memberikan bantuan logistik. Negara-negara Arab lainnya malah menormalisasi hubungan dengan Israel, tanpa secuil pun kasih sayang bagi Gaza. Sedangkan nun jauh di sana, ada Turki yang hanya bisa mengecam dengan berbusa-busa. Ini semua menunjukkan bahwa sikap abai dunia Islam terhadap Gaza adalah akibat sentimen kebangsaan. Ikatan akidah sesama muslim tidak tampil terdepan dalam menyikapi krisis kemanusiaan besar-besaran di Gaza. Sebaliknya, ide nasionalisme yang telanjur mengakar di negeri-negeri muslim telah menjadi racun politik yang menyebabkan negeri-negeri muslim tidak berkutik untuk membela saudaranya di Palestina.
Semestinya, para penguasa negeri muslim bisa berbuat lebih banyak dari sekadar mengecam dan mengutuk kebrutalan Israel. Selain pengiriman militer sebagai langkah strategis, langkah lain yang bisa diambil oleh para penguasa muslim adalah menelurkan kebijakan pemboikotan terhadap produk-produk Israel beserta negara-negara pendukungnya.
Namun, langkah-langkah itu tidak diambil. Ini adalah bukti nyata rusaknya kepemimpinan para penguasa di negeri-negeri muslim. Tidak hanya itu, cinta kekuasaan juga menghalangi para penguasa negeri muslim untuk bersatu atas nama akidah Islam demi melawan kebrutalan Zion*s Yahudi. Meski sebagian penguasa Arab dan negeri muslim mengirimkan bantuan kemanusiaan, itu mereka lakukan semata demi meredam kemarahan rakyat yang sangat kecewa terhadap penguasanya karena tidak pernah mengambil opsi militer dalam rangka membantu Palestina dan menggempur kaum Zion*s Yahudi.
Rasulullah saw. telah mengingatkan kita dalam sabdanya, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari dan Muslim). Juga dalam hadis, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen.) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring.” Kemudian seseorang bertanya, “Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata, “Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi, kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut dalam hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian wahn.” Kemudian seseorang bertanya, “Apa itu wahn?” Rasulullah berkata, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR Abu Daud dan Ahmad).
Sistem jahat kapitalisme telah membuat negeri-negeri Islam mati rasa. Ketakpedulian mereka pada Gaza menegaskan sikap individualistis, padahal Gaza membutuhkan perkara yang lebih tinggi dari sekadar kepedulian mereka. Ini karena krisis di Gaza bukanlah serangan biasa.Krisis Gaza adalah genosida sebagai konsekuensi brutalnya sistem kapitalisme yang selama ini melahirkan dan mengasuh Israel. Namun miris, para pemimpin muslim lebih sibuk dengan politik sekuler, bahkan lebih rela menjadi antek musuh Islam. Ini mencerminkan rusaknya kepemimpinan dunia Islam. Lebih dari itu, krisis Gaza tidak hanya berupa krisis kemanusiaan. Krisis Gaza adalah wujud perang ideologi. Di sana terjadi pertarungan antara ideologi kufur kapitalisme dan ideologi sahih, yakni Islam. Israel yang sangat jemawa dengan dukungan negara adidaya AS merasa aman-aman saja meski selalu menjadi sorotan dan kecaman masyarakat internasional. Demikian pula negeri-negeri muslim yang mengemban ideologi kapitalisme, mereka pun membebek AS dan Barat. Pada akhirnya, mereka gagal menerjemahkan ikatan dengan negeri dan penduduk Palestina sebagai ikatan akidah dan keimanan. Negeri-negeri muslim tetap bergeming tanpa menurunkan bantuan strategis seperti pengiriman pasukan militer.
Ideologi Islam sebagai lawan yang sepadan bagi kapitalisme, baru diemban oleh individu dan belum diemban oleh negara. Berhubung Israel adalah negara kafir harbi fi’lan (negara kafir yang sedang memerangi umat Islam secara riil), maka lawan yang seimbang adalah negara pengemban ideologi Islam, yakni Khilafah. Dalam menghadapi entitas Zion*s Yahudi, Khilafah memiliki kebijakan politik luar negeri berupa dakwah dan jihad. Serangan Israel yang telah menumpahkan darah kaum muslim Palestina, khususnya di Gaza saat ini, membuatnya halal untuk diperangi. Selanjutnya, Khilafah akan berperan sebagai junnah bagi umat di seluruh dunia sehingga bisa memberikan asa bagi umat akan kejayaan mereka selama berpegang pada syariat Islam. Dari Hudzaifah ra., Rasulullah saw. bersabda, “Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti minhaj kenabian.” (HR Ahmad, Abu Dawud, dan al-Bazzar).
Wallahualam bissawab.
Komentar
Posting Komentar